"Apa yang sedang kalian lakukan?" Mata Davika membelalak tak percaya. Gumpalan embun menyeruak di mata sipitnya. Ia melihat sang suami mengecup hangat dahi seorang gadis yang bersandar di bahunya sambil menonton film romantis di dalam layar datar itu.
"Vika?" Mata Rafi membulat dan kedua pasangan itu langsung menjauh.
"Oh, jadi ini alasan sebenarnya Kakak menalak aku? Karena perempuan ini kan? Status instagram cuman alasan yang Kakak buat-buat agar bisa melegalkan perselingkuhan kalian! Kalian bener-bener keterlaluan." Tangan Davika mengepal dengan kencang sampai buku-buku tangannya memutih. Terasa sesak dan nyeri dada wanita itu. Susah payah Davika menahan entakan air mata yang mendesak ingin keluar dari mata sipitnya. Pada akhirnya, air mata itu luruh juga bersamaan dengan kekecewaan yang menusuk-nusuk hatinya.
"Vik, kamu jangan salah paham. Kakak sama sekali enggak selingkuh!" ucap Rafi membela// diri.
"Mbak Vika, enggak kenapa-kenapa?" teriak salah satu tetangganya panik. Wanita tambun yang berstatus sebagai tertangga Erna itu langsung meraih tubuh Davika yang ambruk. Ia terlihat khawatir apalagi saat melihat wajah Davika yang pucat pasi."Bu, bisa bantu saya masuk ke rumah?" pinta Davika seraya menahan nyeri yang semakin terasa menusuk-nusuk perutnya. Keringat dingin kembali mengalir hampir di seluruh tubuhnya.Sang tetangga langsung membopong Davika seraya mengetuk pintu rumah Erna. Setelah pintu terbuka, keduanya pun masuk. Irvan langsung membantu tetangganya membaringkan Davika di kursi ruang tamu.Keenan yang melihat ibunya kesakitan langsung bertanya, "Mami, kenapa? Mami sakit?" Keenan menggoyang-goyangkan lengan ibunya."Perut Mami sedikit sakit, Sayang." Davika berbicara sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan nyeri. Keenan langsung menatap dua koper di samping Davika. Anak lel
"Kakak mau ngomong, kalau Kakak udah nikah siri sama Natasha. Sambil nunggu akta cerai kita, baru diresmikan. Jadi, Keenan udah punya mama baru. Kakak mau kenalin Natasha sama Keenan boleh? Kalau secara agama kan kita udah sah cerai dari pas kamu pulang ke rumah orangtuamu. Jadi, Kakak sama Natasha udah tinggal bareng kayak yang kamu lihat tadi. Kakak boleh kenalin Natasha ke Keenan enggak?"Bagai disambar petir, pesan whatsapp dari Rafi sukses membuat mata Davika kembali berair. Bisa-bisanya mereka menikah dalam keadaan seperti ini? Hei Bung! Istrimu baru saja meninggalkan rumah selama 10 hari dan kamu entengnya mengatakan sudah menikah lagi dengan gadis lain tanpa ada beban sama sekali. Freak! Saiko! Rafi benar-benar tidak waras! Davika merutuki Rafi dalam hati. Untung saja, saat pesan itu datang Erna sedang keluar untuk mencari makan malam sehingga wanita itu tak perlu melihat putrinya kembali menangis terluka akibat ulah Rafi.Davi
Usaha keluarga besar Davika untuk mengembalikan senyum di wajah wanita muda itu berhasil. Semua silih berganti menghibur Davika yang diselimuti lara. Tanpa terasa kepergian Davika dari apartemen Rafi sudah berjalan selama satu bulan lamanya. Berkas-berkas perceraian pun sudah masuk ke pengadilan tinggal menunggu nomor antrean untuk menjalankan sidang kembali.Dalam kasus perceraian Rafi dan Davika, keduanya sama-sama mengajukan gugatan cerai. Rafi sebagai pemohon mengajukan permohonan cerai talak ke pengadilan agama/mahkamah syariah. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan keduanya. Sayangnya, usaha hakim tidak berhasil karena Rafi bersikukuh ingin berpisah dari Davika, pun sebaliknya. Davika juga tidak membela diri atau pun menolak gugatan yang dilayangkan oleh Rafi.Hakim pun mewajibkan keduanya menjalani proses mediasi. Sama seperti sebelumnya, upaya hakim tidak berjalan dengan lancar. Karena hal tersebut, pemeri
"Vik, bangun! Udah sampe depan rumahmu." Devanno membangunkan Davika dengan lembut. Namun, wanita berhijab peach itu masih tertidur dengan pulas dan nyaman di dalam mobil."Kalau tidur gini, kamu terlihat tenang dan tanpa beban, Vik." Jari tangan Devanno mengusap pipi mulus Davika dengan penuh sayang. Lelaki beralis tebal dan berhidung mancung itu melengkungkan senyum di bibir tipisnya. Karena sentuhan tangan Devanno, Davika sedikit menggeliat membuat Devanno refleks menarik kembali jarinya."Vik? Kamu udah bangun?" Pertanyaan Devanno menguap bersamaan dengan Davika yang masih tertidur pulas. Ternyata Davika hanya menggeliat dan tidak menyadari sentuhan dari jari tangan Devanno.Lelaki itu bingung, apakah ia harus menggendong Davika dan menidurkannya di dalam rumah ataukah ia tunggu saja sampai wanita itu terbangun dengan sendirinya? Devanno menghela napas panjang. Jantung lelaki itu memompa darah dengan kecepatan tinggi
"Vik, siapa laki-laki yang mengantarmu pulang? Apa dia partner kerja yang merangkap menjadi kekasihmu? Dia kan yang membuat kamu tak mengacuhkan Kakak?" Mata Davika membulat sempurna. Dari mana Rafi mengetahui nomor ponselnya?Mendadak kepala wanita itu terasa nyeri. Davika memijit-mijit keningnya beberapa kali. Ia tertegun di depan cermin kamarnya. Kenapa setiap ada hal yang berhubungan dengan Rafi respons tubuhnya seperti ini? Apa trauma masa lalunya belum benar-benar sembuh? Apa sisa-sisa luka itu kembali menganga hanya karena tubuhnya berhadapan dengan Rafi?Ah, Rafi kenapa dia tak bosan-bosannya mengganggu hidup Davika? Selama hampir 10 tahun ini hidup wanita berhidung bangir itu sudah cukup tenang dan bahagia. Mengapa Rafi harus datang mengusik ketenangannya? Davika menatap pantulan wajah ayunya di cermin. Rasanya ia sudah cukup tegar selama ini. Bagaimana mungkin ketegaran itu goyah hanya karena pertemuannya dengan Rafi?
"Waduh, Bibi enggak kenal, Bu. Tamunya laki-laki, ganteng tapi enggak seganteng Tuan Devanno." Mendadak hati Davika tak enak, apa mungkin tamu itu Rafi?"Tamunya enggak disuruh masuk, kan, Bi?" tanya Davika was-was. Wanita itu menggigiti kuku-kuku di jari kanannya."Enggak, Bu. Bibi suruh tunggu di kursi luar," sahut Bi Marni. Wanita paruh baya itu merasa ada yang aneh dengan sikap majikannya. Tak biasanya sang majikan bersikap parno seperti hari ini. Ia ingin bertanya, tetapi sungkan. Akhirnya ia hanya menyimpan tanda tanya besar dalam hatinya."Bagus Bi, pokoknya kalau ada tamu laki-laki yang datang ke rumah ini saat Keenan enggak ada. Jangan pernah diizinkan masuk ya Bi, kecuali Kak Aldo, Irvan, atau saudara-saudaraku yang udah Bibi kenal. Kalau enggak kenal, Bibi minta tunggu di luar aja." Lagi, keringat dingin mulai mengucur di pelipis wanita cantik itu."Siap, Bu. Ini Bibi buatkan m
"Vik, sakit di perut kamu enggak keterusan, kan?" tanya Devanno lewat saluran pesan whatsApp."Vika, are you okay?" Lagi, satu pesan whatsApp kembali muncul di layar ponsel Davika 30 menit kemudian."Davika, jangan bikin khawatir. Kamu enggak kenapa-kenapa kan?" Satu jam kemudian setelah pesan ketiga, lalu muncul pesan-pesan lainnya dari Devanno."Vika, please jawab. Aku enggak bisa tenang kalau kamu tanpa kabar begini.""Davika? Serius nih aku kepikiran sama kesehatan kamu. Kamu baik-baik aja, kan?""Vika, please kabari aku.""Vik ....""Vika? Kamu udah tidur ya?""Kalau kamu baca WA ini, segera bales ya, Vik. Aku bener-bener enggak bisa tidur sekarang."Davika yang selesai melaksanakan Salat Subuh baru saja membaca pesan-pesan dari Devanno yang sudah dikirimkan sejak pukul 19.30 samp
"Vanno? Ngapain ke rumah pagi-pagi?" tanya Davika pada Devanno yang berdiri membelakangi wanita itu.Lelaki itu berbalik dan tersenyum manis. "Jemput kamu," jawabnya.Hari ini Devanno terlihat lebih casual dengan kaos lengan panjang berbahan rajut tipis berwarna cream dengan motif garis-garis halus. Ia menaikkan kedua lengan bajunya menjadi 3/4. Di lengannya melingkar jam tangan fossil berwarna silver berdiameter 38 mm dengan tali tangan berwarna cokelat. Rambutnya yang hitam kecokelatan terlihat lebih maskulin dengan gayanya hari ini. Lelaki itu mengenakan tapered fit jeans berwarna biru muda dan sepatu kets berwarna cream senada dengan kaosnya."Jemput? Ngapain dijemput Van? Aku kan bisa berangkat sendiri." Davika menaikkan satu alisnya dan menunjukkan kunci mobil di tangannya pada Devanno. Dengan sigap Devanno merebut kunci mobil milik Davika."Van, balikin kuncinya!" pinta Davika, tetapi le