"Siapa yang mengambil? Kenapa kalian berani berikan ke orang lain tanpa perintah saya?"
“Oh yaa, emmm...sebentar saya cek dahulu, Tuan.”jawab penjaga toko itu dan membuka catatannya dengan tangan gemetar.Chase melihat tangan pelayan yang gemetar, tapi dia tidak punya banyak waktu tersisa."Saya tidak punya banyak waktu, cepat kalian rangkai sama persis dengan yang saya pesan tadi.""Tuan, tapi saya masih harus memeriksa letak kesalahannya di mana.""Tidak bisa, saya harus segera menjemput calon istri saya!""Tapi Tuan..""Kalian bikin cepat! Saya akan bayar semuanya!"Selagi Chase meneriakkan perintah ponselnya berdering."Chase, jadi menikah hari ini?"Ledekan terdengar dalam pertanyaan Salim."Sebentar, aku sudah dalam perjalanan, ini sedikit terhambat karena ada kekeliruan, tunggu sebentar."Chase meletakkan ponselnya ke dalam saku.Tadinya dia tidak sabar dengan kekeliruan yang dibuat oleh pihak penjaga toko bunga, aka"Kalau pacar aku yang mereka kenal...." Samantha mengulang dengan perlahan, lalu berhenti. Chase yang menunggu berusaha terlihat biasa saja walau rasa ingin tahunya sangat besar. "Namanya?" Chase berharap Samantha tidak melanjutkan ucapannya karena dia lupa nama mantannya dan sedang berusaha keras untuk mengingat. "Namanya...ah, nggak usah dibahas, Sayang. Kita bahas Bianca aja, jadi Lucas itu bukan pria pertamanya tapi Lucas adalah cinta pertamanya." "Kok tahu kalau Lucas bukan pria pertamanya? Memang para wanita tak terkalahkan, apa saja dibahas," celetuk Chase demi mendengar penjelasan Samantha. Nampak Samantha terdiam, lalu mendongak memandang Chase, sekilas ada sorot bingung yang Chase tangkap. Segera Chase meralat ucapannya, "sorry, itu menunjukkan seberapa dekatnya kalian, itu wajar terjadi diantara wanita." Chase meralat ucapannya sambil memeluk Samantha lebih erat. 'Konyol kau Chase! Cemburu buta padahal Samantha sedang dala
Chase menyimpan pertanyaan itu dalam hati saja, dan kembali mengamati interaksi yang terjadi antara istrinya dan si pria halus lembut. "Kalian kembali bersama?" Nampak pria halus itu sedang memikirkan jawaban yang tepat."Belum secepat itu." Samantha menaikkan keningnya sambil nyengir. "Jawab yang tegas dong, iya atau tidak, bukannya jawaban yang luar biasa abu-abu seperti itu." "Galak amat, intinya kami sedang mengusahakan hal itu, sedang mengarah ke sana." jawab Lucas lagi. "Maksudnya kalian sedang saling menjajaki?" "What? Please Tha, menjajaki itu hanya akan dipakai untuk orang-orang yang baru berhubungan, baru perkenalan." Samantha meringis. "Nggak lah, bisa jadi udah berhubungan lama tapi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius harus ditinjau ulang, jadi penjajakan lebih dalam, gitu deh." "Yang pasti kalau namanya masih penjajakan itu belum pernah tidur bersama, oke! Satu kali pun belum!" "Jadi
Bianca pura-pura menggosok lehernya lalu melanjutkan kalimatnya. "Senang banget, senang sekali karena begitu banyak yang datang walaupun udara lumayan panas ya intinya kita semua pasti sangat bahagia siang hari ini." "Walaupun anda tidak menang?" "Yah itu sih agak menyedihkan, harusnya saya menang dong!" Nampak Bianca membalas sang presenter sambil tergelak gelak. "Apakah ada pesan khusus untuk para pengunjung yang datang dari segala penjuru dunia?" Bianca langsung memandang lurus ke arah kamera. " Nikmati acara ini sampai selesai dan nikmati keindahan alamnya yang luar biasa jangan lupa jaga lingkungan kita, simpan sampah kalian untuk bumi yang lebih baik, terakhir selamat buat kalian semua yang telah menemukan kebahagiaan, especially for you." Bianca mengakhiri kalimatnya dengan kedipan mata, mereka semua bersorak menyemangati biduan yang cantik dengan pesan cerdasnya, di akhir penampilan masih nampak bibirnya membentuk kata YOU den
Mereka berjalan dengan santai sambil bergandengan tangan ketika sayup-sayup Samantha mendengar ada yang memanggil namanya. Chase membalikkan badannya dan melihat dari kejauhan nampaklah Arnold yang sedang berlari-lari menghampiri mereka. Arnold? Di Yunani? Dunia memang sempit. Chase kembali berbalik dan mengajak Samantha untuk meneruskan perjalanan bahkan kini Chase melangkah lebih cepat. "Sayanggg, bukannya itu Arnold?" Chase mengangguk. "Kalau beneran itu si Arnold kenapa kita malah pergi, kok nggak berhenti?" Menanggapi pertanyaan istrinya, Chase berhenti lalu menunggu kedatangan si Arnold dengan tangan di pinggang. Arnold tiba lebih cepat dari yang mereka perkirakan dalam kondisi kelelahan nafasnya ngos-ngosan, Arnold membungkukkan badannya dengan kedua tangan di lutut. "Kira-kira kalau mau ngajak bertanding," kata Arnold dengan suara terpatah-patah. "Kalau kau lupa, jadwal tampil istriku masih lama jadi sekarang
Samantha yang berseri-seri dan sedang gembira karena menelepon sahabatnya lupa dengan kondisi kaosnya yang tanpa bra, dan tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya. Betapa banyak kaum pria yang menatapnya terang-terangan, bahkan banyak dari mereka yang memiliki pasangan tapi tetap saja tidak bisa memalingkan wajah mereka dari Samantha. Chase yang melihat hal itu seketika mengajak Samantha untuk pindah ke tenda VVIP yang lain, dia tahu dia bisa mendapatkan tempat dengan mudah karena sponsor tunggal acara ini adalah perusahaan rekanannya. "Sayang kita pindah ke tenda barat yuk." Chase mempertimbangkan tenda barat akan lebih sepi karena lokasinya lumayan jauh dari panggung utama. Samantha hanya mengangguk tanpa mempertanyakan alasan Chase mengajaknya pindah. Itu adalah salah satu kelebihan istrinya yang Chase tahu, Samantha tidak ribet, tidak bawel, tidak kepo, kalau Chase ingin bercerita tentang sesuatu maka mereka akan membahasnya, jika tidak maka
Ternyata Chase masih berdiri di tempatnya. "Ayo Sayang." Chase mengangguk lalu tangan kanannya mengusap wajahnya. Dia tahu bahwa tubuh Samantha indah akan tetapi dengan kaos ketat tanpa lengan dan celana pendek terlebih tanpa bra, penampilan Samantha bagaikan Dewi Kesuburan. Shitttt...Seketika Chase harus mengatur 'tubuh'nya jika ingin berjalan normal. "Aku minum sebentar, Sayang." Segera Chase berbalik dan masuk dengan alasan akan mengambil air mineral, padahal di tas juga ada air mineral, nampaknya hal itu membuat Samantha keheranan karena dia melihat sendiri suaminya memasukkan air mineral itu. Samantha menunggu hingga Chase muncul kembali lalu segera menggandeng tangannya. "Jangan lupa kacamata dan topinya, Sayang," Chase mengingatkan sambil berusaha tidak memandang tubuh istrinya. Dia menjaga pandangannya rata-rata air. Dalam hati Chase mengumpat-umpati kebodohannya sendiri yang mengusulkan agar istrinya mencopot bra-nya, li
Chase langsung berjalan dengan samantha dalam pelukannya, mereka menubruk dinding, meja, pintu pancuran, menggeser dan menarik dalam ketidaksabaran mereka sendiri. Ruangan dipenuhi uap tapi mereka berdua bahkan seolah-olah mengabaikannya, mereka sibuk satu sama lain saling mencium, mencecap dan merasakannya bahkan semua itu masih juga belum cukup. Kecupan kecupan mereka semakin dalam, sentuhan-sentuhan yang mereka lakukan semakin liar, terlihat Chase meremas bagian belakang tubuh istrinya, paha, kemudian nampak dia menyapukan tangannya ke atas dan menemukan dada ranum Samantha yang sepertinya makin besar. "Aku menginginkan seluruh bagian tubuhmu di dalam telapak tanganku, semuanya sekaligus!" Samantha ingin membalas akan tetapi apa yang dirasakannya membuatnya susah untuk merangkai kalimat. Chase mendorong Samantha dan semburan air hangat pun membasahi mereka turun mengalir ke dada, dalam keadaan masih berpakaian mereka berdua basah kuyup tapi nampaknya tidak a
Ini sudah hari keempat mereka di Yunani. Hari ini Chase terbangun karena rinai hujan. Sungguh memukau...pemandangan yang indah ditambah aroma hujan pagi, apalagi merasakan tubuh lembut wanita yang dicintainya sedang meringkuk dalam pelukannya, walau ada sekelumit ganjalan yang mulai mengganggunya. Sudah 4 hari mereka berada di Yunani, sudah berpuluh-puluh kali mereka bercinta, akan tetapi belum satu kali pun Samantha mengucapkan KATA CINTA! Sebenarnya itu bukan syarat mutlak, akan tetapi jika Samantha memang cinta, bukankah akan sangat mudah kata itu terucap? Chase menyimpan saja kegelisahannya itu dalam hati, ada yang lebih penting untuk dipikirkan, yaitu telepon aneh, dan fans gila, selebihnya biarlah waktu yang akan membawa mereka berdua sampai ke tujuan akhir. Chase segera bangun, mandi dan kembali ke ranjang. Semburat jingga mulai terlihat, tapi sepertinya Samantha masih tertidur dengan nyenyaknya, Chase duduk di sisi pembaringan dan mema
"Ya sudah nggak usah nari buat suaminya nggak usah nyenengin suaminya kita belanja aja jalan-jalan terus sampai capek nggak papa. " Samantha memandang suaminya sambil menggigit bibir bawahnya," Apaan sih, Sayang? Pagi-pagi kok udah ngambek." Chase menatap Samantha dengan wajah ngambek bohongan. "Minggir dong, katanya mau sarapan." Belum juga Chase menjawab, terdengar dering ponsel Samantha. Samantha segera menghampiri lalu sambil tersenyum mengangkat teleponnya. "Halo?"Tidak ada suara, padahal masih terhubung tanpa nada putus. "Halo?" kembali Samantha menjawab. Karena tidak mendengar jawaban maka Samantha menarik tangannya dan melihat layar kemudian dia mengernyitkan keningnya. Nomor tak dikenal! Biasa Samantha tidak akan mengangkat telepon jika tidak terdaftar di kontaknya akan tetapi karena sedang teralihkan oleh suaminya maka dia langsung mengangkatnya. "Siapa, Sweetheart?" Chase bertanya sambil berjalan mendekat demi melihat ekspresi istrinya yang seperti sedang