"Mudah-mudah sih emang gak apa-apa!" ujar Arman yang masih merasa khawatir dengan ibunya.Karena masih libur, Jelita sengaja mengajak sang suami jalan-jalan menghilangkan suntuk.Berbeda ketika sedang jalan dengan Revan, kini Jelita bisa bebas berjalan berdua tanpa harus menyamar menutupi kecantikannya dengan topi dan kacamata hitam."Jelita, selama aku menikah aku belum beliin kamu apa-apa, apa kita beli sesuatu yang sepasang, gimana?" tanya Arman tiba-tiba."Kita juga menikah baru empat bulan Mas, nafkah yang kamu kasih saja udah lebih dari cukup!""Gak apa-apalah, kali-kali. Ayok!" Arman mengajaknya ke dalam toko jam tangan yang cukup ternama di Mall itu."Mbak, carikan kami jam tangan untuk couplean."Pegawai toko itu memberikan banyak pilihan jam tangan untuk pasangan."Bagus-bagus yah, Mas?" Jelita merasa takjub dengan model jam tangan yang ada di toko itu semuanya tampak bagus "Ini gimana?" Arman memilih salah satu model jam tangan."Bagus Mas, aku suka modelnya, elegan!" "Mb
Jelita kembali bekerja hari itu, matanya terus lekat pada jam tangan pemberian Arman.'Kenapa aku begitu senang dengan pemberian Mas Arman ini yah?' gumamnya sambil terus tersenyum."Haaai ... Jel, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!" ujar Hanny sengaja mendatanginya di ruangannya."Ada apa, mukanya serius amat?" tanya Jelita."Waktu hari sabtu aku sama anakku jalan di Mall, aku lihat ada seseorang mirip kamu sama Pak Revan lagi jalan berdua, keluar dari wahana permainan."Deg! 'Ya ampun, Hanny lihat aku sama Revan waktu jalan Sabtu kemarin, bisa gawat nih, jangan sampai dia tahu!' gumam Jelita agak panik."Kamu salah lihat kali, Han. Sabtu aku seharian di rumah Mama, nyuci!" Jelita berusaha mengelak, tak ingin sampai sahabatnya tahu tentang hubungannya dengan Revan."Nyuci?" Hanny mengerutkan dahinya."Kamu jangan ketawa yah! Masa aku disuruh nyuci sama mertuaku pakai tangan coba, mana cucian aku sama Mas Arman itu banyak banget, alasannya mesin cucinya rusak coba!" Jelita berhasi
"Ayo, Mas!" Jelita mengajak Arman ke toilet.'Aku gak tega melihatnya kepedesan seperti itu, berbeda ketika melihat ibunya aku sangat puas, melihatnya menderita karena kepedasan,' batin Jelita.Jelita mengajak Arman masuk ke dalam toilet lalu mengunci pintunya.Arman menggaruk kepalanya yang tak gatal, berpikir mau apa istrinya itu mengajaknya ke toilet dikunci pula."Jelita Sayang, mau apa kamu bawa aku ke sini?" tanya Arman."Bentar yah Mas, aku lihat dulu situasi!" Jelita membuka kembali pintu toilet, kepalanya celingukan melihat keadaan luar toilet, "Amaaan ...!!" katanya."Apanya yang aman?" Dahi Arman berkerut.Jelita pun mengunci kembali pintu toilet itu."Mas, bibir kamu masih merasa panas?" tanyanya sambil menyentuh bibir Arman yang terlihat memerah dan membengkak."Ya ampun sampai segininya, maaf yah Mas aku malah memksamu makanan super pedas itu!""Aku gak mau mengecewakan kamu, Sayang, kalau aku menolaknya!" jawabnya sambil menahan rasa terbakar dari bibirnya.Jelita teren
Jelita kembali ke kantor, tapi lirikan karyawan supermarket dan pandangan sobatnya Hanny disertai cekikikan membuatnya tak nyaman."Han, kok ngeliatin akunya kayak gitu, pake cekikikan lagi?" tanya Jelita sewot."Kamu habis ngapain sama Bebeb, sampe bibir kamu bengkak gitu, hahaha ...?!" Hanny tak tahan menahan tawanya melihat bibir Jelita yang bengkak seperti digigit tawon."Haaa ... bibir aku bengkak, iyakah?" Jelita kelimpungan dia pun mencari cermin dalam tasnya.Begitu Jelita bercermin, "Astagfirullah ... kenapa bibirku bisa Segede ini?" Jelita meraba bibirnya yang membengkak dua kali lipat dari ukuran biasanya."Hahahaha ... baru nyadar kamu, Jel... tadi pas ngelakuinnya emang gak sadar ya, terlalu enak yah, hahaha ..." Hanny terus saja meledek Jelita membuat Jelita kesal."Iiih ... apaan sih Han, ini digigit serangga tahu!" jawab Jelita sambil cemberut."Iya serangga laki-laki, hahaha ...!" Hanny sama sekali tak percaya dengan alasan Jelita, dia malah tertawa lebih keras membu
Jelita sudah memutuskan untuk mulai melupakan cintanya pada Revan, dia akan mulai menerima kehadiran Arman di hatinya."Mas, ayo bangun! Aku udah siapin sarapan!" ujar Jelita sambil menepuk pelan bahu Arman.Arman mendengar suara Jelita tapi dia sengaja membiarkan Jelita terus memanggilnya."Maaas ... ayo bangun, nanti terlambat lagi, mana belum mandi lagi!" Jelita duduk di samping Arman dan kali ini posisi wajahnya lebih dekat, tangannya kembali menepuk pipi Arman.Arman yang sebenarnya sudah terbangun dari tadi, mulai jahil dia menarik tubuh Jelita."Aaaw ...!" teriak Jelita terkejut, karena kini tubuhnya berada di atas Arman."Apa-apaan sih Mas!" Wajah Jelita memerah kini dia berada dalam posisi yang sangat intim.Wajahnya begitu dekat dengan wajah Arman, bahkan deru napas Arman bisa dia dengar."Hmmm ... boleh tidak akuuu ... meminta sesuatu?" tanya Arman ragu dan juga malu."Maaaas ... minta a-apa??" Jelita panik.'Ya Tuhan, apa dia akan meminta haknya pagi ini?' Jantung Jelita b
Pagi yang cerah bagi Veronika setelah tadi malam dia bisa merasakan indahnya dan nikmatnya dibawa ke awang-awang oleh sang suami.Walaupun Revan sebenarnya berbuat itu tanpa ada rasa nyaman dalam dirinya, tidak ada kepuasan batin sama sekali dalam jiwanya, dia hanya melakukannya karena kebutuhan biologis saja dan juga keterpaksaan belaka karena tak ingin mengecewakan Veronika."Makasih Sayang, aku sangat puas dengan permainan kamu semalam," desah Veronika yang masih terbaring lemas di dada bidangnya Revan."Sama-sama Sayang, aku tahu kamu pasti merindukan belaian aku kan.""Semalam kamu luar biasa banget Sayang, aku suka sekali, makasih Sayang!" ucap Veronika berterimakasih sambil mengecup bibir Revan berkali-kali."Udah, udah kita bangun yuk, bukannya Jessi harus sekolah yah, pagi ini?" Revan menghentikan aksi Veronika, dia mengajak Veronika untuk bangun."Iya sih, tapi aku lagi malas bangun nih, Sayang, inginnya kita malas-malasan aja di kasur, hahahaha ...!""Kasihan Jessi Sayang,
Pagi itu, Revan mengemasi beberapa pakaiannya ke dalam tas, hari ini dia berniat kembali ke Bandung, dia tidak tahan lagi menahan rindunya pada Jelita."Loooh ... Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Veronika, terperanjat dia langsung terbangun padahal saat itu dia masih ingin menghabiskan waktu bersama sang suami, apalagi perlakuan sang suami semalam di atas ranjang membuatnya ketagihan ingin mengulanginya pagi ini."Yaaah ... baliklah ke Bandung, aku hanya izin tiga hari, Maaa ... masa harus ditambah lagi!""Aku kira, izin seminggu, hmmm!" Veronika tampak kesal."Jangan manyun gitu dong, nanti aku lagi minta libur lagi, bulan depan yah!" bujuk Revan sambil mengecup bibir Veronika sekilas."Udah yah, aku berangkat dulu!" Revan siap berangkat, tapi pertanyaan Veronika membuatnya menghentikan langkahnya."Hmmm Paaa ... semalam aku dengar kamu memanggil nama Lili waktu kita ... boleh aku tahu, siapa Lili?" tanya Veronika dari semalam dia merasa penasaran dengan nama itu.Deg! 'Apaaa ... se
'Revaaan ... mau apa dia?' Debaran dalam dada Jelita makin kencang seiring wajah Revan yang makin mengikis jarak di antara mereka.Mata Revan mengembun saat menatap Jelita dari jarak yang sangat dekat, dia sudah tak kuasa menahan rindunya pada Jelita."Liliii ... I love you so much!" Bibir merah muda Jelita yang menggoda tak sanggup dia menahannya untuk tidak mengecupnya.Revan menyentuh lembut bibir itu dengan jari telunjuknya, bibir yang sudah lama menjadi fantasinya sejak remaja.Perasaan Jelita makin tak menentu, saat bibir Revan terus mendekati bibirnya."Huuumppp!" Tak terasa bibir Revan sudah mendarat di bibir Jelita, Jelita tidak bisa menolaknya, dia pun merasakan apa yang dirasakan Revan, perasaannya masih belum berubah, Revan adalah laki-laki pertama yang membuatnya jatuh cinta.'Kenapa aku tidak bisa menolaknya, Revaan ...! Kenapa kamu melakukannya?' batin Jelita masih tak percaya dia sama sekali tak menolak ciuman itu."Aku tahu kamu juga merasakan apa yang aku rasakan kan