Beberapa pohon yang ada disekitar hutan secara tiba-tiba terpotong hingga menjadi dua bagian. Rhys beruntung karena berhasil menghindari itu karena jika tidak, maka tubuhnya akan ikut terpotong sama halnya seperti pohon-pohon itu. Rhys seketika memberhentikan laju kakinya dan pria itu menoleh ke belakang.
"Kau masih mencari keberadaan gadis itu?" Seseorang muncul tidak lama setelahnya.
Rhys menatap Aric yang posisinya berada tak jauh darinya. Rhys tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu.
"Astaga, Rhys. Kau ini benar-benar khawatir padanya, ya? Mau sampai kapan, hm?" tanya Aric. Pria itu bertanya dengan nada yang mencibir.
"Aku sedang tak ingin melawanmu. Jadi jika kau memang sedang mencari keberadaan Tao, maka pergilah," ujar Rhys kemudian.
"Hei, tidakkah kau mau bergabung dengan kami, Rhys?" ujar Aric. "Bukankah sekarang ini tujuan kita memang sama? Kau juga saat ini sedang mencari keberadaan Isla dan juga
Telah dipilih dua belas orang sebagai para pelindung Betelgeuse dari segala ancaman baik itu berasal dari faktor luar atau pun dalam. Ke dua belas para prajurit itu memiliki masing-masing dengan kekuatan yang berbeda-beda, namun tugas mereka adalah sama. Selain bertarung sendirian, mereka juga harus dituntut mampu bekerja sama dalam tim karena itulah yang terpenting.Memanglah benar adanya, kalau setiap bintang memiliki sebuah reaksi fusi nuklir yang berada di dalam intinya dan reaksi fusi nuklir itu sendiri akan berlangsung selama jutaan, milyaran tahun atau bahkan lebih dari itu selama kandungan dari hidrogen dan helium yang merupakan salah beberapa komponen penting itu masih ada. Jika unsur-unsur yang membangun reaksi fusi nuklir itu menipis, maka hal itu juga akan mempengaruhi terhadap bintangnya.Para manusia meneliti setiap bintang dan benda-benda angkasa lainnya kurang lebih seperti itu. Namun di Betelgeuse, reaksi fusi nuklir itu tak berarti apa-apa dan b
"Isla, saat besar nanti, kau harus selalu menolong teman-temanmu yang sedang kesulitan, ya?" Seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahun itu berujar dengan nada yang begitu lembut. Suaranya yang khas selalu menjadi favorit Isla kala itu, bahkan hingga detik ini gadis itu masih memfavoritkannya."Kenapa, Ayah?" Gadis kecil dengan jepit rambut yang berbentuk bunga itu berujar."Jika kau ingin memiliki teman dan juga ditolong oleh orang-orang yang ada di sekitarmu, kau harus berbuat baik kepada mereka semua. Kalian tidak boleh saling membenci dan ingat, jika kau berbuat baik kepada mereka, maka mereka juga akan berbuat sama baiknya padamu." Pria itu mengusap puncak kepala Isla dengan lembut seraya tersenyum.***Kedua mata Isla seketika terbuka. Gadis itu langsung mendudukkan tubuhnya dan ia mendapati jubah milik Rhys yang menutupi tubuhnya, sepertinya pria itu memakaikannya beberapa saat yang lalu saat dirinya sudah ter
"Lalu apa kau ... mencintainya?" tanya Tao secara tiba-tiba.Kedua mata Rhys berkedip, "Tu-tunggu, kenapa kau tiba-tiba menanyakan tentang hal yang seperti itu? Itu tak ada hubungannya sama sekali, Tao," jawabnya seraya tertawa pelan."Kau begitu peduli padanya sejak awal, Rhys.""He-hei, memangnya jika peduli itu selalu diartikan sebagai rasa cinta, ya? Ka-kau ini jangan yang aneh-aneh. Semua mahluk hidup yang ada di dunia ini memang seharusnya seperti itu, kan? Bukankah kita semua memang diharuskan untuk saling tolong menolong? Astaga." Rhys tertawa.Tao menatap pria yang duduk di sebelahnya itu selama beberapa saat sebelum ia tersenyum tipis. "Tapi ... Gadis itu adalah gadis yang berbeda, kurasa. Mungkin kau benar, kalau gadis itu adalah gadis yang begitu kuat," ujarnya.***"Sebuah ritual persembahan akan dilakukan ketika terjadinya gerhana matahari, kan?" Aric berujar."Tapi, bukankah gerhana itu masih lama?" Kini giliran H
Isla menguap setelah sesaat ia selesai makan bersama dengan Tao dan juga Rhys. Di sebelahnya, Rhys yang tengah masih memakan potongan ayam yang terakhir itu pun melirik Isla yang duduk di sebelahnya."Kau benar-benar kekenyangan, ya, sekarang? Padahal beberapa jam yang lalu kau masih merengek-rengek karena merasa lapar," ujarnya."Diamlah. Rasanya aku mengantuk." Isla kembali menguap. Gadis itu berusaha sekuat tenaga menahan kedua kelopak matanya agar tetap terbuka dengan sempurna walaupun ia beberapa kali menguap saat rasa kantuk itu semakin datang menghampirinya."Apa menurut kalian berdua, Kai dan juga yang lainnya tak akan ke sini dalam waktu dekat?" ujar gadis itu."Kurasa tidak. Pertarungan kemarin benar-benar menguras energi yang cukup besar dan sepertinya jika energi Kai memang sudah kembali, kurasa kemungkinan besar ia akan memfokuskan dirinya dan juga yang lainnya untuk melakukan hal lain," ujar Tao. Pria itu kemudian menatap ke arah
"Namaku Isla. Kau ... siapa?""Namaku Teresa." Seorang gadis yang memakai bando di kepalanya itu menjawab seraya masih terisak pelan."Apa yang kau lakukan di sini? Kau satu kelas denganku, kan? Ini hari pertama ke sekolah lantas apa yang kau lakukan di sini?" tanya Isla. Gadis itu mendudukkan tubuhnya di ayunan yang satu lagi, yang berada di sebelah ayunan yang gadis bernama Teresa itu duduki."Aku ... tidak mau sekolah di sini. Aku ingin sekolah di SMA pilihanku sendiri," ujar Teresa dengan kepala yang masih menunduk. Gadis itu terlihat begitu sedih dan benar-benar kehilangan semangatnya."SMA pilihanmu?"Teresa mengangguk. "Hm. Dulu sebelum kelulusan SMP, aku dan semua teman-temanku berencana untuk masuk ke SMA yang sama tapi ternyata setelah kelulusan itu terjadi, keluargaku pindah rumah ke kota ini dan aku mau tidak mau harus bersekolah di sini dan berpisah dengan teman-temanku," ujarnya dengan nada yang begitu sedih."Ah, begitu,
Suara ledakkan yang cukup besar terdengar dari kejauhan. Rhys dan Isla menatap ke arah gumpalan asap yang berasal dari dalam hutan. Dan tidak lama setelahnya mereka merasakan adanya angin dingin yang bertiup melewati tubuh mereka."Kurasa Aric mendapatkan kesulitan lagi," ujar Denzel. "Tao memang sangat merepotkan jika dijadikan sebagai lawan, karena itulah aku agak malas menghadapinya," lanjut pria itu.Dan setelah itu pusaran air yang ada di sana perlahan mengecil hingga akhirnya benar-benar berhenti dan menghilang. Ombak di lautan pun kembali seperti sedia kala."Ah, aku malas jika harus melakukan ini. Aku harap kegilaan ini akan cepat berakhir dan aku bisa pergi dari sini." Denzel menatap kedua tangannya. Ia harus mengeluarkan energi yang besar untuk membuat pusaran air dan juga penghalang yang ia gunakan di atas sana."Aku sudah tidak memiliki energi lagi sekarang, jadi aku akan pergi," ujar Denzel. Usai mengatakan itu, pria itu kemudian menghi
Teresa mendongakkan kepala usai menyadari kalau seseorang datang mendekati mejanya. Sesaat kemudian gadis itu menghentikan kegiatan menulisnya dan menatap orang yang datang itu."Ada apa?" tanyanya pada Alex. Pria itu tak langsung menjawab setelahnya, karena ia memandangi meja yang kosong yang berada di sebelah tempat Isla."Isla benar-benar belum kembali, ya?" ujarnya dengan nada yang terdengar agak sedih. Pria itu lalu menatap Teresa tidak lama setelahnya."Ah, itu. Ya, begitulah, seperti yang kau lihat. Tak ada kabar sama sekali mengenai Isla. Dugaan sementara kalau gadis itu kabur dari sekolah dan belum kembali ke rumah. Tapi itu hanyalah dugaan sementara, karena Isla tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk hal seperti itu. Di hari saat kejadian itu terjadi, hubungan Isla dan juga ibunya bahkan baik-baik saja dan tak ada masalah sama sekali jadi dengan alasan apa dia kabur dari rumah? Lagi pula pada saat hari itu kan jam pertama sudah dimulai,
Teresa dan Alex berjalan keluar dari salah satu toko es krim yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka. Teresa membeli es krim rasa stroberi, sementara Alex membeli es krim dengan rasa matcha."Jadi, kau dan Isla sering membeli es krim di sini?" ujar Alex.Teresa menganggukkan kepalanya. "Hm. Kami cukup sering ke sini." Ia tersenyum tipis dan kemudian membuang napasnya pelan. Gadis itu lalu melirik es krim yang berada di tangan Alex. "Dan ... kau tahu? Es krim yang kau pesan itu adalah salah satu es krim yang paling disukai oleh Isla di sini," ujarnya kemudian."Ah, benarkah?" Alex berkedip dua kali kemudian pria itu menatap es krim di tangannya.Teresa kembali menganggukkan kepalanya. "Hm. Isla cukup sering membeli es krim dengan rasa matcha di sini. Saat dia sedang senang, dia akan memesan es krim dengan rasa matcha, lalu saat dia sedang kesal, dia akan memesan es krim dengan rasa vanilla atau chocomint, lalu saat sedang sedih dia akan me