“Ada yah perempuan yang urat malunya ketinggalan di jalan!” gerutunya Erina memperhatikan apa yang dilakukan oleh calon suaminya dengan seorang perempuan muda.
Erina menatap tajam perempuan muda yang tidak dikenalnya, “Ck… ck.. Dasar bocah punya pacar tapi menyanggupi permintaan dari orang-orang kampung duren tidak runtuh,” gumamnya. Arshaka tersenyum canggung karena diperlakukan begitu mesra oleh perempuan yang berstatus pacarnya. Erina berjalan ke arah dalam sambil melirik ke arah Arshaka,” selesaikan urusanmu dengan perempuan itu! Gue gak mau menikah dengan pria yang masih memiliki hubungan asmara dengan perempuan lain.” Erina berjalan ke arah dalam warung itu kemudian memesan bakso karena dia sudah tidak sabar ingin menikmati makanan sejuta umat itu yang harganya murah meriah, tapi mengenyangkan perut. “Sayang siapa perempuan itu dan apa maksud dari ucapannya?” Tanyanya. Arshaka menarik tangan pacarnya dan berjalan ke arah samping warung,” gue akan jelasin kepada Lo apa maksud dari ucapannya.” “Sayang tanganku sakit, jangan cepat-cepat jalannya,” keluhnya karena pergelangan tangannya terasa perih. Arshaka berhenti setelah memperhatikan sekitarnya yang sudah aman dari pengunjung warung karena dia tidak ingin masalah pribadinya jadi konsumsi publik. “Olivia, Maaf mulai detik ini kita putus, tolong jangan usik kehidupan gue lagi!” Olivia melotot terkejut bukan main mendengar ucapan dari kekasihnya. “Gue ga mau putus denganmu! Gue itu sangat mencintaimu, tidak ada pria lain yang gue sukai selain kamu!” Teriaknya Olivia. Arshaka tersenyum tipis,” Sedari dulu tidak pernah mencintaimu. Gue setuju menjadi pacarmu karena kasihan sama Lo. Sejujurnya sudah bosan melihat wajah Lo yang terus mengikutiku kemanapun gue pergi!” Olivia semakin dibuat terbelalak mendengar perkataan dari Arshaka,” kok bisa Abang Akmal berkata seperti itu? Bukannya kita jadian karena memang saling mencintai.” “Maaf itulah faktanya sedari awal kita jadian hingga detik ini, gue gak ada rasa denganmu. Gue cuma mencintai calon istriku ngga ada perempuan lain selain dia wanita yang kamu lihat barusan,” jelasnya Arshaka. Olivia semakin melebarkan pupil matanya mendengar kejujuran Arshaka, air matanya menetes membasahi pipinya. “Itu ti-dak mungkin!?” teriaknya Olivia. Arshaka mundur beberapa langkah karena jijik dan enggan disentuh oleh Olivia seperti dulu,” Lo kira gue bahagia pacaran denganmu?” Sebenarnya sejak awal, Akmal tidak pernah mencintai Olivia hanya saja ia iba dan kasihan melihat perjuangan Olivia yang pantang menyerah mengejarnya. Awalnya dia menyetujui permintaannya Olivia menjadi kekasihnya semata-mata karena kasihan dan berharap bakal bahagia. Tapi, tau-taunya bukan kebahagiaan yang dia dapatkan malah terkekang dan ruang geraknya terbatas. Olivia selalu bersikap cemburuan. Arshaka paling tidak menyukai jika sedikit-sedikit kamu dimana, dengan siapa semalam berbuat apa. Intinya ia tidak menyukai kalau pasangannya itu terlalu posesif apalagi terkesan agresif. “Kamu pasti bahagia buktinya kita masih pacaran,” cicitnya Olivia. “Jawabnya tidak bahagia, jujur saja gue sangat tertekan dan terbebani menjalin hubungan dengan gadis posesif seperti kamu. Semoga setelah hari ini, Lo paham dengan ucapanku!” Sejujurnya Arshaka tidak menyukai sikapnya Olivia yang mirip dengan bocah SMP. Dia malah seperti cegil yang terus mengusik ketenangan hidupnya. Olivia menangis histeris mendengar kejujuran dari kekasihnya,” tapi gue cinta mati dengan kakak!” “Bulshit! Nggak ada yang namanya cinta mati didunia ini. Dimana-mana cinta itu saling melengkapi, saling menghargai dan saling mengerti. Tapi, selama gue coba jalan dengan Lo malah hidup gue seperti terkurung gak bebas melakukan apapun yang gue inginkan. Kamu selalu melarang gue ini itu!” “Gue, sungguh-sungguh serius mencintaimu, apa gue gak pantas untuk menjadi kekasihnya kakak?” cicitnya Olivia. “Maaf bukan masalah pantas atau tidaknya, tapi semua itu nggak bisa terjadi lagi karena gue bakal menikah minggu depan, jadi gue mohon dengan sangat mulai saat ini jangan ganggu hidupku, kita akhiri segalanya,” Arshaka mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya. Setelah berbicara, ia segera meninggalkan Olivia yang semakin mengeraskan suara tangisannya. Dia tidak ingin percaya apa yang dikatakan oleh kekasihnya. “Gue harus tau siapa perempuan itu? Gue akan cari cara agar gue yang menjadi istrinya,” tekadnya. Erina dengan sabar menunggu kedatangannya Arshaka, padahal dia sudah tidak sabar ingin mencicipi bakso yang masih mengepul asapnya. “Kemana perginya itu bocah? Gue laper banget,” keluhnya Erina sambil sesekali melirik ke arah pintu masuk. Bahkan, aroma wangi racikan bumbunya seolah-olah menggoda dan melambai-lambai ingin secepatnya disantap. Senyuman mengembang di wajahnya ketika melihat pria yang di tunggu-tunggunya sudah datang. “Alhamdulillah Lo balik juga,” Arshaka segera menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kursi plastik,” Maaf agak lama.” “Selow saja! Lebih baik sekarang gue nunggu Lo lebih lama untuk menyelesaikan masa lalumu daripada harus berbagi suami dengan wanita lain,” Arshaka terdiam mendengarkan ucapan Erina,” apa Mbak sudah siap menjadi istri dari pria pengangguran kayak gue?” Erina membantu membumbui kuah bakso yang ada di depannya Arshaka dengan kecap, saus cabe serta jeruk nipis. ”Siap gak siap wajib siaplah, daripada gue diarak massa telan**jang keliling kampung mendingan lah nikah dengan brondong ganteng kayak Lo,” jawabnya Erina spontan. Erina kemudian menyantap baksonya, dia sesekali mengeluh kepedesan ketika menikmati kuah baksonya. “Kalo gak sanggup makan yang pedes kenapa dipaksain,” oloknya Arshaka. “Gue ngiler banget lihat sambalnya yang merah merona itu, jadi gue ambil satu sendok ternyata woo rasanya luar biasa menggoyang lidah sampai bibir Jontor,” ujarnya sambil sesekali mengipas wajahnya yang kepanasan. Tanpa terduga, Arshaka menyeka keringatnya Erina yang menetes membasahi keningnya. “Ternyata brondong pilihanku perhatian juga rupanya,” candanya Erina. “Gue harus kudu perhatian sama Mbak yah meskipun kita nantinya menikah karena paksaan dan desakan dari orang-orang gue tetap akan melakukan kewajibanku sebagai seorang suami,” ujarnya Arshaka serius. “Kewajiban seperti apa maksudnya Lo?” Erina menautkan kedua alisnya. “Mungkin traktir Mbak makan bakso asalkan jangan minta dibeliin mobil, emas berlian atau honeymoon keliling dunia saja insha Allah kalau yang lain masih bisa gue penuhin,” Erina mencapit kedua pipinya Arshaka,” unyu-unyu banget calon imamku insha Allah dunia akhirat.” “Ish ish… Mbak gue ini bukan bocah digituin, malu tau sama orang-orang,” gerutunya Arshaka yang tidak enak diperhatikan oleh orang karena ulahnya Erina. “Hahaha! Ayo lanjutkan makannya kita harus ke studio untuk foto prewed sebelum dzuhur,” Erina kembali melanjutkan acara makannya. Keduanya masih menyantap baksonya hingga tandas tak bersisa di dalam mangkok masing-masing. Kedua pasangan calon pengantin itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju salah satu studio foto. Meskipun cuaca cukup terik di siang bolong itu tidak menyurutkan semangat mereka. “Mbak kalau selesai nikah gue kan libur dua mingguan apa Mbak setuju kalau kita ke kampung? Ayah juga mau rayain pesta nikah Kita!” Teriaknya. “Kalau cuma seminggu saja gue bisa kalau dua minggu gue gak bisa Lo kan tau kalau kerjaan gue banyak akhir-akhir ini,” ucapnya Erina yang mendekatkan wajahnya ke telinganya Arshaka. Arshaka sedikit geli karena daun telinganya dengan wajahnya Erina saling bersentuhan. Seumur-umur baru kali ini dalam posisi yang sangat dekat dengan lawan jenisnya. “Mbak munduran sedikit boleh, geli soalnya,” Erina bukannya menuruti perintah itu, ia dengan sengaja mengerjai Arshaka dengan menggesek pipinya dengan cuping telinganya Arshaka yang sudah memerah. Hingga laju ban motornya oleng ke kanan kiri karena Arshaka kegelian hingga motornya tidak seimbang. ”Mbak, stop!” Erina tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya Arshaka yang di matanya sangat lucu. Daerah paling sensitifnya Akmal itu adalah telinganya sehingga dia kegelian. “Sorry! Gue sengaja soalnya.” Erina malah tertawa terbahak-bahak. Arshaka misuh-misuh sambil terus mengendarai sepeda motornya menuju ke alamat yang akan mereka kunjungi. “Tapi, ngomong-ngomong ayah sama bunda kamu nggak galak kan?” Tanyanya Erina setelah kondisi laju kendaraannya membaik. Arshaka tersenyum smirk mendengar pertanyaan dari Erina sang polwan cantik itu. “Kenapa memangnya kalau galak? Masa sih seorang polisi cantik harus takut sama rakyat biasa, bunda gue itu galak kayak macan betina,” ejeknya. “Bukannya gue takut tapi masa ada yang saingi sifat bar-bar dan galak gue,” candanya Erina. “Lah gue kirain Mbak takut kalau ayah sama bunda, gue galak,” sangkanya. Berselang beberapa menit kemudian… “Selamat datang Bu Erina,” sapa pegawai studio foto yang bekerja di bagian administrasi. “Makasih Mbak Melati, ngomong-ngomong abang Dion ada?” Tanyanya Erina ramah. “Pak Dion ada di dalam, dia nungguin ibu sedari pagi,” jawabnya Melati. “Makasih banyak, aku masuk dulu,” Erina berjalan ke arah dalam sambil menggandeng tangannya Akmal. Melati memperhatikan keduanya dari jauh,” takdir memang benar-benar rahasia besar Allah SWT. Sebulan lalu Bu Erina datang dengan Pak Dimas hari ini dengan orang baru yang lebih muda dari Pak Dimas tapi ini mah lebih cakep dan fresh.” Keduanya sudah berganti pakaian dan siap melakukan sesi foto pertama. Keduanya akan berfoto di dalam ruangan atau indoor. “Abang, diganti temanya gue gak mau kayak dulu waktu bareng mantan paling buruk,” pinta Erina. “Oke siap!” Balasnya Dion sang fotografer. Erina memakai pakaian yang lebih feminim berwarna biru langit sedangkan Arshaka memakai pakaian semi formal yang senada dengan warna bajunya Erina. Penampilannya lebih dewasa dan semakin macho apalagi pakaian yang dipakainya pres di tubuhnya sehingga semakin memperlihatkan bentuk tubuhnya terutama bagian dadanya yang sixpack. Erina sampai-sampai reflek berdiri dari duduknya ketika melihat penampilan pria muda yang bakal jadi suaminya itu,”Masya Allah apa benar ini calon suami gue?” Arshaka jadi salah tingkah karena diperhatikan seperti itu, wajahnya berseri-seri karena dipuji. Erina bahkan mengelilingi tubuhnya Arshaka yang baru saja keluar dari ruangan ganti. Erina memegangi kedua sisi pipinya Arshaka. ”Lihatlah wajahmu memerah seperti buah tomat matang, ududuh manisnya.” Erina doyan banget mengerjai Arshaka. “Mantan kamu yang benalu itu lewat dibandingkan dengan yang ini mereka bagaikan langit dan bumi,” pujinya Dion. “Haha! Haruslah melebihi dari sang mantan kalau enggak rugi dong,” candanya Erina. Akmal memeluk tubuhnya Erina sehingga tatapan mereka sama-sama terkunci sesuai dengan arahan gaya yang ditentukan oleh Dion. “Senyum dikit jangan terlalu kaku,” Akmal dan Erina saling berpandangan dengan senyuman menghias wajahnya. “Wajahmu sungguh sangat tampan dilihat dari jarak sedekat ini, gak sia-sia gue jatuh ke sungai dapat calon suami ganteng kayak gini soalnya,” cicitnya Erina. “Apa Mbak gak bosan memujiku terus-terusan? Bisa-bisa kadar kegantengan gue semakin meningkat kalau mbak puji mulu,” narsis Arshaka. Erina sengaja mengajak berbincang-bincang agar Arshaka bisa lebih rileks sehingga hasil fotonya akan kelihatan lebih natural. “Angle Nya bagus, gue acungin jempol calon suamimu kayak fotogenik gitu. Auranya benar-benar bersinar kayak model saja. Kalau gue perhatiin kalian ini pacarannya kayak sudah bertahun-tahun chemistrynya oke banget deh,” pujinya Dion yang memuji mereka secara blak-blakan. Arshaka malah nyengir lebar dipuji seperti itu,“Alhamdulillah kalau seperti itu Bang padahal gue itu nerves banget karena sejujurnya ini pertama kalinya gue dekat-dekat dengan perempuan soalnya,” ngaku Arshaka jujur. “Erina, Lo beruntung deh nikah sama ini anak meski usia kalian beda jauh, tapi kalau dilihat dari wajah kalian berdua sama-sama pasangan muda mudi kayak dua puluhan gitu,” Erina menutup mulutnya,” Abang terkadang terlalu jujur. Tapi, emang sih faktanya gitu kami pasangan ideal dan serasi pasti bakal banyak pasangan di luar sana yang terkagum-kagum melihat kami.” Erina memeluk tubuhnya Arshaka malah grogi dan tidak percaya diri karena sedari tadi selalu mendengar pujian diucapkan untuknya. “Alhamdulillah selesai juga, kalian boleh cek langsung hasil jepretan kameranya sempat ada yang gak ngena di hati mungkin,” pinta Dion. “Nggak usah Abang, kami percaya dengan kualitas kerjaan Abang. Kami buru-buru mau ke tempat lain soalnya,” Dion menaikkan jari jempolnya sedangkan keduanya kembali melanjutkan perjalanannya menuju salah satu butik ternama langganan kedua keluarganya. Erina menyerahkan helmnya ke dalam tangannya Arshaka, tapi tiba-tiba ada suara seseorang yang membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Haha! Kasihan banget deh nasib Lo! dicampakkan cowok ganteng malah dapat barang rongsokan seperti dia!” sinis Orang itu langsung menunjuk ke arah Arshaka.Erina menyelesaikan pekerjaan berkebunnya karena bibit cabai dan tomat sudah ditanamnya serta beberapa jenis bunga-bunga yang sangat cantik dan elok dipandang mata.Erina berjalan ke arah dalam dan mendapati suaminya sudah selesai mandi. Hal itu terlihat dari air yang mengalir dari ujung rambutnya yang sedikit gondrong hingga membasahi wajahnya.“Masya Allah, suaminya siapa sih ini gantengnya pake banget,” pujinya Erina yang selalu tak sungkan-sungkan mengungkapkan pujiannya di depan suaminya.Arshaka tersenyum lebar,” istriku selalu jujur sekali-kali bohong kenapa,” candanya Arshaka sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Tungguin Mas, aku mau bantuin keringkan rambutnya Mas,” pintanya Erina sambil berjalan perlahan menuju kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.“Nggak usah istriku repot-repot biarkan Mas saja yang melakukannya,” tolaknya secara halus Arshaka yang tidak ingin membuat istrinya sedih dan kecewa.Erina berhenti sejenak kemudian menjaw
“Maksudnya Mas apa? Maaf kami nggak paham,” sahut Arshaka yang kebingungan.“Lah kenapa Mas Rian mencegah kami melaporkan tindakan kriminal yang dialami oleh teman kami? Apa Mas Rian nggak suka kalau kami menuntut keadilan untuk teman kami?” Tanyanya Bimo yang menyanggah ucapannya Rian.“Mas Rian, sahabat kami ini mengalami kasus percobaan pembunuhan dan perampokan kalau tidak dilaporkan ke polisi penjahatnya akan bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja mereka akan melakukan kejahatan lagi,” protes Damar yang keheranan.Rian pun mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semua orang menutup mulutnya saking terkejutnya mendengar penjelasan dari Rian tersebut.Bugh!!“Arghh!!” Teriaknya Arshaka yang meluapkan amarahnya, emosinya, dan kekesalannya melalui tinjuannya.Arshaka meninju tembok saking greget dan marahnya ketika mengetahui kalau adik iparnya hampir saja di perkaos oleh sahabatnya sendiri.“Brengsek! Apa yang terjadi padamu Nabil!?” murkanya Arshaka.Bimo dan Damar pun
Rian keheranan ketika sudah berada di dalam sebuah kamar yang ditempati oleh Elma.“Apa yang terjadi di dalam sini?” Tanyanya Rian sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut.Elma akhirnya bisa bernafas lega setelah kedatangan calon kakak iparnya.“Syukurlah Pak Rian sudah datang, aku mohon bantuin aku untuk mengamankan pria menjijikkan itu!” Pintanya Elma sambil menunjuk ke arah Nabil yang sudah terkapar tak berdaya.“Kamu tidak apa-apa kan? Tuan Muda Athalla juga kondisinya baik-baik saja kan?” Tanyanya Rian yang mengkhawatirkan kedua ibu dan anak itu.“Alhamdulillah, aku dengan putraku baik-baik saja. Bapak bisa kan membawa pergi jauh orang ini? tapi biarkan saja dia hidup seperti layaknya orang gila agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan dari perbuatannya terkutuknya,” pintanya Elma sambil menidurkan anaknya yang terganggu ketika Elma menghajar Nabil.“Kamu sendirian yang menghajar pria lucknut itu!?” Tanyanya Rian dengan nada tidak percaya dengan apa yang d
Apa yang terjadi di rumahnya Nabil berbeda halnya dengan yang terjadi di sebuah rumah minimalis sederhana di suatu kompleks perumahan kelas menengah.Alarm berbunyi nyaring membuat kedua pasangan suami istri yang baru saja terlelap beberapa jam harus kembali terjaga.Erina menyibak selimutnya,tapi baru hendak bangun sebuah tangan kekar melingkar di atas perutnya.“Sayang dingin,” ucapnya parau Arshaka.“Pake selimut toh Mas,” balasnya Erina sambil mencepol rambutnya.Arshaka masih memejamkan kedua kelopak matanya,” istriku yang dibawah juga bangun loh pengen ditidurkan boleh yah?” Pintanya Arshaka.“Mas Shaka, sudah hampir jam tiga loh, aku belum masak apapun,” protes Erina karena tubuhnya masih sedikit pegal gara-gara gempuran suaminya yang setiap hari semakin gesit lincah dan tangguh kokoh tak tertandingi.Arshaka bangun tapi tangannya belum berpindah dari pinggangnya Erina,” sekali saja, please yah sayang! Mas yang akan masak kamu istirahat saja setelah ini.” mohon bantuannya Arsha
“Makasih banyak sudah diantar saking sayangnya sampai-sampai di antar sampai depan pintu lagi,” ucapnya Esra sebelum memasuki rumahnya untuk berpamitan dengan Rian. Rian terkekeh mendengarnya, “Kamu selalu ucapin makasih, apapun yang Abang berikan pasti kamu ngucapin makasih,” ujarnya Rian. Esra tersenyum manis,” kan memang gitu anjurannya dan kebiasaan yang diajarkan dalam agama kita yaitu mengucapkan ucapan makasih banyak kalau mendapatkan pertolongan dari siapapun nggak pandang bulu apakah itu calon suami atau istri.” “Iya yah Bu guru cantik, muridmu ini paham dengan apa yang kamu katakan. Kalau gitu Abang pamit yah, titip salam sama Mama Papa. Insya Allah besok pagi Abang yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah sakit,” Rian memperlihatkan senyuman terlebarnya. Esra melebarkan senyumannya mendengar balasannya Rian,tetapi tiba-tiba tanpa permisi dan meminta ijin terlebih dahulu, Rian langsung mencium pipinya Esra ketika Esra berbalik badan berniat berjalan masuk ke dalam
“Makasih banyak atas niat baiknya Bu Aisyah, tapi maaf bukan waktu yang tepat untuk menjawab permintaannya ibu lagian putri kami juga tidak ada saat ini dan kami tidak mengetahui keberadaannya,” imbuhnya Pak Irfan.Bu Rasmi memegangi punggung tangan calon besannya, “Kami sebagai orang tuanya tidak pernah mengambil keputusan apapun dalam hidup anak-anak kami tanpa meminta persetujuan dari mereka.”Bu Aisyah tersenyum simpul,” kami akan menunggu sampai Elma kembali dan kami akan membantu kalian mencari Elma dan cucu kita. Aku yakin mereka pasti baik-baik saja dan hanya bersembunyi dari kejaran Ebrahim yang dikiranya akan memisahkan mereka dan aku yang akan menjadi jaminannya kalau putraku Ebrahim tidak bakalan merebut hak asuh baby Athalla.”“Kami juga berjanji akan secepatnya menemukan calon istrinya putraku dan cucu pertama kami jadi kalian tenang dan jangan pernah berfikir yang aneh-aneh,” sahutnya Pak Kharis.“Yakin dan percayalah kalau Elma dan baby Athalla pasti baik-baik saja. Ma