Home / Lainnya / Berondong Kampus / Ranjang Panas untuk Roy

Share

Ranjang Panas untuk Roy

Author: Andeski
last update Last Updated: 2025-12-15 23:12:52

"Gak ada cerita masuk kuliah hari ini, sekalian aja aku beresin janda sialan ini! Gak ada hujan, gak ada panas mau cari gara-gara seenak udelnya!" Roy menggerutu panjang pendek, sembari menekan nomor panggilan pada kontak Shinta di ponselnya.

Karena terus menghindar dari kejaran orang suruhan Shinta membuat Roy telat masuk kuliah. Ia memutuskan untuk menyelesaikan salah paham dengan janda muda yang baru ia kenal tersebut. Dari nada ancaman yang dikirim Shinta, sepertinya janda muda tersebut telah salah menuduh orang, paling tidak begitulah yang ada dalam kepala Roy.

"Sebelumnya kita tidak pernah saling mengenal, yang aku heran apa yang harus aku pertanggung jawabkan? Sepertinya kamu telah salah orang, Tante," ujar Roy tanpa basa-basi, saat panggilan ponsel terhubung dengan Shinta. Dari raut wajahnya, terlihat Roy benar-benar jengkel.

"Aiihh, si ganteng akhirnya nelpon juga, jangan marah-marah gitu dong. Sini aja kita ngobrol baik-baik, kamu udah tau rumah aku kan?" Dari ujung sambunga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Berondong Kampus   Kontak Batin

    "Perasaanku kok mencium aroma gak enak gini ya? Aneh ..." Sembari mengenakan pakaian sehabis mandi, Roy bergumam sendiri dalam kamarnya. Rumah sebesar ini terasa begitu sepi, Sandra pergi dengan suaminya entah kemana. Roy gak akan menghubungi wanita tersebut, kecuali Sandra menghubunginya terlebih dulu. Kalau sempat suami Sandra mengetahui mereka sering berbagi kehangatan, bisa berabe urusannya."Bau apaan sih? Perasaan di rumah ini gak ada tikusnya, kok perasaan bau bangkai gitu." Lagi-lagi Roy bergumam sendiri, hidungnya kembang-kempis mengendus aroma tak sedap dalam kamar. Kolong ranjang, di balik lemari, bahkan Roy mencium aroma ketiaknya sendiri. Namun sumber bau tak sedap yang membuat perutnya mual tak kunjung ditemukan.Sebenarnya sudah hampir seminggu yang lalu Roy merasakan hal aneh, mencium aroma tak sedap yang tak jarang membuatnya nyaris muntah. Namun ia tidak menghiraukan, mungkin hanya kebetulan ada bangkai tikus, entah apa di sekitarnya. Namun semakin hari, indra penciu

  • Berondong Kampus   Analyst Muda

    "Aku gak bisa dampingi kamu, mama barusan telpon minta ditemani untuk menghadiri acara arisannya. Kamu datang aja sendiri ke kantor papa, gak apa-apa kan?""Semangat Roy, anggap aja menghadap calon papa mertua. Tapi ingat, papa itu galak kalau urusan soal bisnis, kalau perlu kamu pakai pempes aja, biar gak ngompol di celana."Roy meringis, sembari menengadah menatap gedung pencakar langit di hadapannya. Obrolan singkat bersama Amella sebelum ia datang sendiri ke kantor perusahaan milik keluarga Amella, masih terngiang di telinganya. Tadinya Roy berharap sang kekasih menemaninya untuk menghadap papa Amella yang meminta Roy untuk datang ke kantornya yang berada di lantai tujuh gedung pusat perkantoran tersebut, namun akhirnya Roy harus berangkat sendirian, karena Amella punya acara lain bersama sang mama. Paling tidak begitulah yang diketahui Roy."Aku harus siap, apapun itu. Ya Tuhan, tolong tenangkan gemuruh hatiku ini," bisik Roy dalam hati. "Benar kata orang-orang, menghadap calon

  • Berondong Kampus   Bahasa Kalbu Amella

    Pagi-pagi sekali Roy sudah berada di kampus, pelajaran dan tugas di hari kemarin yang sempat tertinggal harus ia kejar hari ini. "Wahhh, aku kira bakalan menggantikan security untuk membuka gerbang. Ternyata Amella datang lebih dulu, tapi mana dia?" Roy bergumam, sembari melepas helm yang menutupi kepalanya, sesaat setelah baru saja memarkir motornya. Roy mengitari pandangannya ke sekitar tempat parkir, mobil mungil warna merah milik Amella sudah terparkir, namun pemiliknya tidak kelihatan.Karena datang ke kampus masih terlalu pagi dari biasanya, Roy mengira dirinya lah yang akan membuka gerbang kampus sebelum security datang. Tapi Amella datang lebih dulu, hanya mobilnya yang terlihat di parkiran. "Mungkin tugas Amella juga udah numpuk, kebiasaan sih ngerjain tugas borongan. Mendekati deadline kocar-kacir," bisik Roy tersenyum sendiri, karena kebiasaannya pun begitu."Pagi, mas Roy." Pagi, Dinda. Segar banget pagi ini," jawab Roy, saat membalas sapaan adik letingannya. Ketika baru

  • Berondong Kampus   Setulus Cinta, Sebesar Dendam

    "Brengsek kamu!"Roy melotot, spontan ia mendorong Shinta hingga terlepas dari pelukannya. Wanita yang telah ia gempur habis-habisan dalam pengaruh obat perangsang tersebut kaget, ia tidak menyangka Roy berbuat kasar setelah lepas dari pengaruh obat perangsang."Untuk apa kamu melakukan ini semua, haaa?! Hingga berani kamu mengirim orang untuk mencelakai aku, bahkan kamu meracuni aku dengan obat sialan itu!" Bentak Roy lagi, sembari menyambar pakaian yang berserakan di lantai kamar. Sekilas Roy melirik pada jarum suntik yang masih tergeletak di lantai, ia tau bahwa Shinta telah berbuat curang dengan menyuntikkan obat perangsang ke tubuhnya."Dengarkan aku dulu, Roy. Aku hanya ingin mencintai kamu, aku akui caraku salah. Tapi percayalah, aku telah jatuh cinta saat pertama kali Tante Mirna memperkenalkan kamu padaku," jawab Shinta, ia beringsut ke sisi ranjang menatap Roy yang sedang bergegas kembali mengenakan pakaiannya. Shinta menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Ooo, jadi Tante

  • Berondong Kampus   Terpenjara Gairah Janda Muda

    "Arumi?"Roy bergumam lirih nyaris tanpa suara, ia terpana sesaat. Di saat kesadarannya belum sepenuhnya pulih, setelah napasnya terasa sesak saat wajahnya tertutup dua gundukan kenyal dengan aroma parfum yang khas. Di antara setengah sadar tersebut Roy hanya ingat dan menyebut satu nama, Arumi."Hisap Roy, hisap yang kenceng sayang. Hoeuuhh!" Shinta yang tengah menindih Roy kembali menyumpal mulut Roy dengan tonjolan kecil hitam kecoklatan yang sudah mengkal, tonjolan kecil itulah yang menjadi titik paling sensitif pada kedua gundukan kembar milik Shinta.Dalam kondisi yang baru setengah sadar, dalam pengaruh obat perangsang dan bayangan Arumi yang tiba-tiba hadir, Roy melahap gundukan daging kenyal milik Shinta yang menantang di depan matanya. Dengan rakusnya Roy menghisap, meremas daging kenyal putih mulus milik Shinta."Oouuhh Roy!" Shinta melenguh meresapi kenikmatan, saat Roy menghisap puting daging kenyal tersebut, ia menengadah dengan mata terpejam. Kemudian Shinta memegang gu

  • Berondong Kampus   Ranjang Panas untuk Roy

    "Gak ada cerita masuk kuliah hari ini, sekalian aja aku beresin janda sialan ini! Gak ada hujan, gak ada panas mau cari gara-gara seenak udelnya!" Roy menggerutu panjang pendek, sembari menekan nomor panggilan pada kontak Shinta di ponselnya.Karena terus menghindar dari kejaran orang suruhan Shinta membuat Roy telat masuk kuliah. Ia memutuskan untuk menyelesaikan salah paham dengan janda muda yang baru ia kenal tersebut. Dari nada ancaman yang dikirim Shinta, sepertinya janda muda tersebut telah salah menuduh orang, paling tidak begitulah yang ada dalam kepala Roy."Sebelumnya kita tidak pernah saling mengenal, yang aku heran apa yang harus aku pertanggung jawabkan? Sepertinya kamu telah salah orang, Tante," ujar Roy tanpa basa-basi, saat panggilan ponsel terhubung dengan Shinta. Dari raut wajahnya, terlihat Roy benar-benar jengkel."Aiihh, si ganteng akhirnya nelpon juga, jangan marah-marah gitu dong. Sini aja kita ngobrol baik-baik, kamu udah tau rumah aku kan?" Dari ujung sambunga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status