Home / Rumah Tangga / Berondong Simpanan Ibuku / Bab 4 Ayahku butuh modal besar

Share

Bab 4 Ayahku butuh modal besar

Author: Syaha1505
last update Huling Na-update: 2024-09-19 14:27:20

Dira sudah pulang dari tadi, Melisa tidak keluar kamar sejak pulang sekolah, ayah dan ibu juga belum pulang ke rumah padahal sudah pukul sebelas malam. Aku bete sendirian di rumah.

Kegiatan ayah semakin hari semakin padat, sejak memutuskan untuk ikut kompetisi pemilihan kepala daerah membuatnya sering keluar rumah.

Aku heran melihat sikap ayahku belakangan ini, kehidupan ekonomi kami sangat baik,walau tidak seperti kehidupan para sultan di luaran sana.

Menurut aku, ayah tidak perlulah mengikuti pertandingan seperti itu, karena membutuhkan dana yang sangat besar dan belum tentu menang.

Lampu kamar kumatikan, aku menuju ke balkon yang lampunya juga mati.

Duduk memandangi langit malam yang cerah sambil menunggu orang tuaku pulang.

Tak lama aku duduk, ku lihat sorot lampu mobil mengarah ke pintu pagar.

Lalu suara pintu dibuka dan didorong sehingga menimbulkan gesekan roda besi dan relnya.

Mobil ayah melaju masuk, pagar ditutup kembali dengan cepat sehingga suara yang ditimbulkan juga makin kuat.

Blaamm!

Grubragh..!

Pintu yang garasi dibanting dengan kuar, lalu terdengar pula pintu lain yang ditutup dengan kasar.

Aku keluar kamar,bermaksud ingin menyapa ayah dan ibuku.

Namun aku menghentikan langkaku di mulut tangga dan cepat cepat berlindung di balik pilar.

Aku mendengar ayah ibuku bertengkar dengan hebatnya.

"Tidak bisa rupanya kau gadaikan tanah warisamu itu?", tanya ayahku dengan suara melingking.

" Makanya jika tak punya modal besar tidak usah ikut ikutan pemilihan itu!

Aku tidak berani spekulasi! Iya kalau menang? Kalau kalah? Bisa habis tanah warisanku itu!",pekik ibu tidak mau kalah.

Di balik pilar, aku menangis mendengar pertengkaran kedua orang tuaku itu.

Aku lebih setuju pendapat ibu, karena menurutku itu lebih masuk akal.

"Kalau begitu, jual perhiasanmu hasil kau membabu di Arab itu!", teriak ayah lagi.

Wah ayahku ternyata payah, ia telah menghina pekerjaan ibuku di masa lalu.

" Tidak bisa! Itu untuk Shiren dan Lisa nanti!",ucap ibuku membantah suaminya.

"Kan bisa diganti jika aku sudah duduk!", cicit ayahku mulai melunak.

" Tidaaakk! Jika pun kau menang, uangmu pasti uang haram! Aku tak mau!"

Mendengar jawaban ibuku, aku tersenyum, aku lebih setuju dengan ucapan ibuku yang masih berdiri di koridor agamanya.

"Dasar istri sialan! Bukannya patuh dan mendukung suaminya,malah dari tadi melawan terus!Atau apa perlu aku menggamparmu?"

Kalimat kasar dan penuh ancaman dari mulut ayahku,membuat tubuhku menggigil.

Sedikit pun aku tidak pernah menduga ternyata ayahku yang penyayang itu memiliki sisi lain yang sangat buruk.

"Ha ha ha...Bakhtiar, Bakhtiar, kau lupa jika laporanku tentang kdrt yang kau lakukan akan mampu membuat kau tersungkur, kalah sebelum bertanding!"

Ke dengar ibuku tertawa sinis sambil mengejek ayahku.

Sepi!Tak ada suara apa pun lagi! Namun aku salah, beberapa saat kemudian aku mendengar dua pintu dibanting oleh dua orang dewasa dengan keluatan yang sama.

Bllaamm

Blaamm

Ayah dan.ibuku masing masing memasuki kamar yang berbeda, dengan dentuman suara pintu fibanting bersamaan.

Aku menarik nafas panjang, dan melepaskannya dengan kuat melalui mulut.

Aku sedih sekali, sejak ayahku ikut ikutan hal hal seperti itu, sikapnya jadi berubah, jadi serakah!

Andai nanti ibuku terbujuk oleh rayuan gombal ayah dan ternyata ayah kalah, mau jadi apa keluarga kami?

Yang pasti ayah stres, depresi atau bahkan bisa jafdi gila.

Sedangkan kami tentu tidak bisa lagi hidup nyaman seperti semula.

Minggu pagi di ruang makan, dari anak tangga pertama, cuma ibuku yang kulihat, tidak ada ayahku seperti biasanya.

Satu persatu aku melompati anak tangga dengan berpura pura riang, agar ibuku mengira aku tidak mendengar pertengkaran mereka.

"Pagi bu! Mana ayah?", tanyaku sambil mencomot paha ayam goreng dan langsung mengunyahnya.

" Habis subuh tadi langsung pergi. Eh, kamu sudah sholat?", tanya ibuku dengan tersenyum,manis sekali.

Matanya melengkung, tanda pemiliknya tersenyum, namun aku dapat melihat, ada bias kelabu di mata indah itu.

"He he he, kebablasan bu!", sahutku terus terang.

" Sholatlah nak! Jika terjaga sholatmu, maka Allah akan menjagamu! Setiap masalah yang kau hadapi nanti tentu diberi jalan keluarnya dengan mudah!"

"Maaf bu, lain kali Shiren tidak lalai lagi", jawabku agar omelan ibuku tidak melebar kemana mana.

Dari pada membuat ibuku melanjutkan ocehannya, aku lebih memilih meletakkan album lama yang kutemukan semalam di gudang.

" Bu, kemarin Shiren ke gudang untuk mencari majalah bekas, untuk tugas dari sekolah, tapi Shiren juga menemukan ini!".

Ku sodorkan album itu ke arah ibuku dengan ujung jariku dan mataku menatap wajah ibuku lekat lekat. Aku ingin melihat perubahan air muka ibuku.

Benar! Ibuku nampak terkejut dengan wajah memucat pias, sekejap, hanya sekejap, beberapa detik kemudian wajah cantik ibuku kembali seperti semula.

"Ternyata ibu pernah menjadi tki di Arab Saudi dulu ya bu? Anak laki laki yang ibu gendong itu anak majikan ibu ya? Tapi menurut Shiren mata dan bibirnya kok mirip ibu ya? Apa benar kata orang orang jika bayi yang kita asuh bisa mirip dengan kita ya bu?"

Sebenarnya pertanyaanku biasa saja, wajar sekali, tidak ada yang aneh dengan itu semua, tapi mengapa wajah ibuku kembali memucat? Apa yang salah coba!

"Mungkin saja!", sahut ibuku dengan suara bergetar.Aneh sekali.

Tap tap tap, suara Lisa dianak tangga, lalu ia muncul dengan wajah bantalnya.

" Mandi dulu sana! Jorok!",ucap ibuku sambil menghalangi Losa yang ingin duduk di kursi.

"Ih, ibu, Lisakan lapar!Huuaaa...!"

Bocah konyol itu menguap lebar tanpa menutup mulutnya. Aroma tak sedap mampir ke hidungku, membuat nafsu makanku langsung hilang.

"Bau tahu! Bikin aku jadi tidak selerah!", omelku marah pada adikku itu.

Aku melirik ibuku, beliau terlihat tersenyum lega, sepertinya kedatangan Lisa di ruang makan, mengalihkan perhatianku tentang bayi Arab yang digendongnya itu.

" Sana!"

Kali ini ibu mendorong tubuh Lisa sedikit keras sehingga hampir saja anak itu tersungkur. Aku mentertawai nasib Lisa yang malang.

"Dasar anak manja!", ibu terdengar menggerutu.

Bersamaan dengan naiknya Lisa ke kamarnya, aku kembali mengusik ibuku dengan membahas kembali foto yang di album itu.

" Bu, cerita dong, tentang kisah ibu sewaktu jadi tki dulu!",bujukku.

"Tak ada yang istimewa Shiren! Sama seperti orang orang lain yang bekerja di luar negeri", ucap ibuku mengelak, seolah ia malas untuk membahasnya.

" Tapi bayi laki laki itu sudah dewasa ya bu? Apa ibu pernah berhubungan dengannya?"

"Uhuk uhuk".

Ibuku tersedak karena pertanyaanku. Sungguh aneh sekali. Ada apa sebenarnya yang terjadi dulu?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Berondong Simpanan Ibuku   Amukkan Bakhtiar Suganda

    Braakk..!! "Apa apaan ini Shiren?!" Ayahku melemparkan setumpuk kertas foto di atas meja makan, di mana saat itu aku sedang menikmati sarapan bareng adekku. Pagi itu, setelah sarapan aku akan segera berangkat ke sekolah. Namun kegiatan kami terpaksa berhenti karena ulah bar bar ayahku. Mataku melotot lebar, mana kala aku melihat beberapa fotoku bersama dengan Hendry berserakan. Bahkan ada beberapa foto yang menunjukkan jika kami bukan sekedar teman biasa. Di dalam foto itu kami begitu mesra, Hendry mengusap bibirku dengan tissu dan beberaoa foto saat aku memegang erat pinggang Hendry ketika berboncengan. Aku menggigil ketakutan, manakala aku melihat kilat amarah di mata ayahku. "Apa apaan ini? Pagi pagi sudah ribit!" Wajah heran ditunjukkan oleh ibuku saat beliau keluar dari kamarnya dan menuju ke arah kami. "Lihat anakmu!! Sudah kegatelan dengan jantan!", sembur ayahku dengan tatapan merendahkan. Ibuku melihatku lalu pandangan.matanya berganti ke atas meja.

  • Berondong Simpanan Ibuku   Kencan pertama

    "Shiren..!" Suara berat itu kembali.memanggil namaku. Aku bisa tahu siapa pemilik.suara ngebass itu tanpa melihat pemiliknya, Hendry Perkasa. "Jalan yuk!", pintanya. " Aku nggak bisa!", sahutku malas. "Ayolah! Aku yang traktir! Persetan dengan orang tua kita! " Hendry Perkasa menyeret tanganku ke parkiran. "Kita lewat pintu belakang untuk keluar, soalnya kara temanku tadi, mang sopir masih celingak celinguk menunggu kamu". Aku tidak.menyahut, ku biarkan eaja Hendry terus menyeret tanganku hingga memintaku untuk naik ke motornya. Jangan ditanya bagaimana situasi jantungku, sejak Hendry menyentuh lenganku, jantungku bergemuruh tidak karuan. Dentumannya menggila, seakan ingin menjebol rongga dadaku! Jujur, sudah lama aku menaruh hati pafa Hendry, cowok tertampan di sekolahku. Kami memang tidak satu kelas, kelas kami bersebelahan. Dainganku banyak untuk memperebutkan cinta dari Hendry, karena para gadis di sekolahku berlomba lomba menarik perhatiannya. Namun tak

  • Berondong Simpanan Ibuku   Nadira

    "Shiren..!" Suara cempreng milik Nadira berasal dari bawah tangga. "Untuk apa bocah itu nongol pagi pagi? Bikin sebel!". Aku menggerutu, tapi tak ayal aku menyahut juga dengan suara tak kalah keras. Aku lalu turun melompati anak tangga. " Hey, kalian! Ini bukan hutan ya! Jangan jadi tarzan!" Ku dengar ibuku merepet sambil menata sarapan untuk kami di meja makan. "Wuih, sepertinya enak sekali itu tante!" Bocah manja tak tahu diri itu mepet ke tubuh ibuku dan memeluk tubuh ramping ibuku. Seolah olah ia mengklaim jika dia adalah anak kandung ibuku. "Duduklah!" Aku menggerutu di dalam hati ketika ku lihat ibu menyodorkan sepiring nasi goreng sosis dengan telur ceplok di atasnya dan irisan timun. "Terimakasih tante, i love you tante. Tolong angkat aku jadi anak tante dan Shiren buang saja!", ujar Dira mskin kurang ajar dan tak tahu diri. Ia melirik aku dengan sadis namun kemudian ia tersenyum mengejekku. " Santai Shiren, cuma bercanda kok! Tapi jika betul, aku akan la

  • Berondong Simpanan Ibuku   Saling curiga

    Kini mereka bertiga sudah duduk.di bangku beton di sudut halaman rumah. Dengan gaya penuh perhatian, untuk mencari muka orang tuanya Arumi, Bakhtiar menyusun makanan yang ia bawa tadi. Lalu ia menyodorkan kepada ayah lalu ibunya Arumi. "Silahkan dimakan pak, bu! Mumpung masih panas!" Sebenarnya Arsyad tidak.suka dengan cara Bakhtiar terhadap mereka. Pria tua itu tahu, ada maksud tersembunyi dan licik di balik kebaikan yang dipertontonkan oleh anak muda itu. "Motor baru bro..?" Seorang pekerja menyusul mereka sambil membawa sebungkus nasi padang. "Pinjam, punya teman", elak Bakhtiar. Ia tidak enak dengan orang tua Arumi. Ia takut mereka mencurigainya karena sudah tidak memegang amanah dari Arumi. " Punya teman atau punya temaannn?", kejar Rusli, nama pemuda yang bekerja di rumah pak Arsyad. "Wuiih, motor siapa ini? Merah menyala abangku!" Seseorang yang bernama Benu, ikut bergabung. "" Itu kan motormu Bakhtiar? Tadi malam aku melihat kau berboncengan dengan p

  • Berondong Simpanan Ibuku   Bakhtiar Suganda

    "Wuuiiih, motor baru nih pak Mandor!" Pujian penuh kekaguman meluncur dari mulut Mamad. Matanya takjub memandang motor besar berwarna merah menyala, begitu ngejreng menyilaukan karena paparan sinar matahari. "Bakhtiar, gitu loh!" Pria di atas motor itu menepuk dadanya dengan angkuh. Dengan polosnya Mamad mengitari motor merah itu. Bibirnya tak berhenti mengeluarkan suara decakan. "Ck ck ck, hebat kau ya!" Sambil mengitari ia mengelus elus bodi motor itu. "Apa sih, norak tahu!", dengkus Bakhtiar risih, karena para pekerja sudah mulai memasuki tempat itu. " Dari mana duitmu untuk beli ini? Jangan jangan kau korupsi ya?!", tanya Mamad menuduh. "Sembarangan kau! Sana kerja! Jangan.menyebar rumor tak sedap, bisa ku pecat kau!", ancam Bakhtiar penuh tekanan. Jarum jam terus bergerak, sudah menunjukkan angka delapan lewat, sudah mulai waktunya untuk bekerja. Setelah mengultimatum temannta itu, Bakhtiar menghubungi seseorang di ujung sana. " Cepat diantar ke proyek b

  • Berondong Simpanan Ibuku   Tetap pelayan nyonya Maryam

    "Silahkan mandi nyonya, mari saya bantu!", ujar Arumi sopan. Maryam mendengkus tak suka, baginya suara lembut Arumi hanyalah kedok belaka demi mencuri simpatinya saja. Jika ia mampu saat itu juga ia ingin menendang Arumi jauh jauh darinya. " Cepat urus aku seperti biasa, karena kamu adalah pelayanku! Tetap pelayanku! Persetan dengan Dhafir! Persetan dengan kehamilanmu! Karena anak.itu anakku dan Dhafir, yang cuma dititipkan di rahimmu saja! Setelah ia lahir, kau akan aku usir dari rumahku dan kembalilah ke negaramu saja!" Mendengar omelan majikannya tentu saja Arumi bingung sekaligus terpancing emosinya. "Nyonya, aku akan mengurus nyonya dengan baik, tolong jangan membentak saya! Jika nyonya tidak suka dengan saya, nyonya bisa meminta tuan Dhafir memecat saya!" Namun ia berusaha keras untuk menekan emosinya agar tidak membalas ocehan receh nyonya Maryam. "Tak perlu berpikir terlalu keras dan terlalu jauh nyonya! Saya takut nyonya ngedrop, bukankah nyonya sedang sakit? Haru

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status