Shun Yuan alias Yin itu tidak tahu, kalau yang dia naiki adalah sebuah mobil listrik!
Dia pikir, dirinya berada dalam kereta besi yang mampu bergerak dan berbicara sendiri dengan memberitahu arah tujuan. Sungguh berbeda dengan kehidupan lamanya, yang selalu mengandalkan kuda atau kereta yang ditarik dengan seekor binatang.
Dia juga melihat kereta besi bergerak lain yang melaju di jalan raya. Ada yang melintas di atas kepalanya dengan ukuran yang sangat panjang. Ditambah lagi adanya jembatan layang yang malang melintang serta keberadaan bangunan yang tingginya hampir mencapai langit.
“WOW! Ini benar-benar luar biasa! Sejak kapan manusia bisa membangun kota yang hebat seperti ini? Seandainya aku bisa mencapai atap gedung yang paling tinggi, mungkin saja Kaisar Langit ada di sana,” gumam Yin, yang tanpa sadar membuat Lu Dong dan Li Na memperhatikannya dari kaca spion.
Sialnya, Yin yang sekarang tidak mampu menikmati keindahan Kota Shanghai menjelang malam!
Tak lama kemudian mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong akhirnya berhenti di halaman sebuah rumah besar bergaya Eropa.
Lu Dong turun lebih dulu. Dia mengayunkan dagunya kepada sekolompok pria. Enam orang serentak bergerak menuju pintu belakang mobil. Mereka mencengkeram pakaian tipis Yin. Menyeretnya keluar dengan kasar, lalu mengempaskan tubuhnya layaknya kertas bungkus yang tidak terpakai.
BUGH!
Tubuh Yin yang kurus itu langsung jatuh tersungkur. Dia terkejut. Dia tidak menyangka, kalau perhatian serta keramah tamahan yang ditunjukkan oleh kedua mertuanya di rumah sakit hanyalah sandiwara belaka.
Inilah wajah Keluarga Lu yang sesungguhnya. Benar-benar keluarga munafik!
Satu kejutan kembali mengguncang Yin. Ketika mencoba untuk bangkit, dia malah dipertemukan dengan pemilik sepatu bot putih yang menatapnya dari atas.
Wajah cantik yang dingin dan sepasang mata bulat hitam.
Dua hal yang membuka kembali ingatan masa lalu Yin alias Shun Yuan.
“Yue Jing …!” geramnya tanpa suara.
Dia masih mengingat nama wanita yang telah membunuhnya 354 tahun yang lalu. Tidak ada peperangan yang tidak dimenangkan oleh Jenderal Besar Shun Yuan kala itu, tetapi hanya satu kecerobohan yang membuat dia kehilangan segalanya.
Seperti kata pepatah, karena kecantikan wanitalah, seorang pria mengalami kejatuhan.
Yue Jing bukanlah musuh Shun Yuan di medan perang. Gadis itu adalah putri perdana menteri yang dihadiahkan oleh Kaisar Qing sebagai istrinya, karena telah berhasil menumpas para pemberontak. Seandainya saja dia tidak menerima hadiah tersebut, tetapi meminta hadiah lain, tentu dia tidak akan mati pada malam pernikahannya.
Dan sekarang ….
Wanita muda yang memiliki segala kecantikan Yue Jing itu adalah putri bungsu Keluarga Lu. Dia membalas tatapan Yin dengan sorot mata yang dingin. Dia tidak memeluk atau menanyakan keadaan suaminya yang baru saja keluar dari rumah sakit, padahal sudah tiga bulan lamanya mereka tidak bertemu.
“Yin, apa kau juga lupa dengan istri sendiri? Dia Lu Wan Wan!” tegur Li Na menghampiri keduanya.
“Lu Wan Wan? Istriku?” Bibir coklat Yin bergetar saat mengucapkannya.
Dia menggeleng cepat. Tidak mungkin kalau Dewa Kematian juga memberikan kesempatan kedua kepada wanita jahanam ini! Wanita lacur ini tidak mungkin mati dalam penyesalan setelah berhasil meracuninya dan membuang tubuhnya ke dalam Sungai Yang Tze.
“Brengsek, kau, Dewa Kematian! Kau sudah membuatku kehilangan kemampuan untuk melihat warna dan sekarang kau pertemukan aku kembali dengan Yue Jing, yang sekarang menjadi istri dari pemilik tubuh baruku. Tidak adakah wanita lain yang kau pilih, selain si keparat ini, hah?” protes Yin dalam hati sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat.
Tiba-tiba saja sebuah cengkeraman dari belakang membuat bayang-bayang masa lalu itu sirna.
Salah satu dari enam anak buah Lu Dong menarik paksa rambut Yin yang langsung membuatnya bangkit berdiri, menghadap lima orang anggota Keluarga Lu yang baru saja berkumpul di halaman.
Seperti informasi yang dikatakan Dokter Bert di rumah sakit, Lu Dong juga memberitahu ketiga putrinya kalau penyakit gagap Yin telah sembuh, tetapi ingatannya sedikit terganggu.
Dua orang pria tiba-tiba maju. Mereka menahan kedua tangan Yin di belakang punggung, sedangkan dua orang lain bergantian memberi pukulan pada wajah dan perutnya.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Berapa kali pun mereka memukul hingga membuat salah satu sudut bibir Yin mengeluarkan darah, nyatanya sang menantu tidak mampu merasakan rasa sakit itu. Kulit tubuhnya juga tidak mampu merasakan betapa dinginnya musim dingin kali ini.
Semua ini karena kutukan yang diberikan Dewa Kematian kepada Yin alias Shun Yuan, mengingat betapa kejam dan bengis hidupnya kala itu.
Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertukaran!
Tiga kutukan telah dia rasakan dalam satu hari ini.
Apakah masih ada lagi? Dia sendiri tidak tahu.
Yin yang telah memiliki segala kemampuan dari seorang Jenderal Besar Dinasti Qing itu bisa saja membalas perbuatan mereka, namun dia tidak melakukannya. Karena dia merasa waktunya belum tepat.
Dia masih ingin mempelajari kehidupan orang-orang yang ada di dunia barunya saat ini. Sekaligus mencari tahu, kenapa dia harus melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh pemilik tubuh barunya ketika masih hidup.
“Cukup!” teriak Lu Dong, membuat orang-orang yang tadinya menghajar Yin akhirnya berhenti. Dia lalu melempar sesuatu ke wajah menantunya.
Dengan tangkas Yin menangkap selembar kertas putih yang ditujukan kepadanya. “Apa ini?”
“Kenapa kau tidak mati saja dalam kecelakaan itu, hah? Gara-gara kau bangun, aku harus membayar seluruh tagihan rumah sakitmu selama tiga bulan! Kau tahu berapa jumlahnya? 1.042.700 Yuan!” seru Lu Dong berapi-api.
“Hanya satu juta. Memangnya kenapa?” Yin asal menjawab. Sebenarnya dia tidak tahu berapa banyak satu juta Yuan itu, karena mata uang di negaranya telah berubah.
“Kau bilang hanya satu juta?” Suara Lu Dong meninggi, tetapi kemudian dia dan semua orang yang ada di halaman tertawa mengejek, kecuali Lu Wan Wan. “Apa kau pikir dirimu itu anak Kaisar Langit yang bisa menghadirkan satu juta Yuan dalam sekejap, hah?”
“Ya ampun, Yin! Tak masalah kalau kau itu menantu gagap dan penyakitan, tapi janganlah terlalu bodoh! Apa setelah bangun dari koma, kau menjadi tidak bisa berhitung?” Li Na ikutan mengejek.
“Siapa bilang aku tidak bisa berhitung?” bantah Yin. “Bukankah satu juta Yuan itu setara dengan sepuluh ekor kuda? Dua kereta besi bergerak yang tadi aku naiki? Atau setara dengan—“
“CUKUP!” potong Lu Dong yang telah habis kesabarannya. “Bisa-bisanya kau membandingkan uang satu jutaku dengan sepuluh ekor kuda dan kereta besi bergerak! Yang kau naiki tadi itu adalah mobil listrik yang kubeli lima tahun lalu!”
Li Na dan kedua putrinya pun mendengkus. Keluarga Lu hanya memiliki seorang menantu, tetapi betapa bodohnya pria yang dipilih oleh Lu Bei—paman mertua Li Na. Wanita paruh baya itu kemudian menjelaskan kepada Yin, kalau gaji Lu Wan Wan sebulan saja tidak akan sanggup untuk membayar biaya rumah sakitnya.
“Apalagi jika hanya mengandalkan dirimu yang bekerja sebagai petugas perpustakaan. Bisa-bisa aku harus menunggu lima puluh tahun untuk membuat uang suamiku kembali. Bukan kebahagian yang kau berikan pada Wan Wan tapi rasa malu!” cecar Li Na.
Mendengar namanya disebut, Lu Wan Wan hanya mengatupkan kedua bibirnya. Dia tidak membantah, juga tidak menambahi, apalagi ikut menertawakan Yin. Dia hanya menatap pria yang menjadi suaminya itu dengan pandangan yang sulit dimengerti.
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu