“SIALAN!!! Dari mana dia tahu tentang aku dan Bruno?” maki Melan.
Ia sudah berjalan cepat meninggalkan toilet. Melan sangat kesal kepada Mina, padahal tujuannya menghampiri Mina tadi untuk mengintimidasinya. Namun, yang ada malah Melan yang terkejut saat Mina tahu tentang hubungannya dengan Bruno.
“Melan, kamu dari mana? Mama mencarimu,” ujar Nyonya Jesica.
Wanita paruh baya dengan penampilan glamour itu sedang berjalan mendekat menghampiri Melan. Melan menghentikan langkah sambil sibuk mengatur napasnya. Dadanya terasa sesak dan bergemuruh usai berbincang singkat dengan Mina tadi.
“Aku tidak suka ini, Ma. Aku benci!!! Ini tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.” Melan bersuara dengan lirih.
Nyonya Jesica menghela napas panjang sambil celinggukan memperhatikan sekitar. Mata wanita paruh baya itu beredar, takut jika pembicaraan putrinya terdengar oleh telinga yang lain.
“Tutup mulutmu, Melan!!! Jangan berkata seperti itu sekarang, ini bukan waktu yang tepat.” Nyonya Jesica mendekatkan tubuhnya ke arah Melan.
Melan berdecak sambil menggelengkan kepala.
“Mengapa dia selalu mendapatkan yang terbaik, Ma. Dia menolak Bruno, tapi malah mendapatkan Tuan Alby Allister. Ini benar-benar di luar dugaan.”
“Lalu apa maumu, Melan? Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk sementara, saat ini kita ikuti saja permainan Mina. Mama dan Bruno sudah menyiapkan rencana yang lain.”
Lagi-lagi Melan berdecak. Wanita berwajah manis itu kini mengedarkan pandangannya ke area pesta yang sudah mulai sepi. Kemudian ia melihat Alby tampak berjalan meninggalkan area pesta seorang diri. Sebuah senyuman seringai yang aneh terbit di raut Melan.
“Ya ... silakan saja. Karena aku tidak sabar menunggu. Aku akan melakukan apa yang aku suka dulu.”
Usai berkata seperti itu, Melan berlalu pergi meninggalkan Nyonya Jesica seorang diri. Ia mempercepat langkahnya lalu secara sengaja menabrakkan dirinya ke Alby yang sedang berjalan berlawanan arah hingga akhirnya Melan terjatuh ke lantai.
“Oh ... maaf, Nona. Anda baik-baik saja?” tanya Alby.
Melan terdiam beberapa saat sambil sibuk mengelus lengannya yang tertabrak tubuh Alby tadi. Melan juga masih duduk bersimpuh di lantai belum bangkit dari jatuhnya. Alby hanya diam mengamati. Dia tidak mengenal wanita di depannya ini. Bisa jadi Melan adalah teman atau kerabat Mina. Memang Melan belum memperkenalkan dirinya selama ini ke Alby. Itu sebabnya Alby tidak mengenal Melan sebagai adik tiri Mina.
“Iya, Tuan. Saya tidak apa-apa. Salah saya sendiri yang berjalan tanpa melihat depan tadi.”
Alby hanya mengangguk sambil tersenyum ke arahnya kemudian sudah mengulurkan tangan membantu Melan berdiri. Melan tersenyum kesenangan sambil menerima tangan Alby. Gadis licik itu tersenyum semringah saat Alby memperlakukan dengan sopan.
“Apa Anda bisa berjalan?” Alby kembali bertanya dan melirik ke arah kaki Melan.
Gadis di sebelahnya ini berdiri dengan kaki miring. Entah sengaja dibuat seperti itu atau memang dia sedang menahan sakit karena terkilir. Yang pasti wajah Melan terus meringis seperti orang kesakitan. Melan belum menjawab, tapi dia sudah mencoba berjalan dengan tertatih.
“Aww!! Aww!! Ini sakit sekali,” seru Melan. Secara sengaja tangannya langsung merangkul bahu Alby dan Alby terkejut dibuatnya.
“Maaf, aku tidak bisa berjalan, Tuan.” Melan merengek dengan suara manjanya.
Alby hanya menghela napas panjang sambil melirik kesal ke arah Melan.
“Maaf, Nona. Aku akan memanggil yang lain dulu untuk menolongmu. Aku harus ke toilet sekarang.”
Alby segera membuka rangkulan tangan Melan dan meletakkannya bersandar ke dinding. Kemudian Alby sudah berpamitan undur diri usai memanggil salah satu anggota WO. Melan tampak kesal dengan ulah Alby. Alby seakan tak peduli dan terus berjalan meninggalkan Melan.
“Ada yang bisa dibantu, Nona?” tanya salah satu anggota WO yang menghampiri Melan.
Melan melirik sekilas dan menggeleng dengan cepat. “Tidak. Tidak ada.”
Dia sangat kesal dan menjawab anggota WO itu dengan ketus. Anggota WO itu hanya manggut-manggut sambil melihat ke arah Melan. Sementara itu Alby sudah membelokkan kakinya ke toilet.
“Ternyata dia tidak berbohong. Aku pikir dia sengaja menghindar tadi,” batin Melan.
Dia kembali tersenyum menyeringai sambil menatap sosok Alby yang menghilang di balik dinding toilet. Sebuah ide kembali terlintas di benak Melan. Gadis licik itu kini memanggil anggota WO yang hendak beranjak pergi tadi.
“Iya, Nona. Ada yang bisa saya bantu?”
“Eng ... saya hanya mau bertanya di mana kamar ganti untuk mempelai pria. Tadi saya diminta mengantar sesuatu ke sana,” bohong Melan.
“Oh, Anda jalan lurus saja. Kemudian belok kiri, kamarnya nomor satu dari kanan.”
Melan manggut-manggut mendengar jawaban salah satu anggota WO tersebut. Usai mengucap terima kasih, ia sudah undur diri berlalu pergi.
“Hmm ... kita lihat saja!! Apa mungkin kamu tidak tertarik padaku, Tuan Alby Allister? Aku lebih menggoda dari istrimu itu. Aku bisa merebut dan menggoda mantan tunangannya, jadi mana mungkin aku tidak bisa menggoda suaminya.”
Kembali sebuah senyuman culas terukir di bibir Melan. Gadis itu berjalan cepat menuju kamar yang dimaksud tadi. Melan yakin, setelah dari toilet Alby akan menuju kamar gantinya. Dia juga tidak melihat Mina saat ini, bisa dipastikan apa yang dia lakukan kali ini akan berhasil.
Namun, langkah kaki Melan terhenti saat melihat Mina sudah berdiri di depannya. Gadis itu berdiri di ujung lorong menatap Melan dengan sinis dan tangan terlipat di depan dada.
“Jadi kamu sedang menggoda suamiku juga sekarang?” ujar Mina.
Melan terkejut mendengar ucapan Mina. Dia pikir usai dari toilet tadi, Mina sudah pergi. Namun, nyatanya Melan malah bertemu Mina di sini. Melan berdecak sambil menggelengkan kepala.
“Untuk apa juga aku menggodanya, Kak? Tanpa aku menggoda, aku yakin suamimu sudah terpikat padaku. Aku memang menarik di mata setiap pria.”
Mina langsung terkekeh mendengar ucapan Melan. Tentu saja Melan terkejut dengan reaksi kakak tirinya.
“Iya, kamu memang menarik di mata Bruno. Namun, kamu terlihat murahan di mata suamiku. Apalagi cara norakmu tadi. Aku memperhatikannya, Melan.”
Melan terbelalak, jadi sepertinya Mina melihat apa yang dilakukannya pada Alby tadi. Melan terlihat kesal dan berjalan mendekat ke arah Mina.
“Asal Kakak tahu, keberuntungan kakak pada akhirnya akan hilang dan menyisakan kesialan saja. Mungkin sekarang Kakak beruntung menikahi Alby, tapi aku yakin tidak selamanya keberuntungan berpihak padamu terus.”
Mina tersenyum dengan manis. “Aku tidak beruntung, Melan. Namun, aku mendapat mukjizat. Asal kamu tahu. Kalian tidak akan bisa menyentuhku saat ini. Aku tahu semua rencana kalian.”
Melan tampak terkejut, tapi berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya. Melan kembali mengangkat dagunya dan menatap tajam ke arah Mina.
“Oh ya? Memangnya apa rencana kami yang kamu tahu, Kak?”
Mina mendekatkan langkahnya hingga berdiri sejajar di depan Melan. Dua gadis cantik itu berdiri saling berhadapan dan saling bersitegang satu sama lain. Mina sudah membuka mulutnya bahkan bibirnya sudah bergerak bersiap mengeluarkan suara saat tiba-tiba Alby memanggilnya.
“Sayang ... .”
“Sayang ... .” Alby memanggil dan berjalan mendekat ke arah Mina.Mina urung bersuara bahkan sibuk menelan saliva sambil memundurkan tubuhnya menjauh dari Melan.“Sayang, kamu di sini?” ulang Alby.Mina menoleh ke arah Alby, memberikan senyum terbaiknya dan mengangguk dengan anggun. Alby kemudian menoleh ke arah Melan. Pria tampan itu mengernyitkan alis saat melihat Melan sudah bisa berdiri tegak tanpa tertatih seperti tadi.“Mari kita ke kamar. Aku lelah, Alby.” Mina menginterupsi lamunan Alby dan Alby hanya mengangguk mengiyakan.Mereka sudah membalikkan badan dan berlalu pergi meninggalkan Melan seorang diri. Melan berulang merutuk kegagalannya. Dia kesal sekaligus iri melihat kebahagiaan Mina.“Sudah Mama bilang, jangan sekarang, Melan.” Tiba-tiba Nyonya Jesica sudah berdiri di samping Melan.Melan melihat wanita paruh baya itu dengan sudut matanya. Ia kesal harus menuruti keinginan
Alby mengulum senyum sambil mulai memejamkan mata. Dia masih ingat kejadian beberapa saat tadi. Dia tidak sengaja membuat baju Mina hingga terbuka dan melorot ke bawah. Pantas saja Mina hanya diam begitu keluar dari kamar mandi tadi. Gadis itu pasti malu.Alby melirik ke arah kasur dan tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Mina yang belum terpejam. Lagi-lagi Mina terdiam beberapa detik saat mata mereka bertemu. Mengapa setiap matanya bertemu dengan netra Alby, ingatan akan kehidupan Mina yang berbeda kembali datang. Mina buru-buru memalingkan wajahnya.Alby menghela napas panjang kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk di sofa.“Kamu belum tidur?” tanya Alby.Mina tidak menjawab, tapi Alby bisa melihat kalau gadis itu sedang memperhatikannya saat ini.“Ada yang ingin aku katakan padamu. Apa kamu tidak keberatan mendengarnya?”Mina mengubah posisi tidurnya dan kini terlihat setengah terbaring dengan kepala bersand
“APA??!! Kamu sedang nyari kesempatan?” protes Mina.Alby berdecak sambil menatap tajam ke arah wanita cantik di depannya.“Aku tidak memintamu mencium kalau tidak terpaksa. Setidaknya tinggalkan bekas bibirmu di tubuhku. Masa tubuhku bersih begini.”Mina terdiam. Sepertinya dia sekarang mengerti mengapa Alby melakukan ini semua. Mungkin keluarga Alby tidak percaya seratus persen dengan Alby. Mengingat pertemuan mereka yang singkat dan langsung memutuskan menikah. Apalagi sebelumnya Alby akan dijodohkan dengan wanita lain. Bisa jadi keluarganya melakukan inspeksi dadakan untuk sekedar mencari tahu kalau mereka baru saja melakukan malam pertama.“Buruan!!! Kok malah bengong. Mereka masih terus mengetuk kalau kita tidak membukakan pintunya.”Mina menarik napas panjang kemudian gegas mengambil lipstik memakainya di bibir. Lalu dia menempelkan stempel bibirnya di tangan dan mengoleskan ke seluruh tubuh Alby. Kini sud
Selang beberapa hari usai menikah, Mina sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Dia memang tinggal bersama Alby di rumah yang sudah disiapkan Alby. Rumah ini letaknya sedikit lebih jauh dari rumah Mina dan dekat dengan kediaman keluarga Alby.Pagi itu, Mina sudah bersiap dan tengah asyik menikmati sarapan pagi bersama Alby.“Apa kegiatanmu hari ini?” tanya Alby mengawali pembicaraan mereka.“Aku akan mulai aktif di kantor Papa seperti sebelumnya. Kamu sudah janji akan mengizinkan aku, bukan?”Alby mengangguk sambil tersenyum. “Iya, tentu. Aku hanya minta kamu sudah berada di rumah sebelum aku datang.”Mina menjawab dengan senyuman manis dan anggukkan di kepalanya. “Tentu. Aku akan mengabarimu jika datang terlambat.”Alby kembali menganggukkan kepala sambil terus menikmati makan paginya. “Oh ya, satu lagi. Aku sudah menyediakan mobil dan sopir untuk aktivitasmu. Aku tidak ingin kamu lelah,
“Mengapa Papa tidak minta persetujuanku lebih dulu saat mengangkat Bruno menjadi manager operasional?” sergah Mina bertanya.Ia berjalan cepat menyusul Tuan Yuka yang kembali lebih dulu ke dalam ruangannya usai meeting berakhir tadi. Tuan Yuka hanya menghela napas panjang sambil duduk di kursi kerjanya dan mulai menyalakan laptop. Mina masih ingat di kehidupan sebelumnya, Bruno memang membantunya di perusahaan itu. Namun, bukan sebagai manager operasional. Memang kali ini jabatan Bruno berada di bawahnya, tapi tetap saja jabatan yang dipegang Bruno saat ini sangat penting di perusahaan tersebut.“Maaf, Mina. Papa terpaksa melakukannya tanpa persetujuanmu. Ini terjadi karena Papa malu. Papa malu karena kamu membatalkan pernikahan dengan Bruno. Papa malu dengan keluarganya. Itu sebabnya Papa menjanjikan jabatan manager operasional untuk Bruno.”Mina mendengus kesal sambil menghempaskan pantatnya begitu saja di atas sofa. Ternyata kejadian h
“Aku juga mau dipeluk seperti itu, Sayang,” ucap sosok itu yang tak lain Alby.Mina sontak terkejut mengurai pelukan dan menoleh ke arah pintu. Suami gantengnya itu sudah berdiri di depan pintu sedang menatap ke arahnya dengan senyuman yang manis.“Selamat pagi, Papa!” sapa Alby sambil membungkukkan badan memberi hormat ke Tuan Yuka.Tuan Yuka hanya tersenyum menyambutnya.“Masuklah, Alby. Sebuah kehormatan bisa menyambut seorang pengusaha sukses macam kamu di sini.”Alby terkekeh sambil berjalan mendekat. “Papa tidak perlu bicara seperti itu. Bukankah aku sudah menjadi anak Papa juga sekarang.”Mina hanya terdiam sambil memperhatikan Alby dengan seksama. Kenapa juga Alby sangat jago berakting jika di muka umum. Dia seperti punya kepribadian ganda saja.“Apa yang kamu lakukan di sini?” bisik Mina lirih. Alby sudah duduk di sampingnya, itu sebabnya Mina berbisik di sebelahnya.
“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Alby.Mina langsung tersenyum begitu melihat suaminya masuk. Ia gegas berdiri dan berjalan menghampiri Alby. Lalu dengan manja bergelayut mesra di lengan Alby.“Tidak, Sayang. Sama sekali tidak mengganggu. Kamu sudah selesai bicara dengan Papa?” tanya MinaAlby tidak menjawab hanya tersenyum sambil terus menatap Mina. Mina membalas tatapan Alby dengan penuh cinta. Lama kelamaan dia mahir berakting mesra dengan Alby. Sementara itu Bruno hanya diam, melihat interaksi pengantin baru itu dengan sudut matanya.Mina melihat reaksi Bruno. Dia kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Alby, bahkan tangan Alby ditarik agar merengkuh pinggulnya. Sepertinya Alby juga tak keberatan sama sekali. Bahkan sesekali pria tampan itu mengecup wangi rambut Mina.“Bukankah pembicaraan kita sudah selesai, Tuan Bruno. Anda bisa kembali ke ruangan,” imbuh Mina.Bruno tampak kesal dan bersiap pergi. Mi
“Kita pulang, Pak,” ucap Mina.Pukul lima sore, Mina sudah keluar kantor dan langsung menuju mobil yang dikemudikan Pak Henry. Wanita cantik itu tidak lupa kalau hari ini akan menghadiri undangan makan malam bersama Alby.“Nyonya, apa Anda sudah tahu kalau hari ini ada undangan makan malam?” Pak Henry bertanya. Pria paruh baya bertubuh besar itu tampak sibuk mengawasi lalu lintas di depannya sambil melirik Mina melalui spion.“Iya. Tadi Alby sudah memberitahu. Jadi lanjutkan saja schedule-nya?”Pak Henry tersenyum sambil menganggukkan kepala kemudian sudah melajukan mobilnya membelah kemacetan lalu lintas sore. Selang beberapa saat mobil Pak Henry sudah tiba di sebuah butik. Ini adalah butik yang sama dengan yang didatangi Mina tempo hari saat pertama bertemu Alby.Mina gegas turun dan tak lama beberapa pegawai butik itu sudah menyambut. Selang beberapa waktu Mina sudah berubah penampilan. Dia mengenakan gaun mal