Share

Bab44 Menipu mantan

Disaat pikiran sedang kalut, tiba- tiba panggilan telepon dari mas Aditya masuk. Aku menatap sesaat, kemudian menjawabnya.

[Ya, Mas.]

[Ehem. Din, lagi ngapain? Mas ganggu kamu nggak ya?] tanya mas Aditya.

[Aku lagi rebahan saja, Mas. Aku bingung, rumah, dan kebun peninggalan Abba terbakar habis. Kini, keunganku menjadi tipis,] jawabku dengan suara lesu.

Meskipun om Kustomi memberikan aku biaya hidup selama ini. Tapi aku juga tahu, kalau dia mengelola kebun dan ternak Abba di Kalimantan. Dan ongkos yang biasa aku terima, adalah hasil bagi rata kami.

[Kok bisa, jadi sekarang gimana kondisinya disana?]

[Nggak tau, Mas.]

[Padahal aku rencananya mau jual kebun dan tanahnya. Buat ngelawan Papahku di Pengadilan. Dia membawa surat wasiat saham dari Abba katanya] aku terpaksa menjelaskan semua ini ke mas Aditya.

Aku terpaksa menggunakan mas Aditya, untuk melawan papah.

[Sudah kuduga. Aku mendengar kabar, kamu laporin Sesil ke kantor polisi. Untuk apa, Din? Percuma, pak Hanung dan ibu Melisa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status