Home / Romansa / Between Two Loves / Bab 7 Misteri Wanita Yang Menyakiti Abraham

Share

Bab 7 Misteri Wanita Yang Menyakiti Abraham

last update Huling Na-update: 2021-08-17 07:40:20

Bab 7  Misteri Wanita Yang Menyakiti Abraham

     "Sepertinya aku tidak bisa mengenalkan gadis itu pada kalian." Jawab Abraham dengan tatapan kosong.

     "Lho, mengapa?" Brandy menyipitkan mata.

 "Karena wanita itu telah dinikahi oleh pria lain."

     Degh ...

 Jantungku berdegup kencang. Siapa wanita yang ia maksud?

     "Apaa?" Brandy terperanjat.

     "Ya, wanita yang selama ini sering aku ceritakan padamu, sudah menjadi istri orang lain." Jawab Abraham dengan jari-jari saling menggenggam satu sama lain.

     "Tega sekali wanita itu meninggalkan kakak untuk dinikahi oleh pria lain," Brandy nampak marah. 

     "Itulah yang dinamakan takdir, Brandy. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Terkadang kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, tapi itu tidak menjamin kan kita untuk mendapatkan cinta dalam porsi yang sama," ungkap Abraham.

     "Wanita itu jahat kak. Kurang apa lagi kak Abraham ini? Apa wanita itu sudah buta?"

     "Tidak usah menyalahkan dia, Brandy. Salahkan saja kakak yang tidak bisa membuatnya nyaman. Mungkin selama ini kakak terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga membuatnya kesepian, lalu menerima pinangan pria lain. Wanita itu tidak bersalah. Meskipun sebenarnya aku sibuk bekerja tidak lain adalah untuk masa depan kami,"

     "Ah sudahlah, menceritakan wanita itu tidak akan ada habis-habisnya. Melupakannya memang tak mudah. Tapi aku yakin, seiring waktu dia akan kembali lagi. Aku masih mencintainya. Aku tidak peduli dia sudah bersama pria lain,"

     Aku terperanjat dengan kata-kata Abraham.

     Ada rasa tak enak dengan kata-kata terakhirnya.

    

Bersamaan dengan itu Abraham menatapku dalam.

      Astaga! Tatapannya itu.

      Kuharap Brandy tidak menaruh curiga dengan ulah kakaknya. Keterlaluan sekali Abraham. Sepatutnya dia jangan melirikku seperti itu.

      Sebenarnya siapakah wanita yang ia bicarakan? Apakah itu aku? Kuharap bukan.

      Aku menepis semua pikiran-pikiran negatif yang datang menghampiri.

      "Buat apa lagi kakak berharap pada perempuan busuk itu kak? Tidak usah menaruh harapan lagi padanya. Artinya dia bukan wanita baik-baik. Kakak bisa mendapatkan yang lebih dari dia. Di luar sana banyak gadis-gadis menarik yang menaruh hati sama kakak. Aku yakin itu," Ucap Brandy.

     "Memang Brandy, di luaran sana banyak wanita yang menaruh hati sama kakak. Tapi tidak dengan cinta kakak. Sampai kapanpun cinta kakak tetap untuknya. Kedengarannya memang gila. Tapi mau bagaimana lagi, kakak sudah terlanjur mencintainya," tanggap Abraham.

     "Lebih baik kakak lupakan saja dia, tidak ada gunanya mengharapkan seseorang yang sudah resmi milik orang lain, Kak. Kurasa tidaklah sulit bagi Kak Abraham untuk mencari pengganti yang lebih baik," Aku mencoba untuk menimbrung percakapan mereka.

     Abraham melayangkan senyum tanpa ekspresi.

     "Mera benar, Kak," timpal Brandy.

     "Ya, Mera memang benar. Tapi sayangnya, aku tidak bisa hidup tanpa dia. Aku laki-laki, Mera. Aku akan tetap memperjuangkan apa yang menjadi keinginanku. Andai saja aku tidak mencintainya, tentu saja bukan hal sulit untuk membiarkannya hidup bersama orang lain. Tapi yang terjadi justru kebalikannya,"

     Aku dan Brandy terdiam.

     Sepertinya sia-sia untuk melunakkan hati laki-laki tersebut.

     "Kakak tinggal dulu ya! Selamat berlibur," Abraham pamit meninggalkan kami.

     Brandy memperhatikan punggung kakaknya yang perlahan menjauh.

     "Dia memang keras kepala," ucap Brandy.

     "Percuma juga kita bicara, dia pasti akan tetap melakukan apa yang menurutnya benar," lanjut Brandy lagi.

     "Tapi meskipun demikian, dia orang baik, pekerja keras dan penyayang. Aku yakin cintanya untuk perempuan itu pasti sangat besar. Kalau tidak, Kak Abraham tidak akan bersikap seperti ini. Aku tahu betul sifatnya," brandy menceritakan perihal kakaknya.

     Tiba-tiba dari kejauhan mataku melihat Abraham berjalan ke arah kamar kami.

     "Ih sayang kenapa Kak Abraham masuk ke kamar kita?" Tanyaku heran.

     "Ah paling juga ingin mengambil barang titipannya kemarin, Sayang." Jawab Brandy santai.

***

Aku asyik dengan ponselku. Sendirian. Brandy sedang keluar untuk menemui temannya kemarin yang kebetulan berada di kota yang sama di mana kami berada sekarang.

     Entah mengapa, badanku terasa panas, dan, ah seperti ada yang bergejolak.

     Seperti menuntut sesuatu yang tidak seharusnya.

     Karena sensasi panas ini, aku melepas pakaian, apa yang terjadi padaku?

    

Bersambung...

   

     

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Between Two Loves   Bab 123 ENDING

    Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai

  • Between Two Loves   Bab 122

    Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m

  • Between Two Loves   Bab 121

    Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.

  • Between Two Loves   Bab 120

    Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p

  • Between Two Loves   Bab 119

    Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti

  • Between Two Loves   Bab 118

    Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status