"Seandainya aku mampu mengontrol emosi, seandainya aku tak meninggalkanmu tadi, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi! dan Putri kita masih berada diantara kita...!"kata Darmawan. Setelahnya dia pun menangis tergugu, ia tak menyangka jika akan mendapatkan kejutan bertubi-tubi di hari ini."Kuatkan aku ya Rabb...!" ucapnya.Setelah mengatakan itu, Darmawan pun langsung membersihkan tubuh istrinya yang lebih pantas menjadi putrinya tersebut. Ia lantas menggantikan baju sang istri dan juga pembalut yang digunakan oleh sang istri. "Istirahatlah sayang, semoga esok kamu akan lebih sadar dari sekarang supaya kita bisa mengantarkan Putri kita bersama ke peristirahatan terakhirnya...!"Bisik Darmawan yang langsung memposisikan istrinya untuk istirahat. Santi hanya menurut dan mengikut apa yang diarahkan oleh suaminya, iya benar-benar seperti mayat hidup yang pandangannya kosong. Darmawan keluar saat sudah memastikan istrinya istirahat dan tertidur, hatinya seperti saat tersayat saat
"Rupanya kamu benar-benar menutup mata dan telingamu Din, kamu benar-benar tidak tahu kabar tentang Mereka lagi...!" kekeh Ine saat melihat reaksi Nadine."Jadi bagian dari mereka itu sesuatu yang sangat sakit mbak...! itu makanya aku tidak mau mengingat-ingatnya lagi...!"jawab Nadine serius."Tapi aku serius loh Din, pak Darmawan itu memang suaminya Santi, kan kemarin itu dia pesan untuk acara aqiqahnya anaknya dengan santai...!"perkataan dari Ine berhasil menarik perhatian Nadin untuk berfokus kepada Ine."Yang paling menggegerkan lagi, acara aqiqah yang diselenggarakan di siang harinya itu bersambung dengan acara duka di malam harinya yang menyatakan bahwa anaknya Santi meninggal karena kehabisan nafas karena menangis...! Santi terkena baby blues!"Ine menjelaskan."Seriusan Mbak? Nggak salah apa? Mbak Ine nggak mengada-ada kan? Tapi tunggu dulu, bukankah seharusnya Santi itu masih sekolah ya? Kalau aku tidak salah hitung seharusnya bulan ini menjadi bulan kelulusan dia...!"tanya na
"Ayo sekarang kita ke rumahnya Santi, Ibu takut terjadi apa-apa sama dia, cepat jangan lelet...!" perintah Ibu Pratiwi.Mau tak mau akhirnya Damar pun menuruti keinginan sang Ibu untuk menuju ke rumah Santi.Mereka berdua, lalu pergi ke rumahnya Santi menggunakan mobil Damar, harga satu-satunya yang masih bisa dipertahankan oleh Damar. Meskipun bukan mobil mewah tapi mobil itu cukup bersejarah baginya, mobil yang dibeli dengan hasil kerjanya selama di perusahaan. Saat akan ke rumahnya Santi, mereka melewati Ruko milik Nadine, mata Damar terpana dan terpesona dengan kemajuan yang begitu pesat oleh toko roti tersebut."Mampir ke toko itu ya Mar? tapi jangan yang ke toko roti milik Nadine ya? males Ibu...!"kata ibu Pratiwi. "Tapi toko roti di sini hanya milik Nadine saja yang ada, emangnya Ibu mau ke toko roti yang mana?"tanya Damar. "Toko roti N&G itu loh, yang ramai..! pasti di situ enak...!"tunjuk Ibu Pratiwi ke toko milik Nadine."Tapi toko roti yang Ibu tunjuk itu itu miliknya N
"Andai kita masih bersama Din, mungkin aku akan bahagia mendampingimu mengelola toko ini...! Kenapa tak sedari dulu kamu up seperti ini? Kenapa kamu up saat kita sudah berpisah? kamu tahu Nadine? Aku sangat menyesali perpisahan kita..!"dalam hati dia membatin dan tentu saja kata-kata itu tak mungkin berani dia ucapkan di hadapan Nadine.Damar memang selama ini tidak pernah menduga jika Nadine memiliki kemampuan seperti itu, dia menyesal karena selama pernikahannya justru malah mensia-siakan wanita seperti Nadine. Damar berandai-andai jika mereka masih bersama, angannya melayang jauh jika dia menjadi bos dari toko roti yang dikelola oleh Nadine tersebut.Duduk manis dan tinggal memerintah kemudian uang mengalir dengan deras di rekening miliknya.Damar benar-benar tak tahu konsepnya mendirikan usaha seperti itu apa yang harus dilakukan, karena selama ini dia hanya menjalankan profesinya yang hanya sebagai pekerja dan bukan pelaku usaha. "Sesuai yang dikatakan oleh pegawai kami tadi,
Transaksi pun terjadi, ibu itu lantas pamit pulang setelah memberikan DP untuk kue pesanannya. Setelah ibu itu pergi, Sari pun menanyakan sesuatu kepada Nadine. "Kamu kenapa sama ibu itu? Kamu kenal?"Tanya Sari yang tentu saja kepo dengan apa yang dilihatnya tadi.Nadine menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Sari, iya sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. "Aku nggak tahu Mbak, Tapi saat melihat mata Ibu itu, aku merasa nyaman...!"jawab Nadine."Besok kue ulang tahunnya biar aku sendiri yang mengantarnya mbak, aku akan menggunakan jasa taksi online, supaya kuenya tidak rusak...!"kata Nadine. "Tumben mau jadi kurir? biasanya juga lebih senang jadi penakar saja...! Tanya Sari heran."Lagi pengen aja, dan eksklusif untuk ibu itu aku sendiri yang akan membuatkannya sampai selesai...!"kata Nadine kemudian yang berhasil membuat Ina maupun Sari terbengong tak percaya."Lah kalau semua Kamu kerjain sendiri, kami dipecat dong artinya?"Tanya Ine."kamu itu ada-ada
Meskipun Damar sudah kecewa dengan keadaan yang dilakukan oleh Santi, namun kasih sayangnya sebagai seorang kakak tak bisa luntur begitu saja. Damar adalah tipe laki-laki yang sangat menyayangi kakak dan adik juga ibu kandungnya, bahkan dia rela menutup matanya dan berlaku zalim kepada istrinya hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka semua. "Ibu khawatir dengan keadaan adikmu, ibu takut terjadi apa-apa sama dia...!" Kata Bu Pratiwi dengan kecemasannya. "Sambil kita mencarinya, Ibu doakan yang terbaik saja untuk Santi..!"apa kabar kepada ibu kandungnya. Merasa tak ada pilihan lain, prabu Dewi melakukan apa yang diminta oleh Damar."Aku tidak akan pernah memaafkanmu Darmawan, kalau sampai terjadi sesuatu kepada adikku itu!"sepeda Mar dalam hatinya. "Kiat pulang ya Bu? dapat sangat capek ini.! besok Damar juga harus kerja...!" dapat memohon kepada ibunya.Ibu Pratiwi pun mengangguk, dan akhirnya mereka pulang ke kontrakan milik Damar. ***Setelah Arkan mendapatkan rambut Nadine dan j
Sesampainya dia di ruko, Nadine merasa tak asing dengan laki-laki yang berada di rumah Ibu Liliana tadi. otaknya pun mengingat-ingat di mana gerangan Dia pernah berjumpa dengan laki-laki tersebut. Kemudian dia baru menyadari jika laki-laki itu adalah laki-laki yang tempo hari hendak membeli roti di toko kuenya di pagi hari saat toko kue nya belum buka."Pantas saja aku merasa tidak asing dengannya, dan ternyata aku memang pernah bertemu dengannya kok...!"kata Nadine sambil menepuk Keningnya."Kenapa Din? Apakah kepalamu pusing? Kamu sedang tidak enak badan?"tanya Ine saat mengetahui Nadine menepuk kuningnya. "Nggak papa mbak...!"jawab Nadine sambil tersenyum."Jangan bohong deh...! kalau kamu tidak apa-apa kenapa kamu menepuk keningmu? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"tanya Ine menyelidik.Tidak nyaman karena terus diinterogasi oleh Ine, Nadine kemudian menceritakan tentang apa yang dipikirkannya tadi. Tentang laki-laki yang ada di kediaman Ibu Liliana, laki-laki yang pernah
"Bagaimana Mbak Sari? sudah siap nikah kapan ini? biar kami sekampung nanti yang membantu acara masak-masaknya, masaknya yang banyak ya Mbak, supaya nanti waktu kami pulang bisa membawa makanannya...!"kata salah satu ibu-ibu yang lain yang ada di sana."Mau nikah sama siapa...?"Sewot sari pada akhirnya."Loh, bukannya tadi bilang juga sudah punya Calon ya mbak Sari?"Tanya Ine yang di angguki oleh Nadine.Sari hanya menyengir kuda menanggapi perkataan dari Ine sang sahabat, sementara Ine dan Nadine masih kebingungan dengan sikapnya Sari."Mbak Sari...!"Sentak Nadine."Sebenarnya aku belum punya calon...!" kata Sari yang langsung di sambut dengan sorakan kecewa dari semuanya."Yaaaahhhh...!"ucap semuanya bersamaan. "Gagal dong makan enak?"Kata salah satu ibu-ibu "Padahal tadi sudah semangat buat masak besar, lah kok taunya nggak jadi? sekarang Mbak ine saja deh yang menikah duluan...!"ibu-ibu yang lainnya menimpali. "Maaf ya ibu-ibu sekalian, kalau memang seumpamanya saya menikah, sa