Home / Rumah Tangga / Berondong Pilihan Polwan Cantik / Bab. 7. Kemarahan Sang Mantan

Share

Bab. 7. Kemarahan Sang Mantan

Author: Daeng Sanngin
last update Last Updated: 2025-04-08 15:26:38

Arshaka memperhatikan apa yang terjadi tanpa berniat untuk menengahi kedua wanita itu.

“Hemp! Sayangnya lupa beli kuaci sama semangka pasti seru nonton drama mereka kalau ada kuaci dengan buah semangkanya,” gumamnya yang berdiri di sampingnya Erina.

Mutia menatap jijik Arshaka, “OMG! Baru kemarin diputuskan oleh mas Dimas eh hari ini malah gandeng pria berandalan!” Cibirnya.

“Saking nggak lakunya dirimu sehingga memilih pria preman pasar, urakan begajulan kayak dia!” sarkasnya perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arshaka.

Arshaka hari hanya memakai kaos oblong warna hitam, jaket jeans biru robek-robek dan juga celana yang robek-robek pula dengan tindik bersusun di telinga kanannya. Rambut gondrong yang diikat sebatas tengkuk lehernya seperti layaknya aktor Korea.

Siapapun yang melihatnya pasti menganggap dan berpikiran yang aneh-aneh tentang siapa calon suaminya Erina sebenarnya.

“Lah kalian ciwi-ciwi hanya melihat gue berpakaian seperti ini menganggap gue begajulan lah, urakan, preman pasar lah,” ucapnya Arshaka sambil menunjuk ke arah pakaiannya sendiri.

Arshaka sama sekali tidak tersinggung ataupun marah dengan cibiran yang ditujukan untuknya, karena memang seperti itulah gayanya selama kuliah di ibu kota Jakarta.

Erina tersenyum smirk mendengar cibiran dari Mutia adik sepupunya Dimas, ” Lo bilang calon suami gue barang rongsokan,berandalan, urakan, preman pasar lah! Emang gue pikirin!”

Erina melingkarkan tangannya ke lengannya Arshaka,” Yang paling penting calon suami gue ini masih muda, ganteng lagi dan pastinya setia enggak kayak kakak kalian yang pria mokondo suka manfaatin kekayaan gue.” balasnya Erina yang tidak mau kalah sengit hinaannya.

Nayla melipat kedua tangannya di depan dadanya, “Gue heran saja karena bisa-bisanya seorang Polwan, anak jendral pula malah akan menikah dengan pria gak jelas asal-usulnya. Padahal diluar sana masih banyak pria yang lebih layak menjadi suamimu dibandingkan dengan pria modelan kayak dia,” hinanya Nayla.

“Mana ada lelaki yang mau menjadi suami perawan tua kayak dia!” ucapnya sinis Mutiara lagi sambil tertawa terbahak-bahak.

“Mana ada!? Apa kalian buta kalau gue jadi menikah dengan pria yang ada di sampingku ini! Kayaknya mata kalian selain minus juga katarak,” ejek Erina.

Erina berjalan ke arah depan hingga semakin terkikis jarak keduanya. Dia sudah terbiasa mendengar ucapan nyinyir dan kasar tak bermutu dari keduanya.

“Calon suamiku itu seribu kali lebih baik daripada kakak sepupu kamu yang bernama Dimas itu!” Erina menjeda ucapannya kemudian berjalan ke arah Arshaka.

Erina memeluk mesra calon suaminya di depan Mutia dan Nayla. Ia mengelus wajahnya Arshaka, “Calon suamiku ini masih muda, ganteng, baik hati dan tentunya calon suamiku adalah anak dari pengusaha tersukses di kampungnya, bukan pria matre kayak Dimas!”

Erina hanya berbicara asal-asalan tentang keluarga besarnya Arshaka yang ada di kampung agar Mutia tidak merendahkan calon suaminya itu.

Arshaka tersedak air liurnya mendengar perkataan dari Erina,” uhuk-uhuk!”

“Gue yakin kalau itu hanya khayalanmu saja yang berharap kalau pria melarat itu anak tuan tanah di desanya!” Mutia tertawa mengejek mendengar ucapan Erina.

Arshaka menekan dadanya untuk meredakan batuk-batuknya,” Apa dia tau kalau keluarga gue adalah Tuan Tanah?” gumamnya melirik ke arah Erina yang masih merangkulnya dengan posesif.

Nayla sampai-sampai menutup mulutnya yang tertawa terbahak-bahak,” Lo sudah pinter ngelawak rupanya! Masa pria yang penampilannya kayak anak geng motor kamu anggap anak pengusaha sukses!”

“Haha sadar ibu Polwan! Kasihan-kasihan kayaknya dia sudah stres gara-gara pernikahannya dengan kak Dimas batal jadi ngehalu tingkat dewa,” sarkas Nayla adik kandungnya Dimas.

Erina berjalan bergandengan tangan dengan Arshaka, ia tak melepaskan rangkulan tangannya di pinggang calon suaminya.

“Gue bakalan buktikan kepada kalian kalau calon suami gue ini lebih baik dari segi manapun dibandingkan dengan kakak kalian!” Erina menunjuk ke arah dada bidangnya Arshaka.

“Buktikan saja secepatnya! Kami tunggu!” teriaknya yang mengejek Erina.

“Calon suamiku lebih baik dari Om-om yang menjadi sugar daddy kalian! Ups kelepasan, maaf nggak sengaja keceplosan soalnya,” Erina tersenyum sambil menutup mulutnya.

Keduanya langsung kicep dan terdiam karena rahasia mereka diketahui oleh Erina padahal mereka sudah main cantik.

“Shit! Kenapa perempuan tua ini mengetahui kalau kami simpenan Om-om tajir,” batinnya Nayla.

“Sial! Darimana info Itu dia dapatkan kalau gue adalah ani-aninya Om Doni?” monolognya Mutia.

Erina tersenyum mengejek,” kenapa kalian diam? Apa kalian tidak mau tahu gimana caranya gue tahu rahasia besar kalian!? Tapi kayaknya gue gak bakalan bocorin apa yang gue ketahui. Gue masih banyak urusan yang lebih penting soalnya daripada meladeni kalian perempuan mu*rahan!”

Erina berjalan bergandengan tangan dengan Arshaka yang masih memikirkan kenapa bisa Erina mengetahui identitas aslinya yang ditutupinya selama ini. Mereka berjalan kedalam salah satu butik ternama yang ada di ibu kota Jakarta.

“Dasar tante-tante girang menikahi brondong preman kampung!”

“Gue sumpahin kalau suami Lo itu orang melarat!”

“Semoga Lo nggak punya keturunan wanita mandul!”

Sumpah serapah keduanya layangkan untuk Erina karena mereka malu sudah dipermalukan oleh Erina.

Erina menaikan jari tengahnya ke arah Mutia dan Nayla.” Semoga semuanya berbalik kepada kalian berdua!”

Arshaka geleng-geleng kepala melihat tingkah calon istrinya. “Bar-bar juga calon istriku,” cicitnya Akmal.

“Gue memang aslinya kayak gini, tapi tergantung juga orangnya sih kalau mereka duluan mengusik gue balas. Nggak maulah cuma diam-diam baek pasti gue balas seribu kali lipat dari apa yang mereka lakukan padaku!”

“Masya Allah, kamu cantik banget memakai gaunnya,” pujinya Bu Laudya sang pemilik butik ketika melihat Erina sudah memakai gaun pengantinnya.

Erina tersenyum tipis,” Tante terlalu memuji padahal aku belum makeup loh.”

“Kamu tanpa makeup sekalipun tetap cantik Nak, betapa beruntungnya calon suamimu mendapatkan wanita kayak kamu sudah cantik, karir bagus, terpelajar, baik hati dari keluarga terpandang lagi intinya bibit bebet bobot sudah terpenuhi semuanya,” pujinya panjang lebar Bu Laudya.

Erina kemudian berjalan ke arah Arshaka yang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.

“Sayang, gue cocok nggak pake gaun pengantin yang ini?” Tanyanya Erina sambil berlenggak lenggok di depan Arshaka layaknya peragawati saja.

Arshaka sontak mendongak menatapnya tanpa berkedip sedikitpun,” subhanallah cantiknya,” ceplosnya.

Erina mengerlingkan matanya mendengar pujian dari calon suami brondongnya,” thanks sayangku.”

Arshaka jadi salah tingkah, karena ucapan spontannya yang tanpa disadarinya meluncur begitu saja dari bibirnya.

“Gimana gue pilih ini saja atau ganti yang lain?” Tanyanya yang masih berputar di hadapan Arshaka dengan tatapan nakalnya.

“Hemph! Pilih itu saja,” ucapnya Arshaka yang sok cool padahal tersipu malu-malu.

“Kalau gitu, gue temenin kamu ke dalam untuk cobain jasnya apa sudah cocok atau perlu dipermak lagi,” Erina tak segan-segan merangkul pinggangnya Arshaka l.

Erina lebih agresif dan tidak jaim-jaim kalau berduaan dengan Arshaka padahal dengan mantan tunangannya dulu tidak seperti ini. Ia lebih jaga jarak dengan Dimas.

Rasa nyaman dirasakannya ketika bersama dengan Arshaka dibanding dengan Dimas, sehingga sikapnya terkesan natural, alami tanpa dibuat-buat.

Arshaka memperhatikan penampilannya di depan cermin besar untuk memastikan dirinya tidak mengecewakan memakai pakaian pengantinnya.

“Semoga penampilanku gak kelihatan aneh, baru kali ini gue pakai pakaian resmi gini,” gumamnya yang tidak percaya diri dengan penampilannya.

“Sayang, apa kamu susah selesai berganti pakaian? Kalau belum guae bantuin yah,” tawarnya Erina yang hanya bercanda untuk melihat reaksinya Arshaka yang selalu lucu dimatanya jika digombal.

“Tunggu, gue udah selesai kok! Ga usah masuk. Gue malu dilihat sama Mbak,” balasnya.

Arshaka verjalan ke arah luar sambil sesekali memperbaiki kancing jas tuxedo warna putih yang dipakainya.

Dia insecure dengan penampilannya sendiri padahal, dia cakep dan memiliki tubuh yang atletis jadi memakai pakaian apapun tetap oke.

Erina yang baru saja membaca sebuah majalah male edisi khusus itu mendongak setelah menyadari Arshaka sudah berdiri di depannya tanpa berani bersuara.

Erina terpesona melihat penampilan Arshaka yang selalu tampil mempesona sesuai dengan pakaian yang dipakainya.

“Masya Allah gantengnya calon imam masa depan gue, calon papa dari anak-anak gue,” pujinya Erina sontak berdiri dari duduknya sambil berjalan ke arah Arshaka.

Raut wajahnya memerah, telinganya pun ikut memerah mendapatkan pujian dari calon istrinya. Erina selalu menyukai tingkah groginya Arshaka yang membuatnya gemes.

“Masya Allah, unyu-unyu banget calon suamiku. Gue demen lihat kamu seperti ini.”

Erina reflek mengecup pipinya Arshaka yang putih mulus layaknya pemuda yang rajin perawatan. Arshaka semakin grogi dan nervous karena ucapannya Erina yang selalu terkesan frontal dan blak-blakan.

“Masa sih gue ganteng? Nggak percaya,” elaknya Arshaka.

Erina meraih ponselnya Arshaka kemudian mengarahkan kameranya ke arah wajah mereka berdua.

“Kita ambil foto yah, supaya Lo lihat langsung buktinya,” Erina membidik kamera ponselnya terarah ke wajah mereka.

Jepret!!

“Senyum dong hubby,” Erina mendempetkan pipinya dengan pipi Arshaka.

Erina mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik dan bagus. Arshaka manut saja, ketika diarahkan untuk bergaya seperti yang diinginkan oleh Erina tanpa protes sedikitpun.

Erina pun mengecup pipinya Arshaka dan mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kameranya. Arshaka sampai-sampai melototkan matanya karena tanpa permisi Erina langsung mencium pipinya untuk kedua kalinya.

“Hahaha! Baru cium pipi reaksinya seperti itu gimana kalau gue langsung cium bibirnya,” candanya Erina.

Arshaka mengalihkan pandangannya ke arah lain karena benar-benar dalam posisi yang sungguh membuatnya tidak pede dan canggung.

Arshaka buru-buru berjalan ke arah dalam ruang ganti, Bu Laudya senyum-senyum tanpa sengaja melihat kedekatan keduanya yang sama-sama jaim-jaim tapi terkadang agresif juga.

Erina memainkan ponselnya Arshaka dan iseng memposting foto mereka berdua di sosial medianya Arshaka.

Caption,”Cakepnya calon imamku.”

Sedangkan di tempat lain yang jaraknya cukup jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta.

“Bunda!” Teriak seorang perempuan muda.

Perempuan itu berlari ke arah belakang rumahnya dimana terdapat kebun buah dan sayuran. Wanita paruh baya yang dipanggil bunda itu segera berdiri ketika melihat putrinya berteriak-teriak sambil berlari ke arahnya.

“Astaghfirullahaladzim apa yang terjadi padamu Nak?” Tanyanya Bu Ulfa sambil berdiri dari posisinya yang sedang menyemai benih sayurannya.

Perempuan itu berhenti berlari ketika sudah berada di depan bundanya sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

“Coba lihat bunda,” pintanya Arsyila yang tidak lain adalah kakaknya Arshaka.

Bu Ulfa langsung mengambil hp putrinya kemudian memperhatikan layar ponselnya. “Apa dia calon istrinya adikmu?” Tanyanya.

Arsyila mengangguk,” benar banget Bunda, cantik yah calon adik ipar. Tapi, katanya Shaka calon istrinya sudah tua usianya 32 tahun kan, tapi kalau dilihat di sini wajahnya seumuran dengan Shaka masih kayak remaja pula, malahan lebih tuaan wajahku,”

Arsyila malu-malu membandingkan wajahnya dengan calon adik iparnya.

“Kamu juga cantik sayang gak kalah dengan calon mantunya Bunda kok,”

“Aku nanti bertanya langsung dia pakai apa kok wajahnya awet muda banget dibandingkan dengan usianya,”

“Mungkin dia bukan calon istrinya yang kebetulan berfoto dengan adikmu,” sanggahnya karena tidak mengenali Erina yang wajahnya polosan tanpa polesan make up apapun.

“Kalau bukan calon istrinya yang bernama Erina terus siapa dong? Apalagi mereka memakai gaun pengantin, bukannya bunda sudah pernah lihat langsung waktu lamaran,” Arsyila masih memandangi dengan lamat wajah Erina.

Bu Ulfa mengingat-ingat wajahnya Erina,”mereka sama-sama cantik cuman waktu acara lamaran calon iparmu itu di-make up sedangkan yang ini ga pakai apapun lebih natural,” jelasnya Bu Ulfa.

“Adikku beruntung banget dapet cewek secantik ini, kerjaan dan karir bagus cantik tetangga sono lewat,” ujarnya Arsyila.

Bu Ulfa melanjutkan pekerjaannya memetik sayuran, tetapi kedatangan beberapa orang di rumahnya kembali menghentikan kegiatannya.

“Apa maksud kalian sebenarnya ha!? Bukannya Akmal Amelio Arshaka putra kalian sudah dijodohkan dengan putriku Nafisah kenapa malah akan menikah dengan perempuan lain yang ada di kota!” ucap seorang pria dengan nada membentak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 66

    Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 65

    “Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 64

    Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 63

    Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 62

    “Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam

  • Berondong Pilihan Polwan Cantik    Bab. 61

    “Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status