Berbeda dengan kedua pasangan ini, di kota nun jauh di sana, sepasang suami istri tengah berbahagia, mereka baru saja merayakan hari kelahiran sang istri.Jelita tidak percaya, dirinya akan jatuh dalam pesona Arman, laki-laki yang telah menjadi suaminya sejak tujuh bulan yang lalu itu.Hingga tak sadar kini dia sudah dalam pelukannya, berdebar tak menentu, saat Arman mulai mencumbu dirinya di kamar."Eeeeuh ... Mas, tunggu yah, aku mau ke kamar mandi dulu," sergah Jelita saat Arman akan menarik resleting gaun yang dipakai Jelita."Baiklah," Arman yang sudah biasa mendapat penolakan, hanya bisa pasrah.'Apa kali ini dia akan menolakku lagi? Jangan sampai deh, aku sudah terlanjur meminumnya.' Arman berharap-harap cemas.Jelita masuk ke kamar mandi sambil membawa sesuatu. 'Mas Arman sudah memberiku kejutan yang manis malam ini.' Jelita menatap jari manisnya yang sudah tersemat cincin berlian yang indah sambil tersenyum.'Aku harus membalasnya, aku pun akan memberikannya kejutan yang tida
Hingga pagi menjelang, mereka tidur sambil berpelukan.Arman terbangun, menggesek-gesek matanya, dia lihat sebelahnya wanita yang sudah dia nikahi selama tujuh bulan itu dalam keadaan polos."Ya Tuhaan ... semalam itu benar-benar terjadi, itu bukan mimpi, aku telah melakukan malam pertama dengan perempuan yang paling aku cintai!" Senyumnya terbit mengingat malam pertamanya tadi malam.Arman kemudian mengecup mesra kening Jelita sambil mengucapkan, "Makasih Sayang, aku sangat bahagia akhirnya aku bisa memilikimu seutuhnya, kamu telah memberikan sesuatu yang sangat berharga untukku, hanya untukku, aku janji aku akan selalu setia dan selalu sayang sama kamu." Senyum Arman mengembang teringat berapa kali dia gagal menaklukkan Jelita, memintanya untuk memberikan haknya, tapi tadi malam dia mendapatkan, sungguh bahagianya tidak dapat dia ungkapkan hanya dengan kata-kata."Jelitaaaa ... akhirnya aku mendapatkan kamu, bahkan tadi malam kamu panggil aku Sayang, apa di hatinya sudah tumbuh ras
"Maaaas ... bangun Mas!!" panggil Jelita panik sambil menepuk-nepuk punggung Arman."Kenapa Sayang, kamu mau lagi?" ujarnya masih setengah sadar."Iiih ... Mas apaan sih! Coba, lihat ini jam berapa?" "Memangnya ada apa sih?"Jelita mengambil ponselnya dan memperlihatkan pada Arman."Jam sepuluh, waduuuh!! Gawat ini, bukannya pesawat kita itu jam dua belas yah!!""Iya makanya ayo cepat!!"Mereka bergegas masuk ke kamar mandi, "Mas mau ke mana?" tanya Jelita melihat Arman mengikutinya."Yah, mandilah.""Aku dulu Mas.""Bareng aja, biar cepet!""Ya udah ayo!!"Mereka masuk bersamaan ke kamar mandi. Yah, namanya juga pengantin baru, gak mungkin kan hanya mandi, hihi ..."Mas, iiih ... udah tahu telat masih aja ngajakin, huuh!!" protes Jelita saat keluar dari kamar mandi."Siapa suruh punya body seksi, kan aku jadi kepengen liat kamu polosan gitu, mana kamu minta disabunin, mana bisa nahan, Istriku Sayang!!" "Hadeeeuuuh ... Aku cuma minta disabunin, biar cepet maksudnya gitu, ini malah j
Setelah beberapa minggu sepulang bulan madu.Jelita mulai menikmati pernikahannya bersama Arman, sepertinya nama Revan sedikit demi sedikit tergeser oleh kehadiran Arman.Arman pun selalu tersenyum ceria dan lebih bersemangat ketika bekerja, bahkan temannya Vano selalu meledeknya, "Wiiih ... tiap hari tempur yah, gak lemes tuh lutut!!""Gak dong, aku kan pria perkasa, hahaha ...! Emangnya kamu, lututnya udah kendor, hahaha ...!" balas Arman tak kalah membalasnya dengan kata-kata sindiran."Sialan Lo, Ar." ketusnya sambil menepuk tangan Arman."Hahaha ... by the way, makasih yah Van, atas saran kamu, Jelitaaa ... sekarang sudah takluk di tanganku!" "Aku turut senang, Ar. Kalau kamu bahagia bersama perempuan yang paling kamu cintai itu!" Vano turut merasakan kebahagiaan yang dirasa Arman, bila awal-awal menikah, dia selalu saja terlihat muram, tapi akhir-akhir ini senyuman selalu menghiasi wajahnya Arman.'Mudah-mudahan yang aku lihat waktu itu, bukan siapa-siapanya Jelita, aku takut
Walaupun tadi di depan Revan dia berusaha tegar, tapi begitu sampai di ruangannya pecah juga tangisannya.'Revaaan ... dia bukan Revan yang aku cintai dulu, diaaa ... sudah berubah!' lirihnya dengan mata yang sudah berair.'Keputusanku ternyata memang sudah benar, aku harus segera keluar dari sini! Sudah cukup hari ini aku mendapatkan hinaan yang menyakitkan seperti ini! Tega sekali dia bersikap seperti itu padaku!''Baiklah, aku akan menyelesaikan laporan ini secepatnya, dan aku tinggal pergi dan tak akan kembali ke sini!' tekad Jelita sambil terus mengusap pipinya yang basah.Dengan perasaan yang tidak baik-baik saja, Jelita berusaha menyelesaikan pekerjaannya, hingga dia sama sekali tak makan siang."Kamu sendiri aja Han, aku mau selesaikan kerjaan aku.""Tumben Jel, kamuuu ... gak makan siang?""Kamu gak tahu yah Han, tadi aku disemprot habis-habisan sama Pak Revan Han, aku benar-benar gak enak, baru kali ini aku merasa gak nyaman kerja di sini.""Hah! Pak Revan bentak-bentak kamu
"Jel, ikut saya!" titah Revan pada Jelita yang baru saja tiba tiba di parkiran.'Jel? Hahaha ... bahkan Kamu memanggilku Jel, sama seperti yang lainnya! Ke mana panggilan sayang itu?!' Jelita tersenyum kecut."Mau ke mana Pak? Maaf ini hari-hari terakhir saya ke sini, jadi saya tidak mau bolos!" tolak Jelita tak mengindahkan perintah Revan."Udah ikut saja, ini perintah!!" paksa Revan."Enggak!!" "Kalau kamu engga mau, aku cabut lagi izin resign kamu!!" ancam Revan."Mana bisa kayak gitu! Surat pengunduran diri itu udah di ACC sama pusat!!" Jelita tak terima."Bisa saja, kamu gak tahu siapa aku?!""Memangnya Pak Revan itu siapa?""Aku menantu dari pemilik supermarket ini, dan yang aku pegang bukan hanya cabang ini, ada beberapa cabang lainnya." Revan tersenyum bangga."What! Jadi mertua Pak Revan itu pemilik supermarket ini?!" Jelita terperanjat, dia kira selama ini Revan hanya sebagai kepala toko saja, rupanya kedudukannya lebih tinggi dari itu."Iya, makanya kamu harus ikut saya se
"Kak Ryuuu ...!!" Jelita menatap takjub, begitu pangling melihat laki-laki tampan di depannya itu.'Ya Tuhaaan ... Kak Ryu, dia sangat tampan, orang yang pernah aku taksir dulu begitu aku masuk SMA. Ya ampun ... kenapa aku bisa ketemu dia lagi di sini pula? Oh Tuhaaan ... dia dua kali lebih tampan dibandingkan waktu SMA.' Jelita tak sadar, dia sampai tak berkedip menatap pria tegap itu.Ryuga adalah ketua OSIS kala itu, dia duduk di kelas tiga sementara Jelita saat itu baru saja masuk SMA.Sebenarnya Ryuga adalah lelaki pertama yang Jelita sukai, begitu juga Ryuga dia pun menyukai Jelita, beberapa kali mengirim salam padanya, tapi begitu Revan masuk di semester dua, dia menjadi dekat dengan Jelita dan meyakinkan kalau yang dia rasakan pada Ryuga hanya kagum saja hanya cinta monyet, apalagi sikap Ryuga yang berubah hingga acara perpisahan tak ada kata apapun pada Jelita hingga dia pun meyakini kalau Ryuga tidak ada rasa padanya."Hei, udah mandangin akunya?" tegur Ryuga sambil menjenti
Ceklek! pintu dibuka, terdengar suara perempuan."Iya Van, ada apa malam-malam begini ke kamarku?"'Ya Tuhaaan ... itu suara Jelita, mau apa dia malam-malam ke kamar Jelita?' gumam Ryuga merasa khawatir."Aku ingin bicara Sayang!" Jelita melihat ada yang tak beres dengan Revan, cara bicaranya persis orang yang sedang mabuk, wajahnya terlihat kusut, matanya agak memerah dan bau alkohol yang sangat menusuk di hidung."Kamu mabuk, Van? lebih baik kita bicara di luar saja." Jelita tak mau ambil resiko, orang mabuk akan sangat nekat karena otaknya dipengaruhi alkohol."Kamu gak izinkan aku masuk, Sayang?""Enggak, kita bicara di sini saja.""Tapi aku ingin masuk, Sayang!" Revan menerobos begitu saja masuk ke dalam kamar."Hei, jangan masuk!" Jelita mengganjal pintu dengan sepatunya, jaga-jaga kalau saja Revan berbuat yang tidak-tidak. Walaupun tegang, Jelita berusaha tenang menghadapi Revan. "Vaaan ... kenapa kamu mabuk seperti ini?""Liii ... apa benar kamuuu ... sudah tidur dengan lak