Pilav dapat meledakkan benda mati dan makhluk non-human. Jurus andalannya, Chaos, adalah jurus yang cukup terkenal. Cocok sekali dengan Pilav yang tidak kenal ampun. Ia bisa menghancurkan benda apapun dengan sentuhan saja.
Tubuh Tyra yang berhasil hancur itu membuktikan bahwa yang ada di hadapannya adalah makhluk non-human. Dengan kata lain, makhluk itu bukanlah Tyra yang asli. Hanya saja, rupanya sama persis dengan Tyra.
Beberapa saat kemudian, sisa tubuh "Tyra" itu mengeras. Lalu, pecahannya berubah warna menjadi bening seperti kristal.
Seth berlutut lalu mengambil potongan bening itu dengan tangannya yang sudah dilapisi sarung tangan. "Ini kaca."
Pilav mengambil koin yang sebelumnya ia temukan itu lalu menyimpannya. Tiba-tiba, ia sadar akan sesuatu. "Seth, makhluk yang tadiㅡ"
Seth spontan berdiri. Matanya membulat. "Benar juga."
Tanpa bilang apapun, Pilav langsung melangkahkan kaki ke arah mereka berdua datang sebelumnya.
"Sampai jumpa, Tim Eria. Mungkin kita bisa berkenalan lebih dalam di lain waktu." Seth melambaikan tangan kemudian mengikuti langkah kaki Pilav.
Mereka berdua menghilang dari penglihatan dengan sangat cepat. Memang sangat berbeda dengan Tim Eria yang masih merupakan junior.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Felix.
"Apa maksudnya? Yang barusan kita lawan bukan Tyra?" tanya Feather.
Arias menatap kepingan kaca yang tidak jauh darinya. Setelah itu, Arias menatap satu per satu anggotanya.
"Ayo kita kembali ke markas dahulu."
***
Seth dan Pilav berlari ke arah sungai. Langkah kaki mereka berhenti di bebatuan. Yang benar saja, tubuh yang seharusnya sudah mereka basmi sebelumnya itu menghilang.
"Dia berhasil kabur," ucap Seth lalu menoleh ke arah Pilav. "Bagaimana ini?"
Pilav mengeluarkan sebuah perangkat berwarna biru dari sakunya. Perangkat itu disebut ceodrin. Gunanya adalah untuk mengirim pesan jarak jauh. Bentuknya seperti orb dan bisa beterbangan secara invisible. Setelah energi yang tersimpan di ceodrin habis, benda itu akan langsung lenyap tanpa sisa.
Biasanya, jika ada misi perjalanan yang cukup jauh, ceodrin merupakan alat yang wajib dibawa. Alat ini merupakan satu-satunya alat komunikasi yang bisa diandalkan. Energi yang ada di dalam ceodrin juga dapat diisi oleh pengguna energi.
Setelah menyampaikan pesan kepada ceodrin, Pilav melepaskan benda itu ke udara. "Ceodrin Release."
"Lalu, makhluk tadi?" tanya Seth. "Dia ke mana? Golem itu berbadan besar. Kita seharusnya bisa melihatnya dari kejauhan."
Tiba-tiba, tanah yang mereka injak itu bergetar. Seth langsung menarik pergelangan tangan Pilav. Ia membawanya pindah ke tempat yang aman.
"Grrrrr."
Golem yang dimaksud mereka pun muncul dari bawah tanah. Bebatuan yang ada di sekitar sana pun hancur. Kepingan batu dan debu bertebaran di udara. Seth dan Pilav reflek menutup mata mereka sambil menutupi wajah mereka dengan tangan.
Tubuh golem itu sebelumnya sudah dibelah dua oleh Pilav. Sekarang, tubuhnya sudah menyatu kembali. Hanya saja, arahnya terbalik.
Golem ini dan Tyra memiliki sebuah kesamaan. Saat Pilav membelah makhluk itu, sebuah koin berhasil terpental ke arahnya. Mereka melihat keberadaan koin itu. Namun, tidak mereka ambil. Melihat tubuh Tyra yang masih bisa bergerak saat sudah mati, membuat mereka berdua kembali mencari golem ini. Dua makhluk ini mengeluarkan koin yang sama.
Golem itu memukul tanah di dekat Seth dan Pilav. Mereka berdua ingin menyerang. Namun, rasanya sulit untuk mencari serangan pembuka.
Seth adalah pengguna pedang. Ia hanya bisa menyerang dalam jarak yang dekat. Sedangkan Pilav pengguna magic yang memusatkan semuanya pada jari dan telapak tangannya. Mereka berdua harus bisa dekat dengan musuh jika ingin menyerang.
"Seth." Pilav memberikan kode kepada Seth. Rekannya itu langsung mengangguk mengerti.
Seth mengeluarkan pedangnya. Ia menggenggam erat gagang pedang itu. Beberapa saat kemudian, sebuah petir mengelilingi pedangnya. Ketika golem itu bergerak ke arahnya, ia langsung menyerang dengan pedang petir miliknya.
Petir yang dihantarkan oleh pedang itu membuat sebuah kilat besar ketika menyentuh target. Suara guntur yang menggelegar memenuhi lokasi itu. Serangannya berhasil menghancurkan golem berkeping-keping. Sekarang, yang ada di hadapan mereka berdua adalah kerikil-kerikil kecil.
Sama seperti "Tyra" sebelumnya, potongan tubuh golem itu juga berubah menjadi kaca secara perlahan. Koin yang sebelumnya mereka lihat itu pun terpental lagi. Kali ini, Pilav langsung menangkapnya lalu menyimpannya.
"Koin dan kaca." Seth menggaruk rambutnya. "Banyak sekali yang harus kita selidiki. Pekerjaan kita akan bertambah banyak."
“Itu sudah pasti.” Pilav menghela napas. "Sepertinya, masih banyak makhluk kaca ini di Bukit Yasle. Apa kita harus menghabiskan satu hari lagi di sini?"
"Sepertinya begitu. Apa kita berkumpul dengan yang lain dulu?"
Pilav mengangguk. "Ayo temui Nyridia dan Eugene."
***
"Arias, kenapa kau meminta untuk berkumpul di markas lagi?" tanya Felix.
Arias menatap Felix sebentar lalu kepalanya beralih ke Klaus. "Klaus, kau sadar juga, kan?"
Klaus mengangguk dalam diam.
"Sadar apa?" tanya Felix.
"Menurutmu, kenapa Tim Elite bisa ada di sini?" tanya Klaus pada Felix.
Felix tersentak. "Iya juga. Tidak mungkin Tim Elite ke sini jika tidak ada yang berbahaya."
"Aku juga memikirkan itu sejak tadi," tambah Feather. “Melihat penampilan mereka, sepertinya mereka sudah cukup lama di sini. Sebenarnya, apa yang terjadi di Bukit Yasle?"
"Apa kau tidak diberi tahu apa-apa?" tanya Felix pada Arias.
"Aku sama seperti kalian. Tidak ada informasi khusus yang aku peroleh dari Tuan Herreros," jawab Arias.
"Kita hanya diminta untuk menjaga perbatasan," ucap Feather. "Apa Tuan Herreros mengirimkan kita untuk menjalankan misi bunuh diri?"
"Hei, jangan bilang begitu," ucap Arias. "Aku rasa, awalnya tidak seperti ini. Bahkan kehadiran Tyra adalah kemunculan yang tidak terduga."
"Arias, kau sungguh tidak tahu apa-apa?" tanya Felix lagi.
"Kenapa?" tanya Arias.
"Kamu adalah penduduk asli Yasle. Lalu, kamu tidak tahu keberadaan Tim Elite atau bahkan Tyra palsu itu?" tanya Felix.
Arias menggeleng. "Tuan Herreros hanya memintaku untuk menjaga perbatasan Escalera dan Rivera."
"Apa tidak ada ceodrin dari Escalera?" Feather mengganti topik. “Apa kita yang harus mengirimkannya?”
"Melihat keadaan barusan, sepertinya Tim Elite sudah mengirim ceodrin ke pusat." Klaus menganalisa. "Mungkin sebentar lagi kita akan menerima ceodrin."
Ketika sedang sibuk berpikir, suara ketukan pintu berhasil memecahkan keheningan di antara mereka.
Arias berjalan menuju pintu dan membukanya. Ia disambut oleh setitik orbㅡsebuah ceodrin.
"Ceodrin Receive." Ceodrin itu menyala ketika Arias mengucapkan mantra.
“Sebentar lagi, Tim Elite akan menghampiri markas Tim Eria. Kedua tim akan bekerja sama untuk membasmi makhluk kaca yang terdapat di Yasle.”
Setelah memberikan pesan, ceodrin itu langsung lenyap. Sepertinya, energi yang tersimpan di sana sudah habis.
"Kita akan bekerja sama dengan Tim Elite?" tanya Felix.
Arias mengangguk. "Iya.”
“Seth terlihat ramah. Namun, Pilav terlihat sangat sulit didekati. Apa kita akan baik-baik saja?” Feather menopang dagunya—membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka bertemu dengan Tim Elite lagi.
Feather memang sangat kritis dalam menilai seseorang berdasarkan first impression. Menurutnya, kesan pertama sangatlah penting. Sifat seseorang dapat terlihat saat pertama kali bertemu. Hal ini juga ia lakukan pada Arias. Karena itu, ia menginginkan Arias untuk bergabung dengan Eria kapan saja.
Arias terkekeh. “Tenang saja. Mereka semua orang yang baik.”
“Tim Elite juga beranggotakan empat orang, kan?” tanya Klaus.
“Iya.”
“Sepertinya kau tahu banyak,” ucap Felix. “Coba ceritakan tentang mereka. Aku penasaran.”
Arias menggaruk dagunya. Ia membayangkan wajah teman-temannya. “Seth itu memang terlihat ramah dan murah senyum. Namun, saat dia sedang dalam mode serius, kau tidak akan berani mengucapkan sepatah kata pun.”
“Kalau Pilav, dia adalah perempuan elegan yang jarang sekali membuat kesalahan. Sikapnya memang dingin dan tidak kenal ampun. Meski begitu, ia adalah orang yang paling memperhatikan sekitar.”
“Wah, itu sangat tidak terduga,” kata Feather.
“Lalu, Nyridia adalah tipikal perempuan yang ceria dan terbuka. Nyridia memiliki rambut silver. Eugene selalu meledek Nyridia dengan mengatakan bahwa ia adalah nenek-nenek beruban. Eugene sendiri adalah pria yang tidak bisa kau duga. Cara berpikirnya kreatif dan imajinatif.” Arias tertawa mengingat saat-saat ia masih bersama dengan Tim Elite.
"Arias, ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa mengenal Tim Elite secara pribadi?" tanya Feather.
"Ah, aku sempat dilatih untuk menjadi bagian dari Tim Elite. Namun, karena ada sesuatu yang terjadi, aku memutuskan untuk mundur. Kemudian, aku kembali ke Yasle, kampung halamanku," jelas Arias.
Para pendengar di sana merasa penasaran dengan apa “sesuatu” yang disebut oleh Arias. Namun, Arias tampak tidak nyaman saat menjelaskan hal itu. Sehingga, mereka hanya saling menatap satu sama lain tanpa mengucapkan apapun.
***
“Nyridia! Eugene!” panggil Seth setelah berhasil menemukan dua orang dengan jubah hitam khas Tim Elite.
Perempuan dengan rambut perak dan laki-laki tinggi dengan rambut biru tua menoleh ke sumber suara yang memanggil nama mereka.
“Oh, kalian sudah selesai?” tanya Eugene.
Nyridia memperlihatkan tiga buah koin di atas telapak tangannya. “Apa kalian juga mendapat ini?”
Pilav mengangguk lalu memperlihatkan dua koin yang ia simpan. “Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi.”
“Ini koin untuk apa, ya? Apa ini hadiah karena kita sudah berhasil menghancurkan monster-monster itu?” Nyridia mengangkat koin itu. “Tetapi, ini bahkan tidak ada nominal uangnya.”
“Selain itu, kenapa semua monsternya berubah menjadi kaca?” Eugene melipat tangannya di depan dada. “Apa mereka menyuruh kita untuk menjadi pengrajin kaca?”
“Monster? Yang kalian temui itu berupa monster?” tanya Seth.
“Iya. Yang pertama ada monster ungu dengan wajah buruk yang selalu menjulurkan lidah. Yang kedua adalah goblin cebol—yang paling mudah dikalahkan. Kemudian, yang ketiga adalah golem hiperaktif yang terus menggeram,” jelas Eugene sambil memperagakan satu per satu monster yang ia deskripsikan.
Di situasi serius seperti ini, penjelasan dari Eugene berhasil membuat mereka sedikit rileks. Intonasi suara dan pergerakkan badan Eugene membuat penjelasannya sepuluh kali lipat lebih lucu.
“Kami bertemu yang menyerupai Tyra,” kata Pilav. “Makhluk itu juga sempat menyerang Tim Eria.”
“Wah, aku kira hanya bisa berbentuk makhluk jadi-jadian. Ternyata, ada yang manusia juga. Sepertinya, orang yang ada di balik kaca ini adalah orang yang nyentrik,” jawab Eugene.
“Sekarang, kita diminta untuk bergabung dengan Tim Eria,” kata Seth.
“Siapa yang memerintahkan?” tanya Eugene.
“Tadi aku mengirimkan ceodrin ke kantor pusat. Tuan Herreros sudah mengirim kembali ceodrin itu dan meminta kita untuk bekerja sama dengan Eria,” jelas Pilav. “Mungkin sekarang ceodrin itu sedang menuju markas Eria.”
“Kau tahu di mana markas Tim Eria?” tanya Eugene.
Nyridia langsung memukul belakang kepala Eugene. “Bodoh! Markas mereka itu rumahnya Arias.”
“OH!” Eugene membulatkan matanya. Ia baru saja mengingat tentang hal itu. Padahal, semuanya sudah pernah dijelaskan oleh Lou.
Satu hari yang lalu …Setelah diskusinya dengan Seth dan Nyridia, Klaus cepat-cepat pulang ke rumahnya. Ia membuka jurnal kakeknya untuk mencari informasi tentang Rivera, tempat yang dituju Pilav. Sayangnya, ia tidak menemukan satu pun bagian yang menyebutkan di mana lokasi pasti markasnya. Klaus memutuskan untuk membaca seluruh informasi mengenai Rivera di sana. Matanya membulat ketika yang ia temukan justru lebih membantu lagi.Aku mendengar kabar bahwa anakku, Theola Cleogard, telah dibunuh. Hatiku sangat hancur setelah mengetahuinya. Tidak disangka anak semata wayangku akan mati lebih dahulu daripada aku. Ini semua salahku. Jika saja aku membasmi Blade lebih awal, pasti Theola tidak akan tersentuh.Sudah lama sejak terakhir kali aku berkomunikasi dengan Theola. Aku yang meminta supaya dia berpisah dengan Klaus. Jika mereka terus bersama, maka mereka berdua akan mati. Karena itu, ia mempertaruhkan nyawanya untuk menyembunyikan keberadaan Klaus dan kabur ke Rivera.Klaus, jika kamu
“Nona Selena! Ada seseorang yang perlu menemuimu.”Selena mengangkat kepalanya yang sejak tadi fokus pada berkas di atas meja. “Siapa?”Seorang kesatria membuka pintu ruangannya sambil membawa seorang perempuan. Dari wajahnya, perempuan itu masih berumur belasan tahun. Badannya kurus dan cukup tinggi. Rambutnya hitam lurus sedada. Dari pakaiannya, seperti seseorang yang tinggal di desa. Terlihat beberapa luka goresan pada punggung tangannya.“Maaf, Nona Selena. Perkenalkan, saya Niana. Saya berasal dari Desa Rodeo. Saya ke sini untuk meminta bantuan. Kepala desa saya, Tuan Ash, telah dibunuh di rumahnya. Sekarang, keadaan desa sangat kacau. Mereka ketakutan setelah melihat keadaannya. Tolong bantu desa kami untuk menemukan pelakunya,” ucap perempuan yang bernama Niana itu.“Salam kenal, Niana. Boleh diceritakan lebih rinci lagi?” tanya Selena. Mata biru lautnya itu menatap lawan bicaranya dengan dalam.“Saya waktu itu sedang tertidur. Saya terbangun karena di luar sangat berisik. Keti
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me