Keesokan harinya, hari dimana Radit dan Rangga harus pindah dari rumahnya yang sekarang. Sejak pagi Mia sudah sibuk sendiri di dalam rumahnya, tidak seperti biasanya, apalagi hari ini adalah hari Minggu. Mia melakukan banyak hal karena dirinya sedang gelisah, ia sebenarnya ingin pergi ke rumah Radit, ia ingin saling sapa untuk yang terakhir kalinya, tapi ia juga tidak ingin dirinya dianggap terlalu berlebihan.
Ketika Mia sedang membuat kopi di dapur, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan rumahnya, suara itu berasal dari pintu rumahnya. Tanpa mematikan kompor terlebih dulu, Mia langsung berlari menuju asal suara itu. Karena Mia menghampiri pintu dengan berlari, maka Mia sampai di depan pintu dengan cepat. Mia tidak langsung membuka pintu itu, ia mengelap kedua telapak tangannya terlebih dulu ke bajunya untuk menghilangkan perasaan gelisah dan gugupnya.
Mia membuka pintu setelah merasa perasaannya lebih tenang dari sebelumnya. Dan
Sudah lebih dari seminggu semenjak Radit dan Rangga pindah rumah, sesekali Mia bertemu dengan tante Mela ketika Mia sedang lewat di depan rumahnya, dan Mia bisa melihat perasaan kehilangan dari diri tante Mela juga. Dalam beberapa hari, setiap pagi Mia sempat mematung di depan rumah lama Radit dan Rangga selama beberapa menit, ia ingin memastikan kepada dirinya sendiri, apakah mereka berdua atau lebih tepatnya Radit sudah benar-benar pindah dari sana, dan ternyata itu sudah pasti, karena yang keluar dari rumah itu bukanlah Radit ataupun Rangga, tapi hanya tantenya.Tiga hari setelah kepindahan Radit, Radit mengirim SMS ke Mia. SMS itu berisikan tentang Radit yang meminta maaf pada Mia karena baru menghubunginya, ia berkata kalau selama beberapa hari sebelumnya, ia sangat sibuk karena kedua orang tuanya menjaganya dengan ketat untuk belajar. Mia pun memaafkannya dengan mudah.Enam hari setelah kepindahan Radit, Radit menelponnya, ia mengataka
Hari ini adalah hari Minggu, sehari setelah pertemuan intim antara Radit dan Mia. Dari pagi, Mia mengharapkan Radit menemuinya lagi, tapi sepertinya harapannya tidak bisa terkabul karena tadi siang Radit sudah menelpon Mia dan berkata kalau dirinya ada acara di kampusnya, mau nggak mau Mia menjadi kecewa.Karena perasaannya sudah terlanjur tidak enak, seharian ini Mia jadi hanya bermalas-malasan di rumahnya. Sesekali Mia berpindah tempat dari kamarnya menjadi ke ruang tamu untuk menonton TV, lalu berpindah lagi menjadi ke dapur untuk menyemil, tapi ujung-ujungnya juga Mia kembali ke kamarnya.Ketika Mia sedang sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan rumahnya, Mia pun beranjak dari kasurnya untuk melihat siapakah yang mengetuk pintu rumahnya. Mia sudah sampai di depan pintu, ia pun tanpa ragu langsung membukanya, dan ternyata orang itu adalah kak Rido. Reflek Mia langsung melihat ke belakang kak Rido, ia men
Setelah menutup teleponnya dengan Radit, dan meletakkan ponselnya ke meja yang berada di samping kasurnya, Mia mulai melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuju dapur."Kamu bilang, kamu nggak punya hubungan apa-apa sama Radit," kata-kata itu keluar dari mulut kak Rido secara mendadak bagi Mia. Kalimat itu muncul bahkan sebelum Mia benar-benar masuk ke dapur. Langkah Mia terhenti sejenak karena kalimat itu, namun setelah itu ia malanjutkan langkah kakinya lagi."Emang nggak ada," jawab Mia cuek tanpa melihat ke arah kakaknya, ia memfokuskan matanya ke arah kulkas. Mia membuka pintu kulkas dan mengambil beberapa makanan untuk ia berikan ke kakaknya. Mia memberikannya dengan jutek. "Jadi Kakak nyuruh aku ngambilin makanan, cuma alasan," meskipun nada suara Mia terdengar seperti sedang bertanya, namun sebenarnya ia tidak sedang menunggu atau membutuhkan jawaban dari kak Rido.Kak Rido tidak berkata apa-apa lagi, namun meli
Bangun dari tidurnya, Mia langsung meraih ponselnya. Mia membelalakkan kedua matanya ketika melihat notifikasi yang ada di ponselnya, disitu menunjukkan kalau ada misscall dari Radit sebanyak 5 kali. Ada perasaan menyesal dalam diri Mia karena semalam dirinya ketiduran, namun penyesalan itu tidak berselang lama, penyesalan itu langsung hilang setelah melihat SMS dari Radit yang dikirim semalam juga.Maafin, tadi aku di jalan, aku udah nggak betah jadi aku milih pulang lebih awal dari teman-temanku, (mungkin karena nggak ada kamu makanya aku nggak betah) :D. Kamu pasti udah tidur ya? Good night, sampai ketemu besok pagi, sekali lagi aku minta maaf ya, Mia membaca SMS itu dengan senyum-senyum sendiri seperti orang gila, apalagi dengan rambutnya yang acak-acakan saat ini.Mia bangkit dari kasurnya dengan semangat yang menggebu, sampai-sampai dirinya tidak melihat ada sebuah baju yang tergeletak di dekat kasurnya, jadilah Mia terpeleset dan hamp
Hanya tinggal beberapa menit lagi menuju waktu pulang kantor Mia, dan itu juga berarti tinggal beberapa menit lagi Mia akan bertemu kembali dengan Radit, namun dengan suasana yang mungkin akan lebih serius dari biasanya. Beberapa menit kemudian, bukan hanya Mia yang bersemangat untuk pulang, ada beberapa orang di sekitar Mia juga yang langsung beranjak dari kursinya begitu saja setelah jam dinding menunjukkan pukul 5 sore.Mia sudah berada di depan lift dan disana juga sudah begitu banyak orang yang mengantre untuk masuk. Mia mengetuk-ngetuk kakinya dengan gugup, ia tidak mau Radit menunggunya terlalu lama, karena sejak 15 menit yang lalu Radit sudah mengirim SMS ke dirinya kalau ia sudah sampai di depan kantornya, maka dari itu Mia harus bergegas keluar. Ketika pintu lift terbuka, orang-orang yang tadi sudah berkumpul di depannya, langsung menyerbu masuk. Mia terombang-ambing ke kanan dan ke kiri, mungkin karena tubuhnya yang memang kecil, namun dengan sekuat t
Radit yang sudah tidak sabar untuk lebih masuk, langsung merangkul bahu Mia dan mengajaknya mengikutinya. Kali ini Mia mengikuti Radit tanpa mengatakan apapun ataupun melakukan apapun, ia tidak merasa aneh ataupun salah tingkah dengan perlakuan Radit barusan, mungkin karena dirinya masih mengagumi kafe ini.Radit menuju ke arah tempat duduk yang berada di perbatasan tempat indoor dan outdoor. Radit mempersilahkan Mia duduk ke kursi yang sudah ia persiapkan, Mia pun duduk dengan tatapan matanya yang masih mengelilingi kafe."Apa kamu sekagum itu?" Tanya Radit sambil duduk di kursinya. Ia tidak menyangka Mia akan sekagum itu, ia hanya mengira Mia sekedar suka."Kafe seperti ini selalu ada di pikiranku, sangat persis seperti ini." Kata Mia dan sekarang tatapan matanya sedang menatap Radit dengan berbinar-binar.Radit langsung merasa usahanya berhasil, tapi dirinya juga merasa kagum dengan dirinya sendir
Senyum di wajah Radit semakin merekah dengan lebar, bahkan kali ini diiringi dengan pipinya yang memerah dan memanas. Radit yang menyadari perubahan kedua pipinya langsung memegangi kedua pipinya dengan malu.Baru kali ini Mia melihat Radit bertingkah seperti ini, namun entah kenapa Mia malah merasa gemas, karena sisi Radit yang seperti ini sangat tidak cocok dengan sisi Radit yang biasanya."Kamu jujur kan?" Radit masih merasa tidak percaya perasaannya akan terbalas secepat ini."Kamu nggak percaya?" Mia mulai kesal pada Radit karena ia masih merasa tidak percaya padanya."Bukan begitu," katanya dengan berusaha menghilangkan senyumnya yang terus berkembang di wajahnya. "Kukira semalam kamu cuma iseng." Radit menundukkan kepalanya."Aku kan nggak kayak kamu," canda Mia."Benar juga." Radit menerima candaan Mia dengan baik.Setelah itu mer
Langit malam sudah berubah semakin pekat, hawa dingin juga semakin menyambar tubuh Mia yang tidak memakai jaket dan hanya memakai cardigan yang tipis. Motor melambat meskipun Mia merasa yakin kalau mereka belum sampai di rumah Mia. Motor berhenti tepat di depan sebuah halte, pikiran Mia langsung terarah ke perkataan Radit tadi yang berkata kalau dirinya tidak berniat mengantar pulang Mia, perasaan cemas langsung muncul di dalam pikiran Mia.Setelah menghentikan motornya, Radit turun dari motornya tanpa mengatakan apapun dan tanpa memedulikan perasaan cemas Mia. Radit melepas jaketnya dan mengulurkannya ke arah Mia yang masih menatapi Radit dengan tatapan harap-harap cemas. Karena tangannya yang sudah mulai capek menunggu Mia menerima jaketnya, Radit pun memilih langsung memakaikan jaket itu ke tubuh Mia. Setelah itu Mia baru terlihat tersadar dari lamunannya, senyuman malu Mia kembali muncul di wajahnya."Kenapa?" Tanya Radit dengan masih me