“Ada yah perempuan yang urat malunya ketinggalan di jalan!” gerutunya Erina memperhatikan apa yang dilakukan oleh calon suaminya dengan seorang perempuan muda.
Erina menatap tajam perempuan muda yang tidak dikenalnya, “Ck… ck.. Dasar bocah punya pacar tapi menyanggupi permintaan dari orang-orang kampung duren tidak runtuh,” gumamnya. Arshaka tersenyum canggung karena diperlakukan begitu mesra oleh perempuan yang berstatus pacarnya. Erina berjalan ke arah dalam sambil melirik ke arah Arshaka,” selesaikan urusanmu dengan perempuan itu! Gue gak mau menikah dengan pria yang masih memiliki hubungan asmara dengan perempuan lain.” Erina berjalan ke arah dalam warung itu kemudian memesan bakso karena dia sudah tidak sabar ingin menikmati makanan sejuta umat itu yang harganya murah meriah, tapi mengenyangkan perut. “Sayang siapa perempuan itu dan apa maksud dari ucapannya?” Tanyanya. Arshaka menarik tangan pacarnya dan berjalan ke arah samping warung,” gue akan jelasin kepada Lo apa maksud dari ucapannya.” “Sayang tanganku sakit, jangan cepat-cepat jalannya,” keluhnya karena pergelangan tangannya terasa perih. Arshaka berhenti setelah memperhatikan sekitarnya yang sudah aman dari pengunjung warung karena dia tidak ingin masalah pribadinya jadi konsumsi publik. “Olivia, Maaf mulai detik ini kita putus, tolong jangan usik kehidupan gue lagi!” Olivia melotot terkejut bukan main mendengar ucapan dari kekasihnya. “Gue ga mau putus denganmu! Gue itu sangat mencintaimu, tidak ada pria lain yang gue sukai selain kamu!” Teriaknya Olivia. Arshaka tersenyum tipis,” Sedari dulu tidak pernah mencintaimu. Gue setuju menjadi pacarmu karena kasihan sama Lo. Sejujurnya sudah bosan melihat wajah Lo yang terus mengikutiku kemanapun gue pergi!” Olivia semakin dibuat terbelalak mendengar perkataan dari Arshaka,” kok bisa Abang Akmal berkata seperti itu? Bukannya kita jadian karena memang saling mencintai.” “Maaf itulah faktanya sedari awal kita jadian hingga detik ini, gue gak ada rasa denganmu. Gue cuma mencintai calon istriku ngga ada perempuan lain selain dia wanita yang kamu lihat barusan,” jelasnya Arshaka. Olivia semakin melebarkan pupil matanya mendengar kejujuran Arshaka, air matanya menetes membasahi pipinya. “Itu ti-dak mungkin!?” teriaknya Olivia. Arshaka mundur beberapa langkah karena jijik dan enggan disentuh oleh Olivia seperti dulu,” Lo kira gue bahagia pacaran denganmu?” Sebenarnya sejak awal, Akmal tidak pernah mencintai Olivia hanya saja ia iba dan kasihan melihat perjuangan Olivia yang pantang menyerah mengejarnya. Awalnya dia menyetujui permintaannya Olivia menjadi kekasihnya semata-mata karena kasihan dan berharap bakal bahagia. Tapi, tau-taunya bukan kebahagiaan yang dia dapatkan malah terkekang dan ruang geraknya terbatas. Olivia selalu bersikap cemburuan. Arshaka paling tidak menyukai jika sedikit-sedikit kamu dimana, dengan siapa semalam berbuat apa. Intinya ia tidak menyukai kalau pasangannya itu terlalu posesif apalagi terkesan agresif. “Kamu pasti bahagia buktinya kita masih pacaran,” cicitnya Olivia. “Jawabnya tidak bahagia, jujur saja gue sangat tertekan dan terbebani menjalin hubungan dengan gadis posesif seperti kamu. Semoga setelah hari ini, Lo paham dengan ucapanku!” Sejujurnya Arshaka tidak menyukai sikapnya Olivia yang mirip dengan bocah SMP. Dia malah seperti cegil yang terus mengusik ketenangan hidupnya. Olivia menangis histeris mendengar kejujuran dari kekasihnya,” tapi gue cinta mati dengan kakak!” “Bulshit! Nggak ada yang namanya cinta mati didunia ini. Dimana-mana cinta itu saling melengkapi, saling menghargai dan saling mengerti. Tapi, selama gue coba jalan dengan Lo malah hidup gue seperti terkurung gak bebas melakukan apapun yang gue inginkan. Kamu selalu melarang gue ini itu!” “Gue, sungguh-sungguh serius mencintaimu, apa gue gak pantas untuk menjadi kekasihnya kakak?” cicitnya Olivia. “Maaf bukan masalah pantas atau tidaknya, tapi semua itu nggak bisa terjadi lagi karena gue bakal menikah minggu depan, jadi gue mohon dengan sangat mulai saat ini jangan ganggu hidupku, kita akhiri segalanya,” Arshaka mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya. Setelah berbicara, ia segera meninggalkan Olivia yang semakin mengeraskan suara tangisannya. Dia tidak ingin percaya apa yang dikatakan oleh kekasihnya. “Gue harus tau siapa perempuan itu? Gue akan cari cara agar gue yang menjadi istrinya,” tekadnya. Erina dengan sabar menunggu kedatangannya Arshaka, padahal dia sudah tidak sabar ingin mencicipi bakso yang masih mengepul asapnya. “Kemana perginya itu bocah? Gue laper banget,” keluhnya Erina sambil sesekali melirik ke arah pintu masuk. Bahkan, aroma wangi racikan bumbunya seolah-olah menggoda dan melambai-lambai ingin secepatnya disantap. Senyuman mengembang di wajahnya ketika melihat pria yang di tunggu-tunggunya sudah datang. “Alhamdulillah Lo balik juga,” Arshaka segera menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kursi plastik,” Maaf agak lama.” “Selow saja! Lebih baik sekarang gue nunggu Lo lebih lama untuk menyelesaikan masa lalumu daripada harus berbagi suami dengan wanita lain,” Arshaka terdiam mendengarkan ucapan Erina,” apa Mbak sudah siap menjadi istri dari pria pengangguran kayak gue?” Erina membantu membumbui kuah bakso yang ada di depannya Arshaka dengan kecap, saus cabe serta jeruk nipis. ”Siap gak siap wajib siaplah, daripada gue diarak massa telan**jang keliling kampung mendingan lah nikah dengan brondong ganteng kayak Lo,” jawabnya Erina spontan. Erina kemudian menyantap baksonya, dia sesekali mengeluh kepedesan ketika menikmati kuah baksonya. “Kalo gak sanggup makan yang pedes kenapa dipaksain,” oloknya Arshaka. “Gue ngiler banget lihat sambalnya yang merah merona itu, jadi gue ambil satu sendok ternyata woo rasanya luar biasa menggoyang lidah sampai bibir Jontor,” ujarnya sambil sesekali mengipas wajahnya yang kepanasan. Tanpa terduga, Arshaka menyeka keringatnya Erina yang menetes membasahi keningnya. “Ternyata brondong pilihanku perhatian juga rupanya,” candanya Erina. “Gue harus kudu perhatian sama Mbak yah meskipun kita nantinya menikah karena paksaan dan desakan dari orang-orang gue tetap akan melakukan kewajibanku sebagai seorang suami,” ujarnya Arshaka serius. “Kewajiban seperti apa maksudnya Lo?” Erina menautkan kedua alisnya. “Mungkin traktir Mbak makan bakso asalkan jangan minta dibeliin mobil, emas berlian atau honeymoon keliling dunia saja insha Allah kalau yang lain masih bisa gue penuhin,” Erina mencapit kedua pipinya Arshaka,” unyu-unyu banget calon imamku insha Allah dunia akhirat.” “Ish ish… Mbak gue ini bukan bocah digituin, malu tau sama orang-orang,” gerutunya Arshaka yang tidak enak diperhatikan oleh orang karena ulahnya Erina. “Hahaha! Ayo lanjutkan makannya kita harus ke studio untuk foto prewed sebelum dzuhur,” Erina kembali melanjutkan acara makannya. Keduanya masih menyantap baksonya hingga tandas tak bersisa di dalam mangkok masing-masing. Kedua pasangan calon pengantin itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju salah satu studio foto. Meskipun cuaca cukup terik di siang bolong itu tidak menyurutkan semangat mereka. “Mbak kalau selesai nikah gue kan libur dua mingguan apa Mbak setuju kalau kita ke kampung? Ayah juga mau rayain pesta nikah Kita!” Teriaknya. “Kalau cuma seminggu saja gue bisa kalau dua minggu gue gak bisa Lo kan tau kalau kerjaan gue banyak akhir-akhir ini,” ucapnya Erina yang mendekatkan wajahnya ke telinganya Arshaka. Arshaka sedikit geli karena daun telinganya dengan wajahnya Erina saling bersentuhan. Seumur-umur baru kali ini dalam posisi yang sangat dekat dengan lawan jenisnya. “Mbak munduran sedikit boleh, geli soalnya,” Erina bukannya menuruti perintah itu, ia dengan sengaja mengerjai Arshaka dengan menggesek pipinya dengan cuping telinganya Arshaka yang sudah memerah. Hingga laju ban motornya oleng ke kanan kiri karena Arshaka kegelian hingga motornya tidak seimbang. ”Mbak, stop!” Erina tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya Arshaka yang di matanya sangat lucu. Daerah paling sensitifnya Akmal itu adalah telinganya sehingga dia kegelian. “Sorry! Gue sengaja soalnya.” Erina malah tertawa terbahak-bahak. Arshaka misuh-misuh sambil terus mengendarai sepeda motornya menuju ke alamat yang akan mereka kunjungi. “Tapi, ngomong-ngomong ayah sama bunda kamu nggak galak kan?” Tanyanya Erina setelah kondisi laju kendaraannya membaik. Arshaka tersenyum smirk mendengar pertanyaan dari Erina sang polwan cantik itu. “Kenapa memangnya kalau galak? Masa sih seorang polisi cantik harus takut sama rakyat biasa, bunda gue itu galak kayak macan betina,” ejeknya. “Bukannya gue takut tapi masa ada yang saingi sifat bar-bar dan galak gue,” candanya Erina. “Lah gue kirain Mbak takut kalau ayah sama bunda, gue galak,” sangkanya. Berselang beberapa menit kemudian… “Selamat datang Bu Erina,” sapa pegawai studio foto yang bekerja di bagian administrasi. “Makasih Mbak Melati, ngomong-ngomong abang Dion ada?” Tanyanya Erina ramah. “Pak Dion ada di dalam, dia nungguin ibu sedari pagi,” jawabnya Melati. “Makasih banyak, aku masuk dulu,” Erina berjalan ke arah dalam sambil menggandeng tangannya Akmal. Melati memperhatikan keduanya dari jauh,” takdir memang benar-benar rahasia besar Allah SWT. Sebulan lalu Bu Erina datang dengan Pak Dimas hari ini dengan orang baru yang lebih muda dari Pak Dimas tapi ini mah lebih cakep dan fresh.” Keduanya sudah berganti pakaian dan siap melakukan sesi foto pertama. Keduanya akan berfoto di dalam ruangan atau indoor. “Abang, diganti temanya gue gak mau kayak dulu waktu bareng mantan paling buruk,” pinta Erina. “Oke siap!” Balasnya Dion sang fotografer. Erina memakai pakaian yang lebih feminim berwarna biru langit sedangkan Arshaka memakai pakaian semi formal yang senada dengan warna bajunya Erina. Penampilannya lebih dewasa dan semakin macho apalagi pakaian yang dipakainya pres di tubuhnya sehingga semakin memperlihatkan bentuk tubuhnya terutama bagian dadanya yang sixpack. Erina sampai-sampai reflek berdiri dari duduknya ketika melihat penampilan pria muda yang bakal jadi suaminya itu,”Masya Allah apa benar ini calon suami gue?” Arshaka jadi salah tingkah karena diperhatikan seperti itu, wajahnya berseri-seri karena dipuji. Erina bahkan mengelilingi tubuhnya Arshaka yang baru saja keluar dari ruangan ganti. Erina memegangi kedua sisi pipinya Arshaka. ”Lihatlah wajahmu memerah seperti buah tomat matang, ududuh manisnya.” Erina doyan banget mengerjai Arshaka. “Mantan kamu yang benalu itu lewat dibandingkan dengan yang ini mereka bagaikan langit dan bumi,” pujinya Dion. “Haha! Haruslah melebihi dari sang mantan kalau enggak rugi dong,” candanya Erina. Akmal memeluk tubuhnya Erina sehingga tatapan mereka sama-sama terkunci sesuai dengan arahan gaya yang ditentukan oleh Dion. “Senyum dikit jangan terlalu kaku,” Akmal dan Erina saling berpandangan dengan senyuman menghias wajahnya. “Wajahmu sungguh sangat tampan dilihat dari jarak sedekat ini, gak sia-sia gue jatuh ke sungai dapat calon suami ganteng kayak gini soalnya,” cicitnya Erina. “Apa Mbak gak bosan memujiku terus-terusan? Bisa-bisa kadar kegantengan gue semakin meningkat kalau mbak puji mulu,” narsis Arshaka. Erina sengaja mengajak berbincang-bincang agar Arshaka bisa lebih rileks sehingga hasil fotonya akan kelihatan lebih natural. “Angle Nya bagus, gue acungin jempol calon suamimu kayak fotogenik gitu. Auranya benar-benar bersinar kayak model saja. Kalau gue perhatiin kalian ini pacarannya kayak sudah bertahun-tahun chemistrynya oke banget deh,” pujinya Dion yang memuji mereka secara blak-blakan. Arshaka malah nyengir lebar dipuji seperti itu,“Alhamdulillah kalau seperti itu Bang padahal gue itu nerves banget karena sejujurnya ini pertama kalinya gue dekat-dekat dengan perempuan soalnya,” ngaku Arshaka jujur. “Erina, Lo beruntung deh nikah sama ini anak meski usia kalian beda jauh, tapi kalau dilihat dari wajah kalian berdua sama-sama pasangan muda mudi kayak dua puluhan gitu,” Erina menutup mulutnya,” Abang terkadang terlalu jujur. Tapi, emang sih faktanya gitu kami pasangan ideal dan serasi pasti bakal banyak pasangan di luar sana yang terkagum-kagum melihat kami.” Erina memeluk tubuhnya Arshaka malah grogi dan tidak percaya diri karena sedari tadi selalu mendengar pujian diucapkan untuknya. “Alhamdulillah selesai juga, kalian boleh cek langsung hasil jepretan kameranya sempat ada yang gak ngena di hati mungkin,” pinta Dion. “Nggak usah Abang, kami percaya dengan kualitas kerjaan Abang. Kami buru-buru mau ke tempat lain soalnya,” Dion menaikkan jari jempolnya sedangkan keduanya kembali melanjutkan perjalanannya menuju salah satu butik ternama langganan kedua keluarganya. Erina menyerahkan helmnya ke dalam tangannya Arshaka, tapi tiba-tiba ada suara seseorang yang membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Haha! Kasihan banget deh nasib Lo! dicampakkan cowok ganteng malah dapat barang rongsokan seperti dia!” sinis Orang itu langsung menunjuk ke arah Arshaka.“Assalamualaikum, selamat pagi jagoannya umma,” ucapnya Elma ketika menyadari kalau putranya sudah bangun dari tidurnya pagi ini.Baby Athalla memainkan kedua kakinya ketika mendengar suara ummanya. Elma menggendong putranya sambil menimangnya.“Putranya Umma pasti sudah capek bobo terus kan? Jadi pagi ini kita akan berangkat ke rumah sakit. Baby Athalla mau diimunisasi, jangan nangis yah,” Elma berjalan ke arah balkon kamarnya yang cahaya matahari langsung mengenai wajahnya ketika pintunya terbuka lebar.Elma selalu melakukan kegiatan seperti ini setiap harinya. Dia akan mengenalkan putranya kepada alam langsung agar baby Athalla fisiknya lebih siap untuk beraktifitas di luar ruangan.Tanpa disadarinya apa yang dilakukannya ternyata, diam-diam ada yang mengambil gambar ibu dan anak itu.Berselang beberapa menit kemudian..“Sudah cukup berjemurnya pagi ini, kita lanjut besok pagi. Baby Athalla harus mandi, sudah mandi Umma berikan asi agar kenyang cepat gede,” ucapnya Elma yang selalu
“Stop Pak,” Erina menepuk-nepuk punggung lebar suaminya sambil sedikit berteriak seolah sedang memakai jasa ojek pengkolan.Arshaka mengehentikan laju kendaraannya kemudian menoleh ke belakang sambil tersenyum.“Ongkosnya cuma 15 ribu, bayarnya pake sayang dan cinta yang tulus hingga kakek nenek,” ucapnya Arshaka bercanda.Erina menutup mulutnya berpura-pura terkejut mendengar perkataan suaminya.“Pak, kenapa bayarannya mehong banget!?” Protesnya Erina.“Lah kalau mahal jalan kaki saja Bu,” balasnya Arshaka bergurau.Erina seakan-akan berfikir lama,”Kalau gitu, aku setuju dengan penawarannya. Tapi, nggak apa-apa aku ikhlas dan ridho bayarnya,” Erina mengecup pipinya Arshaka. “Aku panjar dulu yah, Pak!”Arshaka geleng-geleng kepala sambil mengambil beberapa kantong plastik belanjaannya dengan belanjaannya sendiri.“Istriku ada-ada saja,” ucapnya Arshaka terkekeh.“Mas, dari supermarket?” Tanyanya ketika melihat beberapa kantong kresek.“Belum sempat, rencananya pengen barengan sama ist
Hatinya Arshaka berbunga-bunga karena berhasil membelikan hadiah untuk istrinya dari hasil jerih payahnya sendiri selama sebulan. Arshaka menyimpan barang belanjaannya dengan sangat hati-hati. Karena ia tidak ingin barang belanjaannya rusak.“Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah aku bisa beliin istriku hadiah kecil. Moga saja Erina menyukainya meski hanya pakaian murah,” gumamnya sebelum menggeber tunggangannya menuju jalan raya.Sedangkan di tempat lain…Erina berjalan ke arah dapur karena ingin membuat susu khusus ibu hamil. Dia melirik ke arah jam dinding. Jam dinding menunjukkan pukul empat sore lewat beberapa menit.Erina membuka lemari kabinetya dan memeriksa beberapa makanan cemilan yang biasanya dibelikan oleh suaminya,tapi ternyata sudah kosong melompong.“Yah, wafer, biskuit sama kripiknya habis,” gumamnya Erina sambil satu persatu mengecek laci lemari kabinetya.Erina berjalan ke arah kamarnya ingin mengganti pakaian rumahannya dengan pakaian yang lebih tertutup. Erina me
Semua orang tampak panik hingga berteriak histeris dan seketika heboh karena melihat perkelahian dua pria dewasa di sekitar area parkiran. Termasuk Esra yang sangat terkejut, ketika tiba-tiba Rian datang dan tanpa ba bi bu langsung menghajar Dhanis.Rian menarik paksa tangannya Dhanis yang memeluk tubuhnya Esra dengan kuat kemudian memukulnya.Bugh!!“Dasar brengsek! Berani-beraninya memeluk calon istriku!” geramnya RianRian kembali melayangkan kepalan tinjunya untuk kedua kalinya tepat di wajahnya Dhanis yang tidak sanggup menghindar.“Bulshit! Kamu memang pria gila! Kamu akan aku hajar agar ngerti dengan apa yang sudah kamu perbuat,” murka Rian.“Stop!” Esra menjerit menahan tubuhnya Rian untuk berhenti bertindak brutal dan kriminal.Esra memeluk kuat-kuat tubuh tinggi tegapnya Rian yang terus berontak ingin memukul Dhanis yang sudah terjatuh terduduk ke atas aspal.“Dia harus diberikan pelajaran agar tahu diri dan paham posisinya ada dimana!” geramnya.Rian yang berusaha untuk men
“Biarlah waktu menjawab segala kebenaran yang ada dan kalaupun mereka menyalahkanku nggak apa-apa, gue siap bertanggung jawab atas segala kesalahan yang terjadi,” batinnya Rian.Rian ingin secepatnya mereka menyadari kalau baby Athalla adalah putranya Ebrahim, tetapi ia juga enggan untuk berterus terang kepada mereka semua apa yang sebenarnya terjadi.Semua orang terdiam mendengarkan ucapan Pak Kharis abinya Ebrahim yang memang anti Clara.“Umma barengan kamu saja, aku banyak kerjaan soalnya,” usulnya Rian sambil menghabiskan sisa makanannya.“Kenapa kali ini Lo nolak bertemu dengan calon istrimu, bukannya Lo selalu gercep mau ketemuan dengan Bu guru cantik,” sindirnya Ebrahim.“Kalau bukan karena Lo yang harus kerja di rumah sakit, gue nggak bakalan repot-repot menggantikan posisi Lo,” balasnya Rian sambil meraih punggung tangan Bu Aisyah.Alisnya Ebrahim terangkat mendengar ucapannya Rian, “Jadi Lo ceritanya nggak ikhlas?”Rian cekikan melihat raut wajahnya Ebrahim yang seperti tida
Kedua pasutri itu selalu terlihat mesra kapanpun dan dimanapun. Panah asmara cinta sudah tertancap indah dan paten di dalam sanubari keduanya yang setiap saat selalu membara dan hangat diantara keduanya.Meskipun awalnya pernikahan mereka terjadi karena paksaan dan desakan dari orang-orang yang menganggap mereka sedang berbuat tak senonoh.Erina terkagum-kagum melihat penampilan Arshaka yang memakai atasan kemeja dan celana jeans biru tua. Lengannya sedikit gulung ke atas.“Masya Allah, pengen ngarungin Mas Shaka kalau gini,” pujinya Erina yang selalu terpana dengan penampilan suami brondongnya.Arshaka tersenyum lembut sambil mengusap perutnya Erina yang semakin membuncit.“Kalau kamu ngarungin suamimu ini, gimana caranya bisa beli sebongkah berlian?” candanya Arshaka.“Haha! Iya yah nggak bisa beli mobil Lamborghini juga kalau Mas Shaka nggak kerja,” balasnya Erina yang bercanda pula.Arshaka mengecup sekilas bibirnya Erina,” kamu tenang saja jangan banyak pikiran. Suamimu ini akan
Ada perasaan aneh yang tiba-tiba bergelayut dalam relung hatinya bu Aisyah ketika mendekap hangat baby Athalla. Air matanya seketika terjatuh membasahi pipinya tanpa disadarinya. “Ya Allah, mungkin perasaan seperti ini yang kelak akan aku rasakan jika aku memiliki cucu,” lirihnya Bu Aisyah. Baby Athalla sontak terdiam dan berhenti menangis setelah digendong oleh Bu Aisyah. Esra dan Elma saling pandang melihat kejadian yang terjadi di depannya. Bu Aisyah buru-buru menyeka air matanya yang terharu bahagia melihat baby Athalla. “Sayang… sayang anak ganteng jangan nangis yah ada Oma cantik di sini,” Bu Aisyah mengecup pipi gemoy baby Athalla yang baru berusia sebulan itu. Elma ingin mengambil anaknya tapi dicegah oleh Esra,” tungguin saja, biarkan Tante Aisyah yang menidurkan baby Athalla.” Aisyah menidurkan baby Athalla kedalam box bayinya. Hatinya seketika menghangat selama menggendong bayinya Elma. “Ya Allah, kebetulan apa ini kenapa wajahnya bayi lucu ini mengingatkan aku pada pu
Rian dan Esra sama-sama tanpa mereka sadari posisi mereka cukup intim. Wajang mereka hanya terpisah beberapa centimeter saja. Andaikan salah satu dari mereka ada yang bergerak sudah pasti bibir keduanya akan menempel.“Masya Allah gantengnya Pak Rian, berasa lagi bersama dengan Oppa Ji Chang Wook,” batinnya Esra yang tanpa disadarinya mengagumi sosok pria berdarah campuran Tionghoa yang ada di depannya.“Subhanallah, betapa bahagianya dan beruntungnya diriku jika kami berdua bisa menikah,” Rian pun membatin.“Esra, apa yang kalian lakukan?” Tanyanya Erina.“Kayaknya sudah move-on melupakan cintanya yang harus kandas karena tak ada restu dari kedua orang tua sang mantan,” celetuknya Arshaka.Esra mendorong kuat-kuat tubuhnya Rian ketika kedua orang tuanya dan saudaranya sudah berdiri di depannya hingga terjengkang ke belakang.“Arghh!” Pekik Rian yang terduduk ke atas lantai.Semua orang menganga lebar melihat apa yang diperbuat oleh Esra.“Pak Rian,” cicitnya Liana yang menahan tawany
Suara gelas jatuh ke atas lantai mengagetkan dua orang insan manusia yang sedang meresapi rasa bibir masing-masing.Belva dan Dhanis buru-buru melepaskan pagutan bibirnya. Mereka salah tingkah dengan kedatangan orang itu yang melihat mereka sedang bermesraan.“Pak Dhanis, sebaiknya bapak cepat-cepat melamar Belva takutnya kalian berdua lepas kendali dan berbuat hal-hal yang melebihi dari sekadar ciuman,” ucapnya Esra yang menohok hati keduanya.Belva dan Dhanis mencelos mendengar kalimat nasehat bijak yang bernada sindiran dari Esra.Esra tidak memungkiri jika hatinya sedih, kecewa dan sakit melihat pria yang sampai detik ini masih dicintainya dan disayanginya setulus hati meski dia sudah berjuang untuk menghapus segala kenangan indah dari hati dan pikirannya.Esra berjuang keras untuk move on dan terlihat baik-baik saja ketika tanpa sengaja mantan kekasihnya dan sepupunya kepergok berciuman.Belva tertunduk malu karena dia ketahuan membalas ciuman pria yang pernah menjadi kekasih kak