Share

Bab 0007

Sarapan pagi.

Gozel turun agak terlambat sehingga ketika dia sampai di meja makan, Jeceline dan Rodez sudah mulai menikmati sarapan mereka. Jeceline dengan salad buah, Rodez dengan roti bakar tanpa toping, mereka benar-benar mengatur pola makan mereka seperti Gozel dulu.

"Selamat pagi?" Sapa Gozel begitu dia sampai di sana, hanya Rodez yang menyahut sementara Jeceline terdiam, matanya melihat Gozel sebentar dan menunjukkan betapa dia tidak menyukai kehadiran Gozel karena dia anggap menganggu kegiatan mereka berdua.

Gozel memaksakan senyumnya, bagaimanapun dia juga merasa cemburu dan tidak rela, namun bisa apa kalau nyatanya dia juga tidak memiliki tempat tinggal untuk dia tinggali? Perhiasan, tas, dan barang lainnya dia beli dari uang Rodez, jadi Gozel merasa tidak pantas untuk mengambil semua itu. Rencananya Gozel akan meninggalkan semua barang itu begitu dia bekerja dan mendapatkan tempat untuk tinggal tapi untuk sekarang dia memang harus menahan diri dulu.

Rodez sejenak terdiam menatap Gozel yang kini sudah duduk bersiap untuk menikmati sarapannya. Dia terlihat sangat cantik tanpa Make up yang berlebihan seperti sebelumnya, bibirnya yang pink kemerahan itu benar-benar terlihat sangat cantik dan manis. Alis tebalnya, juga bulu matanya yang panjang benar-benar sudah begitu cukup menghiasi wajah Gozel. Kulit putih alaminya, rambut hitam dan panjang itu sungguh sangat cocok untuknya.

Rodez kembali menatap makanannya, hatinya berdesir seolah dia memiliki perasaan tidak rela kalau pada akhirnya dia harus berpisah dengan Gozel.

"Rodez, nanti aku akan pergi keluar bertemu Rose. Aku akan mencari pekerjaan dan dia akan membantuku, tapi apa aku boleh minta uang? Aku tidak ada yang sama sekali."

Jeceline tersenyum kesal, sungguh dia tidak suka dengan Gozel yang terus saja mengajak Rodez untuk bicara seolah ingin membangun perasaan dan menegaskan siapa dia dan siapa Jeceline di rumah itu. Bagaimanapun hubungan mereka akan berakhir dengan perceraian jadi untuk apa sebenarnya Gozel bersikap seperti itu? Tidak, Jeceline tidak bisa diam saja dan membiarkan Gozel bersikap seolah dia sangat butuh bantuan sehingga Rodez akan merasa kasihan padanya.

"Bukankah seharusnya kau tahu malu sedikit saja? Rodez siapa dan kau siapa, kau dan dia akan berakhir seperti apa kau harus ingat benar bukan?"

Ucapan Jeceline barusan benar-benar membuat Gozel terdiam, dia sungguh tahu apa yang dia katakan kepada Rodez memang memalukan, tapi apakah Jeceline tidak bisa melihat bagaimana kondisinya sekarang? Jika saja Gozel masih Gozel yang dulu, wajah Jeceline pasti sudah akan merah dan bengkak karena Gozel pasti akan menampar, memukul kuat tak akan cukup sekali atau dua kali.

"Jeceline, kau tidak lupa kalau aku masih istri sahnya Rodez kan? Memang pada akhirnya kita akan bercerai, tapi bukankah yang paling penting adalah sekarang? Aku meminta uang karena aku memang tidak ada uang sama sekali. Bersabarlah, Jeceline. Bersabarlah jika ingin segera menjadi istri Rodez secara legal, dan kalau kau merasa begitu terganggu dengan adanya aku, mulai besok aku akan tinggal di kamar paling ujung, dan aktivitasku akan aku lakukan dari sana, keluar masuk rumah juga akan dari pintu samping."

Jeceline menatap Gozel dengan sorot matanya yang tajam, dia merasa begitu tertekan, dia merasa kesal karena Rodez masih tetap diam hingga akhir.

"Kita bisa berangkat bersama nanti, aku tidak ada uang cash, jadi nanti kau saja yang ambil di ATM." Ujar Rodez tak menatap salah satu istrinya sama sekali. Sungguh dia tidak mengerti kalau pada akhirnya semua akan jadi seperti ini. Bahkan sejak awal dia tidak memiliki kesiapan untuk menikah, dia tidak memilki niatan untuk menikah sejak dia menjalin hubungan kekasih sebelum pada akhirnya Gozel datang dengan caranya yang ekstrim.

Gozel memaksakan senyumnya, dia sebentar menatap Jeceline yang terlihat tidak terima, tapi entah mengapa hati Gozel masih saja begitu jahat karena dia menikmati kekesalan di wajah Jeceline.

Setelah sarapan selesai, Rodez dan Gozel sudah bersiap untuk berangkat. Sebelumnya Gozel akan menjadi sosok yang bergelayut memeluk lengan Rodez, meninggalkan ciuman di pipi dan bibir Rodez, namun sekarang kegiatan itu di gantikan oleh Jeceline.

"Sayang, hubungi aku kalau kau sudah sampai kantor ya?" Jeceline menatap Rodez dengan tatapan matanya yang manja, tapi seperti biasanya, Rodez hanya akan diam saja seperti orang yang tidak merasakan apapun, seperti saat Rodez dan Gozel bersama dulu.

Gozel mengeryit bingung, kenapa Rodez seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Jeceline menjijitkan kakinya, mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Rodez dan seketika itu Gozel memalingkan wajahnya. Tidak, sungguh dia tidak sanggup untuk melihat itu semua, hatinya tentu masih merasakan sakit dan terluka melihat kemesraan mereka. Cinta yang dia miliki untuk Rodez begitu besar jadi sulit untuknya mengatakan dia baik-baik saja, dia tentu akan tetap dan terus saja terluka tidak tahu akan sampai kapan ini berlangsung. Ah, mungkin juga selamanya.

"Gozel, ayo berangkat!" Ajak Rodez yang entah sejak kapan menatapnya.

Gozel mengangguk setuju, dengan cepat dia menjalankan kakinya untuk mendekat kepada Rodez dan berjalan bersama menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah mereka.

Begitu mereka sampai di dalam mobil, dan sudah mulai berjalan sekitar sepuluh menit, Rodez mengeluarkan kartu miliknya kepada Gozel.

"Ambil saja sebanyak yang kau mau. Tidak usah di kembalikan."

Gozel menatap Rodez yang tak melihat ke arahnya, segera dia menerima kartu itu lalu kembali menatap Rodez sebentar. Aneh, kenapa dia merasa Rodez sedang kesal? Apa saat Gozel tidak melihat ke arah Jeceline dan Rodez tadi mereka sempat bertengkar diam-diam? Ataukah Rodez kesal karena Gozel meminta uang?

"Rodez, sepertinya aku tidak jadi meminta uang, karena kita searah jalannya dengan tujuanku, cukup antar aku saja ke tempat tujuan ya? Lagi pula Rose dan Benjamien sudah tiba di sana." Gozel menyodorkan kartu itu kembali kepada Rodez, dan hal itu benar-benar membuat Rodez jadi terlihat semakin kesal.

"Kau ingin mempermalukan ku? Aku sudah bilang kalau kau bisa ambil sebanyak yang kau mau, tapi kau justru mengembalikan kartu itu padaku? Jangan biasakan dirimu menerima sesuatu yang gratis, tidak ada yang seperti itu di dunia ini. Ingat juga kau masih istriku, jadi pantang bagi mu mempermalukan ku."

Gozel menarik kembali tangannya, menyimpan kartu itu di tangannya.

"Baik."

Rodez tak mengatakan apapun lagi, dia hanya sesekali menghela nafas entah apa maksudnya.

Beberapa saat kemudian.

Gozel turun dari mobil karena dia telah sampai ke restauran.

"Terimakasih, Rodez. Hati-hati di jalan ya?" Seperti itu yang di katakan Gozel sebelum Rodez meninggalkan Gozel di sana.

"Fan, awasi istriku laporkan padaku apa saja yang dia lakukan hari ini." Ucap Rodez lalu segera memutuskan sambungan teleponnya.

Bersambung.
Komen (3)
goodnovel comment avatar
To Cf
mantap...cerita nya
goodnovel comment avatar
Fatisha Alia
alur ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Vio Tasik
ceritanya sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status