Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.
“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina. Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya. “Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka. Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea. Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya. “Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, urakan, preman pasar lah,” ucapnya Arshaka sambil menunjuk ke arah pakaiannya sendiri. Arshaka sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan cibiran yang ditujukan untuknya, karena memang seperti itulah gayanya selama kuliah di ibu kota Jakarta. Erina tersenyum smirk mendengar cibiran dari Mutia adik sepupunya Dimas, ” Lo bilang calon suami gue barang rongsokan,berandalan, urakan, preman pasar lah! Emang gue pikirin!” Erina melingkarkan tangannya ke lengannya Arshaka,” Yang paling penting calon suami gue ini masih muda, ganteng lagi dan pastinya setia enggak kayak kakak kalian yang pria mokondo suka manfaatin kekayaan gue.” balasnya Erina yang tidak mau kalah sengit hinaannya. Nayla melipat kedua tangannya di depan dadanya, “Gue heran saja karena bisa-bisanya seorang Polwan, anak jendral pula malah akan menikah dengan pria gak jelas asal-usulnya. Padahal diluar sana masih banyak pria yang lebih layak menjadi suamimu dibandingkan dengan pria modelan kayak dia,” hinanya Nayla. “Mana ada lelaki yang mau menjadi suami perawan tua kayak dia!” ucapnya sinis Mutiara lagi sambil tertawa terbahak-bahak. “Mana ada!? Apa kalian buta kalau gue jadi menikah dengan pria yang ada di sampingku ini! Kayaknya mata kalian selain minus juga katarak,” ejek Erina. Erina berjalan ke arah depan hingga semakin terkikis jarak keduanya. Dia sudah terbiasa mendengar ucapan nyinyir dan kasar tak bermutu dari keduanya. “Calon suamiku itu seribu kali lebih baik daripada kakak sepupu kamu yang bernama Dimas itu!” Erina menjeda ucapannya kemudian berjalan ke arah Arshaka. Erina memeluk mesra calon suaminya di depan Mutia dan Nayla. Ia mengelus wajahnya Arshaka, “Calon suamiku ini masih muda, ganteng, baik hati dan tentunya calon suamiku adalah anak dari pengusaha tersukses di kampungnya, bukan pria matre kayak Dimas!” Erina hanya berbicara asal-asalan tentang keluarga besarnya Arshaka yang ada di kampung agar Mutia tidak merendahkan calon suaminya itu. Arshaka tersedak air liurnya mendengar perkataan dari Erina,” uhuk-uhuk!” “Gue yakin kalau itu hanya khayalanmu saja yang berharap kalau pria melarat itu anak tuan tanah di desanya!” Mutia tertawa mengejek mendengar ucapan Erina. Arshaka menekan dadanya untuk meredakan batuk-batuknya,” Apa dia tau kalau keluarga gue adalah Tuan Tanah?” gumamnya melirik ke arah Erina yang masih merangkulnya dengan posesif. Nayla sampai-sampai menutup mulutnya yang tertawa terbahak-bahak,” Lo sudah pinter ngelawak rupanya! Masa pria yang penampilannya kayak anak geng motor kamu anggap anak pengusaha sukses!” “Haha sadar ibu Polwan! Kasihan-kasihan kayaknya dia sudah stres gara-gara pernikahannya dengan kak Dimas batal jadi ngehalu tingkat dewa,” sarkas Nayla adik kandungnya Dimas. Erina berjalan bergandengan tangan dengan Arshaka, ia tak melepaskan rangkulan tangannya di pinggang calon suaminya. “Gue bakalan buktikan kepada kalian kalau calon suami gue ini lebih baik dari segi manapun dibandingkan dengan kakak kalian!” Erina menunjuk ke arah dada bidangnya Arshaka. “Buktikan saja secepatnya! Kami tunggu!” teriaknya yang mengejek Erina. “Calon suamiku lebih baik dari Om-om yang menjadi sugar daddy kalian! Ups kelepasan, maaf nggak sengaja keceplosan soalnya,” Erina tersenyum sambil menutup mulutnya. Keduanya langsung kicep dan terdiam karena rahasia mereka diketahui oleh Erina padahal mereka sudah main cantik. “Shit! Kenapa perempuan tua ini mengetahui kalau kami simpenan Om-om tajir,” batinnya Nayla. “Sial! Darimana info Itu dia dapatkan kalau gue adalah ani-aninya Om Doni?” monolognya Mutia. Erina tersenyum mengejek,” kenapa kalian diam? Apa kalian tidak mau tahu gimana caranya gue tahu rahasia besar kalian!? Tapi kayaknya gue gak bakalan bocorin apa yang gue ketahui. Gue masih banyak urusan yang lebih penting soalnya daripada meladeni kalian perempuan mu*rahan!” Erina berjalan bergandengan tangan dengan Arshaka yang masih memikirkan kenapa bisa Erina mengetahui identitas aslinya yang ditutupinya selama ini. Mereka berjalan kedalam salah satu butik ternama yang ada di ibu kota Jakarta. “Dasar tante-tante girang menikahi brondong preman kampung!” “Gue sumpahin kalau suami Lo itu orang melarat!” “Semoga Lo nggak punya keturunan wanita mandul!” Sumpah serapah keduanya layangkan untuk Erina karena mereka malu sudah dipermalukan oleh Erina. Erina menaikan jari tengahnya ke arah Mutia dan Nayla.” Semoga semuanya berbalik kepada kalian berdua!” Arshaka geleng-geleng kepala melihat tingkah calon istrinya. “Bar-bar juga calon istriku,” cicitnya Akmal. “Gue memang aslinya kayak gini, tapi tergantung juga orangnya sih kalau mereka duluan mengusik gue balas. Nggak maulah cuma diam-diam baek pasti gue balas seribu kali lipat dari apa yang mereka lakukan padaku!” “Masya Allah, kamu cantik banget memakai gaunnya,” pujinya Bu Laudya sang pemilik butik ketika melihat Erina sudah memakai gaun pengantinnya. Erina tersenyum tipis,” Tante terlalu memuji padahal aku belum makeup loh.” “Kamu tanpa makeup sekalipun tetap cantik Nak, betapa beruntungnya calon suamimu mendapatkan wanita kayak kamu sudah cantik, karir bagus, terpelajar, baik hati dari keluarga terpandang lagi intinya bibit bebet bobot sudah terpenuhi semuanya,” pujinya panjang lebar Bu Laudya. Erina kemudian berjalan ke arah Arshaka yang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya. “Sayang, gue cocok nggak pake gaun pengantin yang ini?” Tanyanya Erina sambil berlenggak lenggok di depan Arshaka layaknya peragawati saja. Arshaka sontak mendongak menatapnya tanpa berkedip sedikitpun,” subhanallah cantiknya,” ceplosnya. Erina mengerlingkan matanya mendengar pujian dari calon suami brondongnya,” thanks sayangku.” Arshaka jadi salah tingkah, karena ucapan spontannya yang tanpa disadarinya meluncur begitu saja dari bibirnya. “Gimana gue pilih ini saja atau ganti yang lain?” Tanyanya yang masih berputar di hadapan Arshaka dengan tatapan nakalnya. “Hemph! Pilih itu saja,” ucapnya Arshaka yang sok cool padahal tersipu malu-malu. “Kalau gitu, gue temenin kamu ke dalam untuk cobain jasnya apa sudah cocok atau perlu dipermak lagi,” Erina tak segan-segan merangkul pinggangnya Arshaka l. Erina lebih agresif dan tidak jaim-jaim kalau berduaan dengan Arshaka padahal dengan mantan tunangannya dulu tidak seperti ini. Ia lebih jaga jarak dengan Dimas. Rasa nyaman dirasakannya ketika bersama dengan Arshaka dibanding dengan Dimas, sehingga sikapnya terkesan natural, alami tanpa dibuat-buat. Arshaka memperhatikan penampilannya di depan cermin besar untuk memastikan dirinya tidak mengecewakan memakai pakaian pengantinnya. “Semoga penampilanku gak kelihatan aneh, baru kali ini gue pakai pakaian resmi gini,” gumamnya yang tidak percaya diri dengan penampilannya. “Sayang, apa kamu susah selesai berganti pakaian? Kalau belum guae bantuin yah,” tawarnya Erina yang hanya bercanda untuk melihat reaksinya Arshaka yang selalu lucu dimatanya jika digombal. “Tunggu, gue udah selesai kok! Ga usah masuk. Gue malu dilihat sama Mbak,” balasnya. Arshaka verjalan ke arah luar sambil sesekali memperbaiki kancing jas tuxedo warna putih yang dipakainya. Dia insecure dengan penampilannya sendiri padahal, dia cakep dan memiliki tubuh yang atletis jadi memakai pakaian apapun tetap oke. Erina yang baru saja membaca sebuah majalah male edisi khusus itu mendongak setelah menyadari Arshaka sudah berdiri di depannya tanpa berani bersuara. Erina terpesona melihat penampilan Arshaka yang selalu tampil mempesona sesuai dengan pakaian yang dipakainya. “Masya Allah gantengnya calon imam masa depan gue, calon papa dari anak-anak gue,” pujinya Erina sontak berdiri dari duduknya sambil berjalan ke arah Arshaka. Raut wajahnya memerah, telinganya pun ikut memerah mendapatkan pujian dari calon istrinya. Erina selalu menyukai tingkah groginya Arshaka yang membuatnya gemes. “Masya Allah, unyu-unyu banget calon suamiku. Gue demen lihat kamu seperti ini.” Erina reflek mengecup pipinya Arshaka yang putih mulus layaknya pemuda yang rajin perawatan. Arshaka semakin grogi dan nervous karena ucapannya Erina yang selalu terkesan frontal dan blak-blakan. “Masa sih gue ganteng? Nggak percaya,” elaknya Arshaka. Erina meraih ponselnya Arshaka kemudian mengarahkan kameranya ke arah wajah mereka berdua. “Kita ambil foto yah, supaya Lo lihat langsung buktinya,” Erina membidik kamera ponselnya terarah ke wajah mereka. Jepret!! “Senyum dong hubby,” Erina mendempetkan pipinya dengan pipi Arshaka. Erina mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik dan bagus. Arshaka manut saja, ketika diarahkan untuk bergaya seperti yang diinginkan oleh Erina tanpa protes sedikitpun. Erina pun mengecup pipinya Arshaka dan mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kameranya. Arshaka sampai-sampai melototkan matanya karena tanpa permisi Erina langsung mencium pipinya untuk kedua kalinya. “Hahaha! Baru cium pipi reaksinya seperti itu gimana kalau gue langsung cium bibirnya,” candanya Erina. Arshaka mengalihkan pandangannya ke arah lain karena benar-benar dalam posisi yang sungguh membuatnya tidak pede dan canggung. Arshaka buru-buru berjalan ke arah dalam ruang ganti, Bu Laudya senyum-senyum tanpa sengaja melihat kedekatan keduanya yang sama-sama jaim-jaim tapi terkadang agresif juga. Erina memainkan ponselnya Arshaka dan iseng memposting foto mereka berdua di sosial medianya Arshaka. Caption,”Cakepnya calon imamku.” Sedangkan di tempat lain yang jaraknya cukup jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta. “Bunda!” Teriak seorang perempuan muda. Perempuan itu berlari ke arah belakang rumahnya dimana terdapat kebun buah dan sayuran. Wanita paruh baya yang dipanggil bunda itu segera berdiri ketika melihat putrinya berteriak-teriak sambil berlari ke arahnya. “Astaghfirullahaladzim apa yang terjadi padamu Nak?” Tanyanya Bu Ulfa sambil berdiri dari posisinya yang sedang menyemai benih sayurannya. Perempuan itu berhenti berlari ketika sudah berada di depan bundanya sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. “Coba lihat bunda,” pintanya Arsyila yang tidak lain adalah kakaknya Arshaka. Bu Ulfa langsung mengambil hp putrinya kemudian memperhatikan layar ponselnya. “Apa dia calon istrinya adikmu?” Tanyanya. Arsyila mengangguk,” benar banget Bunda, cantik yah calon adik ipar. Tapi, katanya Shaka calon istrinya sudah tua usianya 32 tahun kan, tapi kalau dilihat di sini wajahnya seumuran dengan Shaka masih kayak remaja pula, malahan lebih tuaan wajahku,” Arsyila malu-malu membandingkan wajahnya dengan calon adik iparnya. “Kamu juga cantik sayang gak kalah dengan calon mantunya Bunda kok,” “Aku nanti bertanya langsung dia pakai apa kok wajahnya awet muda banget dibandingkan dengan usianya,” “Mungkin dia bukan calon istrinya yang kebetulan berfoto dengan adikmu,” sanggahnya karena tidak mengenali Erina yang wajahnya polosan tanpa polesan make up apapun. “Kalau bukan calon istrinya yang bernama Erina terus siapa dong? Apalagi mereka memakai gaun pengantin, bukannya bunda sudah pernah lihat langsung waktu lamaran,” Arsyila masih memandangi dengan lamat wajah Erina. Bu Ulfa mengingat-ingat wajahnya Erina,”mereka sama-sama cantik cuman waktu acara lamaran calon iparmu itu di-make up sedangkan yang ini ga pakai apapun lebih natural,” jelasnya Bu Ulfa. “Adikku beruntung banget dapet cewek secantik ini, kerjaan dan karir bagus cantik tetangga sono lewat,” ujarnya Arsyila. Bu Ulfa melanjutkan pekerjaannya memetik sayuran, tetapi kedatangan beberapa orang di rumahnya kembali menghentikan kegiatannya. “Apa maksud kalian sebenarnya ha!? Bukannya Akmal Amelio Arshaka putra kalian sudah dijodohkan dengan putriku Nafisah kenapa malah akan menikah dengan perempuan lain yang ada di kota!” ucap seorang pria dengan nada membentak.“Assalamualaikum, selamat pagi jagoannya umma,” ucapnya Elma ketika menyadari kalau putranya sudah bangun dari tidurnya pagi ini.Baby Athalla memainkan kedua kakinya ketika mendengar suara ummanya. Elma menggendong putranya sambil menimangnya.“Putranya Umma pasti sudah capek bobo terus kan? Jadi pagi ini kita akan berangkat ke rumah sakit. Baby Athalla mau diimunisasi, jangan nangis yah,” Elma berjalan ke arah balkon kamarnya yang cahaya matahari langsung mengenai wajahnya ketika pintunya terbuka lebar.Elma selalu melakukan kegiatan seperti ini setiap harinya. Dia akan mengenalkan putranya kepada alam langsung agar baby Athalla fisiknya lebih siap untuk beraktifitas di luar ruangan.Tanpa disadarinya apa yang dilakukannya ternyata, diam-diam ada yang mengambil gambar ibu dan anak itu.Berselang beberapa menit kemudian..“Sudah cukup berjemurnya pagi ini, kita lanjut besok pagi. Baby Athalla harus mandi, sudah mandi Umma berikan asi agar kenyang cepat gede,” ucapnya Elma yang selalu
“Stop Pak,” Erina menepuk-nepuk punggung lebar suaminya sambil sedikit berteriak seolah sedang memakai jasa ojek pengkolan.Arshaka mengehentikan laju kendaraannya kemudian menoleh ke belakang sambil tersenyum.“Ongkosnya cuma 15 ribu, bayarnya pake sayang dan cinta yang tulus hingga kakek nenek,” ucapnya Arshaka bercanda.Erina menutup mulutnya berpura-pura terkejut mendengar perkataan suaminya.“Pak, kenapa bayarannya mehong banget!?” Protesnya Erina.“Lah kalau mahal jalan kaki saja Bu,” balasnya Arshaka bergurau.Erina seakan-akan berfikir lama,”Kalau gitu, aku setuju dengan penawarannya. Tapi, nggak apa-apa aku ikhlas dan ridho bayarnya,” Erina mengecup pipinya Arshaka. “Aku panjar dulu yah, Pak!”Arshaka geleng-geleng kepala sambil mengambil beberapa kantong plastik belanjaannya dengan belanjaannya sendiri.“Istriku ada-ada saja,” ucapnya Arshaka terkekeh.“Mas, dari supermarket?” Tanyanya ketika melihat beberapa kantong kresek.“Belum sempat, rencananya pengen barengan sama ist
Hatinya Arshaka berbunga-bunga karena berhasil membelikan hadiah untuk istrinya dari hasil jerih payahnya sendiri selama sebulan. Arshaka menyimpan barang belanjaannya dengan sangat hati-hati. Karena ia tidak ingin barang belanjaannya rusak.“Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah aku bisa beliin istriku hadiah kecil. Moga saja Erina menyukainya meski hanya pakaian murah,” gumamnya sebelum menggeber tunggangannya menuju jalan raya.Sedangkan di tempat lain…Erina berjalan ke arah dapur karena ingin membuat susu khusus ibu hamil. Dia melirik ke arah jam dinding. Jam dinding menunjukkan pukul empat sore lewat beberapa menit.Erina membuka lemari kabinetya dan memeriksa beberapa makanan cemilan yang biasanya dibelikan oleh suaminya,tapi ternyata sudah kosong melompong.“Yah, wafer, biskuit sama kripiknya habis,” gumamnya Erina sambil satu persatu mengecek laci lemari kabinetya.Erina berjalan ke arah kamarnya ingin mengganti pakaian rumahannya dengan pakaian yang lebih tertutup. Erina me
Semua orang tampak panik hingga berteriak histeris dan seketika heboh karena melihat perkelahian dua pria dewasa di sekitar area parkiran. Termasuk Esra yang sangat terkejut, ketika tiba-tiba Rian datang dan tanpa ba bi bu langsung menghajar Dhanis.Rian menarik paksa tangannya Dhanis yang memeluk tubuhnya Esra dengan kuat kemudian memukulnya.Bugh!!“Dasar brengsek! Berani-beraninya memeluk calon istriku!” geramnya RianRian kembali melayangkan kepalan tinjunya untuk kedua kalinya tepat di wajahnya Dhanis yang tidak sanggup menghindar.“Bulshit! Kamu memang pria gila! Kamu akan aku hajar agar ngerti dengan apa yang sudah kamu perbuat,” murka Rian.“Stop!” Esra menjerit menahan tubuhnya Rian untuk berhenti bertindak brutal dan kriminal.Esra memeluk kuat-kuat tubuh tinggi tegapnya Rian yang terus berontak ingin memukul Dhanis yang sudah terjatuh terduduk ke atas aspal.“Dia harus diberikan pelajaran agar tahu diri dan paham posisinya ada dimana!” geramnya.Rian yang berusaha untuk men
“Biarlah waktu menjawab segala kebenaran yang ada dan kalaupun mereka menyalahkanku nggak apa-apa, gue siap bertanggung jawab atas segala kesalahan yang terjadi,” batinnya Rian.Rian ingin secepatnya mereka menyadari kalau baby Athalla adalah putranya Ebrahim, tetapi ia juga enggan untuk berterus terang kepada mereka semua apa yang sebenarnya terjadi.Semua orang terdiam mendengarkan ucapan Pak Kharis abinya Ebrahim yang memang anti Clara.“Umma barengan kamu saja, aku banyak kerjaan soalnya,” usulnya Rian sambil menghabiskan sisa makanannya.“Kenapa kali ini Lo nolak bertemu dengan calon istrimu, bukannya Lo selalu gercep mau ketemuan dengan Bu guru cantik,” sindirnya Ebrahim.“Kalau bukan karena Lo yang harus kerja di rumah sakit, gue nggak bakalan repot-repot menggantikan posisi Lo,” balasnya Rian sambil meraih punggung tangan Bu Aisyah.Alisnya Ebrahim terangkat mendengar ucapannya Rian, “Jadi Lo ceritanya nggak ikhlas?”Rian cekikan melihat raut wajahnya Ebrahim yang seperti tida
Kedua pasutri itu selalu terlihat mesra kapanpun dan dimanapun. Panah asmara cinta sudah tertancap indah dan paten di dalam sanubari keduanya yang setiap saat selalu membara dan hangat diantara keduanya.Meskipun awalnya pernikahan mereka terjadi karena paksaan dan desakan dari orang-orang yang menganggap mereka sedang berbuat tak senonoh.Erina terkagum-kagum melihat penampilan Arshaka yang memakai atasan kemeja dan celana jeans biru tua. Lengannya sedikit gulung ke atas.“Masya Allah, pengen ngarungin Mas Shaka kalau gini,” pujinya Erina yang selalu terpana dengan penampilan suami brondongnya.Arshaka tersenyum lembut sambil mengusap perutnya Erina yang semakin membuncit.“Kalau kamu ngarungin suamimu ini, gimana caranya bisa beli sebongkah berlian?” candanya Arshaka.“Haha! Iya yah nggak bisa beli mobil Lamborghini juga kalau Mas Shaka nggak kerja,” balasnya Erina yang bercanda pula.Arshaka mengecup sekilas bibirnya Erina,” kamu tenang saja jangan banyak pikiran. Suamimu ini akan
Ada perasaan aneh yang tiba-tiba bergelayut dalam relung hatinya bu Aisyah ketika mendekap hangat baby Athalla. Air matanya seketika terjatuh membasahi pipinya tanpa disadarinya. “Ya Allah, mungkin perasaan seperti ini yang kelak akan aku rasakan jika aku memiliki cucu,” lirihnya Bu Aisyah. Baby Athalla sontak terdiam dan berhenti menangis setelah digendong oleh Bu Aisyah. Esra dan Elma saling pandang melihat kejadian yang terjadi di depannya. Bu Aisyah buru-buru menyeka air matanya yang terharu bahagia melihat baby Athalla. “Sayang… sayang anak ganteng jangan nangis yah ada Oma cantik di sini,” Bu Aisyah mengecup pipi gemoy baby Athalla yang baru berusia sebulan itu. Elma ingin mengambil anaknya tapi dicegah oleh Esra,” tungguin saja, biarkan Tante Aisyah yang menidurkan baby Athalla.” Aisyah menidurkan baby Athalla kedalam box bayinya. Hatinya seketika menghangat selama menggendong bayinya Elma. “Ya Allah, kebetulan apa ini kenapa wajahnya bayi lucu ini mengingatkan aku pada pu
Rian dan Esra sama-sama tanpa mereka sadari posisi mereka cukup intim. Wajang mereka hanya terpisah beberapa centimeter saja. Andaikan salah satu dari mereka ada yang bergerak sudah pasti bibir keduanya akan menempel.“Masya Allah gantengnya Pak Rian, berasa lagi bersama dengan Oppa Ji Chang Wook,” batinnya Esra yang tanpa disadarinya mengagumi sosok pria berdarah campuran Tionghoa yang ada di depannya.“Subhanallah, betapa bahagianya dan beruntungnya diriku jika kami berdua bisa menikah,” Rian pun membatin.“Esra, apa yang kalian lakukan?” Tanyanya Erina.“Kayaknya sudah move-on melupakan cintanya yang harus kandas karena tak ada restu dari kedua orang tua sang mantan,” celetuknya Arshaka.Esra mendorong kuat-kuat tubuhnya Rian ketika kedua orang tuanya dan saudaranya sudah berdiri di depannya hingga terjengkang ke belakang.“Arghh!” Pekik Rian yang terduduk ke atas lantai.Semua orang menganga lebar melihat apa yang diperbuat oleh Esra.“Pak Rian,” cicitnya Liana yang menahan tawany
Suara gelas jatuh ke atas lantai mengagetkan dua orang insan manusia yang sedang meresapi rasa bibir masing-masing.Belva dan Dhanis buru-buru melepaskan pagutan bibirnya. Mereka salah tingkah dengan kedatangan orang itu yang melihat mereka sedang bermesraan.“Pak Dhanis, sebaiknya bapak cepat-cepat melamar Belva takutnya kalian berdua lepas kendali dan berbuat hal-hal yang melebihi dari sekadar ciuman,” ucapnya Esra yang menohok hati keduanya.Belva dan Dhanis mencelos mendengar kalimat nasehat bijak yang bernada sindiran dari Esra.Esra tidak memungkiri jika hatinya sedih, kecewa dan sakit melihat pria yang sampai detik ini masih dicintainya dan disayanginya setulus hati meski dia sudah berjuang untuk menghapus segala kenangan indah dari hati dan pikirannya.Esra berjuang keras untuk move on dan terlihat baik-baik saja ketika tanpa sengaja mantan kekasihnya dan sepupunya kepergok berciuman.Belva tertunduk malu karena dia ketahuan membalas ciuman pria yang pernah menjadi kekasih kak