Share

Beside You
Beside You
Author: Sung Rae Ri

Chapter #1

Hari ini adalah hari pertama Mia pindah ke lingkungan yang sangat asing bagi dirinya. Mia diharuskan pindah karena tuntutan kerjaannya, maka dari itu dengan perasaan yang berat, Mia harus pindah dan tinggal jauh dari kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya.

Beberapa minggu yang lalu, Mia sudah mencari-cari rumah yang tidak terlalu kecil maupun besar, yang sekiranya cocok untuknya. Setelah mengelilingi daerah rumahnya yang sekarang, akhirnya Mia bisa menemukan sebuah rumah yang sangat cocok baginya. Mia pun memasuki rumah itu bersama pemiliknya, dan saat dirinya memasuki rumah tersebut, Mia semakin puas dengan rumah itu. Tanpa pikir panjang Mia langsung membayar biaya sewa rumah tersebut pada pemiliknya.

Karena rumah yang Mia sewa sudah ada perabotannya, jadi Mia pindah hanya dengan membawa sebuah koper yang berisi beberapa baju dan barang-barang penting lainnya. Ketika langkah kaki Mia sudah mendekati rumah, pagar rumah yang berada tepat di depan rumah yang disewa Mia terbuka. Sesosok cowok keluar dari sana. Seketika itu juga kedua mata mereka berdua saling bertemu. Sempat terjadi kecanggungan di antara mereka, namun Mia dengan cepat berusaha membuyarkan kecanggungan tersebut. Mia tersenyum lebar ke arah cowok tersebut, namun tidak disangkanya, cowok itu tidak membalas senyuman ramah Mia, ia hanya melengos dan melanjutkan langkah kakinya yang tadi sempat terhenti.

"Sombong banget sih," ucap Mia dengan suara yang pelan sambil menatap kesal ke arah cowok itu yang sedang berjalan menjauhi dirinya.

Setelah itu Mia kembali melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Sesampai di depan pintu rumah, Mia melepaskan tangannya dari dorongan kopernya, dan mencari-cari kunci rumah yang tadi ia ingat sudah ia letakkan di tas kecilnya. Namun karena yang ia letakkan di tas kecilnya bukan hanya kunci rumah, Mia tidak kunjung menemukan kuncinya. Mia mencarinya dengan perasaan kesal karena ia sudah cukup capek hari ini. Akhirnya setelah ia membongkar barang-barangnya, Mia bisa menemukan kunci itu.

Mia memasuki rumah tersebut, dan tanpa membereskan barang-barangnya terlebih dulu, ia langsung menuju ke kamar yang berada dekat dengan pintu depan. Di dalam kamar tersebut sudah ada sebuah kasur yang terlihat sangat empuk. Mia semakin tidak sabar untuk tidur di kasur tersebut. Dengan langkah cepat Mia langsung ke arah sana, Mia segera membanting tubuhnya ke kasur itu, dan dengan cepat Mia hanyut dalam tidurnya.

***

Keesokan harinya Mia bangun kesiangan karena semalam tidur Mia sangat nyenyak. Mia tidak menyangka dirinya akan tidur senyenyak itu di tempat yang bisa dikatakan belum pernah ia tempati atau kenali sebelumnya.

Bangun dari tidurnya dan mengetahui kalau jam sudah menunjukkan pukul 7.00 WIB, Mia langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk mandi. Mia mandi dengan kecepatan tinggi, ia sudah tidak peduli apakah badannya sudah benar-benar bersih atau belum. Yang Mia pikirkan saat ini hanyalah dirinya tidak boleh terlambat karena hari ini adalah hari pertama dirinya bertugas di tempat itu.

Selesai melakukan tugasnya, yaitu mandi, Mia berlari kembali menuju kamar untuk mengganti baju handuknya menjadi baju yang akan ia pakai untuk kerja. Mia melakukan kegiatan tersebut juga dengan terburu-buru.

Akhirnya dengan sekejap mata, Mia sudah memakai bajunya dengan lengkap. Sekarang hanya tinggal berdandan, begitu pikir Mia. Mia menuju meja rias yang berada tidak jauh dari kasurnya. Mia berdandan dengan terburu-buru, bahkan saat dirinya memakai lipstik, Mia tidak sadar kalau lipstiknya tergores di giginya sedikit. Karena Mia tidak menyadarinya, Mia pun melanjutkan kegiatannya tanpa banyak pikir.

Tepat pukul 7.45 WIB Mia sudah siap, ia pun langsung berlari menuju luar rumah. Mia memakai sepatunya tanpa melihat ke sekeliling.

Di depan rumah Mia, ada tetangga yang kemarin disapa Mia namun mengabaikannya. Mia tidak menyadari kehadiran tetangga itu sampai saat ia mendongakkan kepalanya untuk berjalan menuju depan gang. Seketika itu juga kedua mata mereka berdua saling bertemu kembali, Mia bisa melihat cowok tersebut sedang memanaskan motornya. Meskipun Mia sedang buru-buru, namun Mia menyempatkan menyapa tetangganya dengan tersenyum ramah sambil memperlihatkan giginya. Kemudian tanpa disangka-sangka Mia, tetangga tersebut langsung tertawa cukup keras saat melihat gigi Mia. Karena Mia tidak mengetahui alasan mengapa cowok itu tertawa, Mia pun berniat langsung meninggalkannya dengan perasaan kesal.

"Ada sesuatu di salah satu gigimu, sepertinya lipstikmu tergores disana saat kamu memakainya," sebelum Mia menjauh, cowok itu berkata seperti itu.

Sesaat itu juga, Mia merasa ada petir yang menyambarnya. Dengan cepat Mia mengeluarkan ponselnya dan mencari tombol kamera. Mia langsung melihat giginya dan Mia semakin malu karena apa yang dikatakan laki-laki itu ternyata benar, ada sebuah goresan yang tidak terlalu besar maupun kecil di salah satu giginya. Mia langsung membalikkan badannya dan mengambil tisu yang sudah ia letakkan di tasnya tadi, dan segera mengelap goresan lipstik itu.

Karena masih merasa malu, Mia berpamitan tanpa menatap langsung ke arah cowok itu. "Kalau begitu saya permisi dulu," begitu ucap Mia dengan wajah yang tersipu.

Mia merasa cowok tersebut masih menatapnya walaupun ia sudah berjalan menjauhinya. "Kulihat kamu sepertinya sedang buru-buru, apa kamu telat?" Tanyanya dengan suara yang kencang.

Mia yang sudah berada cukup jauh, langsung menoleh kepalanya lagi karena ia tidak menyangka cowok tersebut secara tiba-tiba bertanya seperti itu. Perasaan malu dan canggung Mia yang tadi ia rasakan entah mengapa langsung lenyap, dan ia berkata, "Iya saya kesiangan, jadi saya harus buru-buru berangkat kerja." Mia mengucapkannya dengan meringis.

Kemudian cowok itu berjalan mendekatinya, lalu ia tersenyum. "Apa kamu mau berangkat denganku?" Pertanyaan itu lebih mengagetkan lagi bagi Mia, namun di saat Mia menatap ke arahnya, ia juga terlihat tidak menyangka pertanyaan itu bisa keluar dari mulutnya sendiri.

Dengan cepat Mia menggelengkan kepalanya dan menggoyang-goyangkan telapak tangannya ke kanan dan ke kiri, pertanda ia menolak ajakan cowok itu. "Tidak usah, terima kasih." Tolak Mia dengan sopan. "Tempat kerja saya tidak terlalu jauh dari sini," lanjut Mia.

Cowok itu mengangguk-angguk kecil. "Ya sudah kalau begitu," ujarnya dengan tersenyum ramah. Mia merasa cowok yang ada di depannya saat ini sangatlah berbeda dengan cowok yang ia temui semalam, namun wajah mereka berdua sangatlah mirip, jadi Mia sedikit bingung, apakah mereka berdua adalah orang yang sama atau tidak.

Saat Mia sudah menganggukkan kepalanya untuk berpamitan, cowok itu kembali menghentikan langkah kaki Mia, dan itu membuat perasaan kesal Mia semakin meninggi. "Kalau boleh tahu, namamu siapa?" Tanyanya.

Dengan perasaan dongkol, Mia berusaha menjawab pertanyaan itu dengan berpura-pura ramah. "Nama saya Mia, nama Anda?"

Cowok itu mengulurkan tangannya, dan mau nggak mau Mia pun menerima uluran tangan tersebut. "Namaku Radit." Ucapnya.

Karena Mia sudah sangat telat, jadi ia memberanikan diri berpamitan kembali pada Radit. "Kalau begitu saya berangkat dulu." Kali ini Mia mengucapkannya dengan sangat tegas.

Radit menyadari maksud ucapan Mia. "Ah iya maaf aku sudah mengulur waktumu." Suara Radit terdengar sungguh-sungguh menyesali perbuatannya.

Mia menggelengkan kepalanya, lalu ia menundukkan badannya sedikit dan mulai berjalan cepat menuju depan gang.

Setelah Mia berjalan menjauhi Radit, Radit masih setia menatap ke arah Mia. Selama beberapa menit Radit menatap Mia, sampai-sampai ia tidak sadar ada seseorang yang mengajaknya bicara.

"Lagi lihat apaan sih?" Tanya seseorang itu sambil celingukan mencari sumber dari tatapan Radit, namun seseorang itu tidak menemukan sesuatu yang pantas dipandangi seserius itu.

Radit terkejut dengan suara yang muncul terlalu tiba-tiba itu. "Ngagetin aja," ucap Radit dengan suara kesal.

"Emang elo lagi ngeliatin apaan?" Tanya seseorang itu lagi.

"Elo nggak perlu tahu," ada nada usil di suara Radit sekarang.

"Meskipun elo nggak ngasih tahu gue sekarang, nggak lama juga gue bakal tahu sendiri," seseorang itu menghentikan ucapannya sejenak. "Gue kan kembaran elo." Lanjutnya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status