Home / Lainnya / Berondong Kampus / Ranjang panas di kamar Sandra

Share

Ranjang panas di kamar Sandra

Author: Andeski
last update Last Updated: 2025-08-18 01:25:26

Dalam keadaan sama-sama polos, Roy menggendong Sandra masuk kamar. Tak mempedulikan pakaian mereka yang berserakan di ruang tamu.

"Roy, puaskan aku. Puaskan dahagaku," bisik Sandra di telinga Roy, saat merasakan melayang dalam gendongan Roy masuk kamar. Tante muda yang sudah haus akan kehangatan dan keperkasaan seorang pria tersebut bergelayut manja di leher Roy.

"Aku akan membawamu terbang ke langit, Sandra. Merasakan kenikmatan dariku," jawab Roy terengah di sela napasnya yang memburu. Ia menghempaskan tubuh polos Sandra di atas ranjang.

"Akkhhh, Roy. Ehmmm!" Sandra merintih merasakan nikmat hingga ke ubun-ubun. Ia remas rambut Roy, saat berondong kampus peliharaannya tersebut dengan rakusnya mengisap dan menjilat titik paling sensitif di antara kedua pahanya.

Roy berlutut di lantai menghadap ranjang, sedangkan Sandra telentang di atas ranjang dengan kedua paha mulusnya di atas pundak Roy.

"Cuup! Cuup!"

"Ahhhh, terus Roy. Enak banget sayang." Rintihan Sandra semakin menjadi-ja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Berondong Kampus   Keluarga kecil tersembunyi

    Rumah sederhana di pinggiran kota, di sini Roy menepi dari bisingnya kehidupan di perkotaan. Bersama Arumi, ia menyembunyikan keluarga kecil yang baru saja ia bangun, meskipun sesaat setelah ijab qobul sang papa pergi untuk selamanya. Arumi tinggal sebatang kara, hanya pundak Roy tempatnya bersandar, di pundak itu Arumi bukan hanya menyandarkan hidupnya, namun juga menggantungkan masa depan si kecil yang tengah berkembang dalam rahimnya."Arumi, sudahlah. Jangan bersedih terus, ntar dedek bayinya juga cengeng kayak kamu," ucap Roy, ia rangkul kepala Arumi di pundaknya. Sekilas Arumi menoleh, kemudian tatapan matanya kembali beralih pada hamparan perkebunan warga pinggiran kota."Aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, mas. Aku takut setelah ini kamu pergi ninggalin aku, gimana nanti nasib anak yang ada dalam kandunganku ini?" jawab Arumi lirih, sembari tetap menyandarkan kepalanya di pundak Roy.Berdiri di depan jendela, menatap ke arah yang sama, Roy dan Arumi sama-sama menatap j

  • Berondong Kampus   Roy menghilang tanpa jejak

    "Lihat Roy, gak? Dari kemarin ponselnya gak aktif." Alya mengirim pesan chat pada Enda, di sampingnya terlihat Amella masih mencoba menghubungi Roy. Setelah mencoba berkali-kali menghubungi Roy, selalu gagal, Alya mengubungi sang kekasih. "Enggak, emangnya kemana lagi tuh anak," jawab Enda dalam balasan pesan chat dari Alya. "Aku juga udah siap berangkat nih," pesan chat dari Enda berikutnya pada Alya."Coba kamu sekalian lewat depan rumah Roy, samperin aja. Buruan, keburu siang lho," ujar Alya dalam pesan chat pada Enda.Amella melirik sekilas pada Alya, sambil menatap layar ponselnya, menunggu balasan chat dari Roy, berharap ponsel Roy segera aktif. Setelah berkali-kali menghubungi dalam panggilan selalu gagal, karena ponsel Roy sedang tidak aktif. Amella dan Alya menunggu kedatangan Roy dan Enda, mereka berencana mengisi liburan kuliah dengan camping di danau di luar kota.Setelah pergi buru-buru dari kampus kemarin, hingga menjelang berangkat pagi ini Roy tidak ada kabar dan tid

  • Berondong Kampus   Sah! Di ruang ICU

    Kondisi kesehatan papa Arumi semakin drop, meski Arumi memohon dengan berurai air mata, sang papa tetap menolak untuk dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar."Tunggu papa sembuh dulu, saya akan memenuhi permintaan papa," ujar Roy, ia duduk di sisi brangkar sambil mengusap lembut lengan papa Arumi. Namun pria uzur yang semakin lemah tersebut menggeleng lemah, dari sudah matanya mengalir tetesan bening. Bukan karena rasa sakit ataupun belum siap ajal menjemputnya, namun terbayang anak semata wayang. Arumi bakal tinggal sebatang kara jika Roy tidak segera menikahinya."Mas Roy, boleh ikut saya sebentar, ada sesuatu yang ingin saya jelaskan," ujar dokter, saat melihat kondisi papa Arumi semakin lemah."Baik, dok," jawab Roy, sekilas ia melirik pada Arumi yang terus-menerus menangis di sisi brangkar berhadapan dengan Roy, di batasi oleh brangkar yang di tempati papanya. Kemudian Roy mengikuti dokter ke ruang sebelah."Mas Roy, kondisi pasien saat ini sudah tidak bisa ditolong, kangker par

  • Berondong Kampus   Permintaan terakhir papa Arumi

    "Liburan ini kita jalan, yuk. Entah kemana gitu, suntuk berteman tabel dan rumus mulu." Saat bersantai di taman kampus, Alya tiba-tiba nyeletuk punya ide. Ia lirik sang kekasih dengan mesra, berharap mendapat dukungan."Boleh juga tuh, gimana Roy?" jawab Enda, sembari menoleh pada Roy yang lagi asik scrol layar ponselnya."Mau jalan kemana? Mel, punya ide gak?" Roy mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, ia menoleh pada Amella yang juga tengah mabar sama teman-teman satu hobinya, main game kesukaannya."Jangan tanya aku, kamu ada waktu gak? Kalau aku oke-oke aja maunya kemana," jawab Amella, tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya. Game yang ia mainkan lagi seru-serunya.Roy, Enda dan Alya saling lempar pandang saat melihat Amella yang lagi seru-serunya main game. Sampai-sampai gadis tersebut seperti ingin meremas ponselnya yang ia genggam dengan kedua tangan, sembari menatap layar ponsel tanpa berkedip."Yahhh, kalah! Kalian sih, ganggu konsentrasi aku aja, kalah aku

  • Berondong Kampus   Bertengkar hebat

    "Duh, nyonya menir udah nungguin rupanya," bisik Roy dalam hati, begitu muncul dari balik pintu, Sandra sudah menunggu sembari memeluk kedua tangannya di depan dada. Tatapan Sandra yang tajam berdiri sambil bersandar di dinding membuat Roy mencelos."Roy, aku mau bicara!" Seru Sandra, saat Roy melipir langsung masuk kamar belakang untuk menghindari tatapan tajam Sandra. Mendengar suara Sandra yang memanggil dengan setengah berteriak, Roy menghentikan langkahnya, kemudian ia berbalik."Gak perlu teriak, bicara pelan aku masih bisa dengar," jawab Roy setelah berbalik menghadap Sandra."Dari mana kamu seharian, udah malam gini baru pulang?" sembari melangkah mendekati Roy, Sandra bertanya. Dari sorot matanya, Tante muda tersebut tengah memendam emosi yang siap meledak. Pergi dari pagi, sudah malam Roy baru pulang ke rumah."Ke kampus," jawab Roy singkat, ia berusaha setenang mungkin saat Sandra semakin dekat. Jujur, karena baru sekali ini Sandra terlihat begitu marah, Roy sedikit menciut

  • Berondong Kampus   Roy, titip Arumi

    "Calon menantu papa, supaya Arumi tidak lagi menjadi sumber masalah antara papa dan mama," ujar Arumi memperkenalkan Roy pada papanya. Pria pensiunan aparatur sipil negara tersebut terenyuh menatap Arumi, kemudian tatapannya beralih pada Roy yang diam tertunduk. Ucapan Arumi mengandung sindiran halus pada papanya, dan Roy tidak berani ikut campur sebelum diminta."Papa minta maaf, Arumi. Bukannya kamu yang menjadi sumber masalah pertengkaran papa dan mama, itu semua terjadi karena papa membela kamu saat dimarahi. Kamu dengar sendiri kan? Tidak ada yang baik tentang kamu, saat mama kamu marah. Sekarang dia sudah pergi, dan papa berjanji tidak ada kesempatan untuk dia kembali," jawab papa Arumi, menatap anak perempuan satu-satunya.Tak kenal waktu, kadang tanpa sebab dan alasan. Mama Arumi yang merupakan ibu tirinya sering marah, hingga menyebabkan pertengkaran demi pertengkaran dengan papanya. Puncak dari semuanya, Arumi kabur dari rumah dan bertemu dengan Roy di sebuah tempat hiburan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status