“Sudahlah, Ayah. Yin tidak mungkin sanggup untuk menggantinya. Jangankan satu juta Yuan, seratus Yuan saja dia tidak punya. Benar’kan, Wan Wan?” sindir Lu Fen Fen—putri sulung Keluarga Lu.
Lu Wan Wan hanya mengangkat kedua pundaknya. Dia memang tidak tahu berapa banyak tabungan yang dimiliki Yin. Karena selama tiga tahun mereka menikah, dia tidak pernah menanyakan berapa besar gaji dan pengeluaran pria itu setiap bulan.
Yang dia tahu, sebelum menikah, Yin tinggal dan dibesarkan di sebuah panti asuhan.
Jika bukan karena Yin pernah menolong Kakek Lu Bei—paman ayahnya yang saat itu sedang terjebak di dalam lift yang ada di Shanghai Mall hingga mengalami serangan jantung, pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi.
Tiga hari setelah masa berkabung, seorang pengacara datang ke rumah. Pengacara itu membacakan surat wasiat mendiang Kakek Lu Bei yang berisi, jikalau mereka ingin mewarisi semua harta kekayaan mendiang Tuan Lu Bei, maka Lu Wan Wan harus menikah dengan Yin.
Hanya satu syarat!
Tetapi syarat itu ditolak mentah-mentah oleh Lu Wan Wan, karena dia merasa masih terlalu muda untuk menikah. Saat itu usianya baru 20 tahun. Dia ingin melanjutkan kuliahnya di jurusan Bisnis Manajemen dan bekerja di perusahaan besar.
Keesokan harinya, pengacara itu datang lagi ke rumah dengan membawa Yin. Untuk pertama kalinya, Lu Wan Wan berjumpa dengan pria gagap itu. Tubuhnya sangat kurus. Wajah dan bibirnya pucat, terlihat tidak sehat.
Dugaan Lu Wan Wan benar! Calon suaminya itu mengidap penyakit jantung bawaan!
Akan tetapi, Lu Dong dan Li Na tetap memaksa Lu Wan Wan untuk segera menikah begitu juga dengan kedua kakak perempuannya. Mereka berdalih, kalau mereka telah memiliki kekasih, sedangkan dirinya masih lajang.
Dengan berat hati, Lu Wan Wan akhirnya menyetujui pernikahan itu. Asalkan Yin dan kedua orang tuanya tetap mengizinkannya melanjutkan kuliah.
Satu minggu kemudian, pernikahan antara Yin dan Lu Wan Wan terjadi.
Yang tidak Lu Wan Wan sangka, bahwa pernikahan yang tidak dia inginkan itu bisa bertahan hingga tiga tahun. Tanpa malam pertama, tanpa percekcokan, apalagi cinta!
Dan malam ini di halaman depan ….
Bibir Lu Dong tercebik melihat Lu Wan Wan masuk ke rumah. Putri bungsunya itu memang tidak bisa diajak bertukar pikiran. Selalu saja pergi atau terdiam bagai patung.
Dia lalu bertanya kepada istri dan kedua putrinya yang lain. “Apa kalian akan membiarkan 1.000.000 Yuan terbuang sia-sia?”
“Tentu saja tidak!” tolak Li Na. “1.000.000 Yuan itu mampu mencukupi kebutuhan hidup kita selama berbulan-bulan! Apalagi kebutuhan hidup di kota ini terus meningkat. Bagaimana pun caranya, menantu payah ini harus mengembalikan uang kita!"
"Aku juga setuju dengan Ibu!" sahut Lu Fen Fen.
“Aku ada ide,” cetus Lu Shen Shen—putri kedua Keluarga Lu. “Bukankah sebelum kecelakaan terjadi, Yin telah bekerja di rumah kita?”
Ketiganya mengangguk.
Mereka memang mempekerjakan Yin sebagai seorang pelayan. Selama tiga tahun mereka mengharuskan Yin untuk memasak dan membersihkan rumah. Dua jam di pagi hari dan dua jam di malam hari. Pemuda itu mengerjakannya sebelum berangkat dan setelah pulang dari tempat kerja.
“Sekarang tambah saja jam kerjanya! Empat jam pagi dan empat jam malam! Hitung-hitung itu akan menghemat pengeluaran kita,” lanjut Lu Shen Shen.
Lu Dong dan Li Na pun setuju. Kemudian pria paruh baya itu berkata kepada Yin. “Aku akan menambah jam kerjamu sampai kau berhasil mengembalikan semua uangku!”
Melihat dirinya ditinggalkan, membuat Yin juga ingin bergegas masuk mengikuti mereka. Namun, langkahnya itu langsung dicegah oleh anak buah Lu Dong yang bernama Akai.
“Mau ke mana, Kau? Ini bukan waktumu untuk istirahat!” serunya sambil mencekal tangan kanan Yin. “Kau dengar yang dikatakan oleh Tuan Lu Dong tadi? JAM KERJAMU DITAMBAH!” Dia kemudian melempar selembar kain kumal ke wajah Yin.
Tak disangka sikap diam Yin malah membuat Akai lengah. Dengan cepat, menantu Keluarga Lu itu memutar tangan kanannya hingga membuat posisi mereka terbalik. Kini sang menantu itulah yang mencengkeram pergelangan tangan Akai. Bukan hanya satu, melainkan dua tangan sekaligus.
Membuat pria yang memiliki tahi lalat di bawah bibir itu terkejut setengah mati, karena dia tidak mampu melihat gerakan Yin yang sangat gesit. Ditambah lagi cengkeraman sang menantu ini terasa sangat kuat membelit pergelangan tangannya.
Akai tidak tahu, kalau yang dia hadapi saat ini bukanlah sosok Yin yang dulu.
“Kau yang telah menjambak rambutku!” tuduh Yin dengan tatapan menyalang.
“Ba—bagaimana bisa kau mengetahuinya tanpa melihat?”
“Tanpa melihat pun aku bisa mengetahui pelakunya. Dia adalah seorang pria dengan aroma bunga di tubuhnya. Sungguh menggelikan, lelaki kekar sepertimu lebih menyukai wewangian yang digunakan oleh wanita," ejek Yin, yang langsung membuat Akai menelan salivanya.
“Kau!”
“Ini adalah peringatan terakhirku! Jangan pernah kau gunakan tanganmu lagi untuk menyentuh sehelai rambutku, jika tidak—“
“Jika tidak apa?” potong Li Man—keponakan Li Na yang juga bekerja mengepalai seluruh anak buah Lu Dong. “Memangnya menantu bodoh sepertimu bisa berbuat apa? Seekor anjing yang baru belajar menggonggong, tidak akan pernah berubah menjadi seorang majikan!”
Daun telinga Yin langsung memerah setelah mendengar perkataan itu. Dia tahu, siapa yang dimaksud anjing menggonggong oleh pria muda yang berjalan menghampirinya sambil membusungkan dada.
Bukan hanya sepasang mata Yin yang menyalang tajam, tetapi dia juga mengeraskan kedua tulang rahangnya hingga terlihat menonjol ketika mendapati seluruh anak buah Lu Dong berkumpul mengelilinginya.
“Beri menantu bodoh ini pelajaran!” titah Li Man sambil mengacungkan tangan.
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu