MY TOXIC Husband

MY TOXIC Husband

last updateLast Updated : 2025-10-21
By:  Cubby Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
15views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

⚠️ WARNING‼️Area Dewasa✅ Ada adegan keker4s4n✅ Ada Kata-kata K4sar✅ Area 21++✅ “Jangan terlalu senang mempermainkan hati yang benar-benar jatuh cinta kepadamu karena suatu saat nanti setelah ia memutuskan untuk pergi, kamu akan menyesalkan hal itu.”Quensa Valery Tzana “Kita sering melihat sesuatu itu lebih berharga, saat kita mengetahui ia sudah hilang dan dimiliki oleh orang lain.” Aksara Emiliano Addison

View More

Chapter 1

Satu

Di sebuah kamar hotel yang luas, udara terasa panas membakar. Suara umpatan kasar dan desahan tersela mengisi ruangan, meluncur dari mulut Aksara Emiliano Addison—Aksa, seorang remaja tampan pemilik netral hitam itu. Tubuhnya basah oleh peluh, tapi matanya menyala dengan amarah yang menggelora.

“Dasar wanita licik! Jalang sialan! Pengkhianat!” Suara itu meledak keluar, menghentak pinggulnya dengan kasar hingga Quensa menahan nyeri, wajahnya menyiratkan penderitaan yang tak bisa disembunyikan.

“Ini yang kau mau, berbagi peluh dengan ku, wanita murahan?” sentak Aksa dengan seringai iblis yang menyeringai di tengah nafasnya yang tersengal, membuat kabut gairah membayang di udara. Matanya tajam menantang. Dengan gerakan seolah tanpa beban, Aksa membalikkan tubuh mungil Quensa.

“Tahan kakimu, jalang. Biarkan milikmu yang murahan ini merasakan sakit yang lebih dalam... untuk nikmat yang kau cari selama ini.” Ucapannya mengiris seperti pisau, penuh hinaan yang menusuk hati. Di balik lembaran kegelapan kamar itu, derita dan amarah berkecamuk tanpa henti, menoreh luka di antara dua jiwa yang kini hancur berantakan.

Quensa—nama yang kini terucap dengan racun di bibir Aksa. "Kau benar-benar anj***ng, Quensa... Aaahhh... Mona, aku mencintaimu, tapi pengkhianat seperti dia... Benar-benar tidak waras!" erang Aksa dengan mata terpejam, keputusasaan membakar jiwa saat dia terperangkap dalam mimpi buruk ini.

Quensa hanya diam, bibirnya membatu, tanpa satu kata pun pembelaan. Dia tahu dia telah menapaki jurang dosa—memburu laki-laki yang sedang berjanji setia pada sahabatnya sendiri, Mona. Kebodohan dan nafsunya membutakan akalnya, hingga ia tega menjebak Aksa, meski tahu pertunangan itu sudah di depan mata. Malam ini, di bawah bayang-bayang pengkhianatan, Quensa Velarry Tzana menodai persahabatan dengan kepuasan berdarah di dadanya, menikmati setiap detik gelap yang membawa luka dalam untuk ketiganya. Diamnya Quensa bukan tanda penyesalan, melainkan bisu yang mencekam, menunggu saat ketika karma menghampirinya dengan dendam yang pahit.

Aksa Emiliano Addison menggeliat di ranjang hotel yang berantakan, peluh membasahi tubuhnya. Kamar itu sunyi, hanya napasnya yang memburu dan umpatan lirih yang lolos dari bibirnya.

"Sial!" desisnya, mencoba mengingat bagaimana ia bisa sampai di sini. Kepalanya berdenyut, bercampur aduk antara rasa bersalah dan amarah. Di sampingnya, Quensa meringkuk di bawah selimut, tubuhnya bergetar.

Kilasan kejadian malam itu berputar di benaknya. Pesta ulang tahun Mona, sahabat Quensa sekaligus tunangannya. Minuman yang terasa aneh, obrolan yang semakin intim dengan Quensa, dan kemudian... kamar hotel ini.

Aksa mengacak rambutnya frustrasi. Ia tahu ini salah, sangat salah. Ia mencintai Mona, dan sebentar lagi mereka akan mengikat janji suci. Tapi kenapa ia bisa terjerat dalam perangkap Quensa?

"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Aksa dengan rahang mengeras, suaranya bergetar. Quensa tidak menjawab, hanya semakin mengeratkan selimut di tubuhnya.

Aksa bangkit dari ranjang, mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Ia telah mengkhianati Mona, dan ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.

"Aku akan pergi," ucap Aksa dingin, tanpa menatap Quensa. "Jangan pernah menemui ku lagi dan pergi lah sejauh mungkin."

"Aku tak akan pernah menemui kamu lagi! Ini pertama dan terakhir—jangan pernah berpikir aku akan merusak rencana tunanganmu! Sedikit pun aku tak berniat!" Suaranya meledak, penuh kebencian yang menggelegak.

Aksa menatap tajam, amarahnya membara seperti bara api yang siap membakar. "Tak berniat? Lalu apa ini? Kau menjebakku dengan minuman sialan itu semalam, Kau benar-benar wanita murahan!" Dentuman kata-katanya menghujam, menusuk hingga ke dasar jiwa.

Quensa membalas dengan senyum dingin penuh ejekan, mencoba menutupi luka yang tersayat dalam hatinya. "Jangan marah berlebihan. Kamu tak rugi apa-apa. Aku masih perawan, ingat itu! Dan jangan munafik, semalam kamu juga menikmati setiap detiknya. Dan berapa kali kamu keluar?" Malam itu bergulir sampai fajar menyingsing, kata-kata mereka beradu seperti pedang tajam.

"Aku tak terima keperjakaan ku dicuri, dan kamu yang pertama menikmatinya—wanita murahan, kau jangan percaya diri itu karena pengaruh obat sialan, kalau tidak ada obat itu aku tidak sudi melakukan nya jangan untuk keluar, hidup pun pusaka ku tidak akan pernah terjadi dengan wanita murahan sepertimu." desis Aksa, matanya berkobar. Dalam sekejap, tangannya mencengkram leher Quensa dengan kekuatan yang menakutkan, lalu tamparan keras mendarat di wajah cantiknya. Luka bukan hanya di kulit, tapi merobek setiap harapan yang tersisa dalam jiwa gadis itu.

Quensa seketika terdiam, Wajahnya terlihat dingin. Aksa berbalik dan melangkah keluar kamar, meninggalkan Quensa dalam kesunyian dan penyesalan yang mendalam.

Di luar, Aksa menarik napas dalam-dalam. Ia harus menemui Mona, menjelaskan semuanya. Tapi bagaimana jika Mona tidak bisa memaafkannya? Bagaimana jika ia kehilangan segalanya karena kesalahan bodoh ini?

"Arghhh... Quensa sialan!" Aksa menggeram, tangan kanannya meremas rambutnya sendiri penuh frustrasi, napasnya memburu seolah dikejar bayangan buruk. Langkahnya tergesa, takut wajah lelah dan luka di tubuhnya terbaca oleh siapa pun yang kebetulan lewat.

Setelah kepergian Aksa, dia tersungkur di bawah selimut hotel yang dingin. "Aughhh... sakitnya tak tertahankan," keluh Quensa, tubuhnya seolah remuk redam, bukan hanya karena rasa sakit fisik tapi juga luka yang ditinggalkan oleh perlakuan kasar Aksa.

"Dasar munafik!" gumamnya penuh amarah sekaligus kecewa, seperti menampar diri sendiri yang dulu begitu percaya.

Tiba-tiba, dering ponselnya memecah keheningan ruangan itu. Suara nada dering yang terus bergema membahana, menggema di sudut-sudut kamar hotel yang sunyi dan penuh luka ini. Layar ponsel menampilkan nama Mona, sahabat yang selama ini pernah ia khianati—sebuah dosa yang membuat dada Quensa makin sesak. Rasa bersalah menelan batinnya, membuatnya menunduk malu sebelum akhirnya jari jemarinya gemetar mengangkat panggilan itu.

“Angkat, Beb... Ini penting!” pesan Mona muncul tanpa kompromi, menyuruh Quensa mengangkat teleponnya di tengah kekacauan hatinya yang bercabang-cabang antara penyesalan dan harapan rapuh.

"Ada apa...?" suara Queensa nyaris berbisik, lemah dan rapuh saat menyapa sahabatnya melalui telepon. "Kamu baru bangun, beb? Ini sudah siang, lho!" teriak Mona di ujung sana, penuh keheranan sekaligus cemas. "Iya... kita kan sudah lulus, nggak sekolah lagi," jawab Queensa dengan nada datar, seolah kata-katanya terhisap oleh kekosongan di dalam hatinya.

"Tunggu... kamu nggak ingat? Hari ini kita harusnya party lagi, kumpul bareng teman-teman!" bentak Mona, nadanya melonjak penuh semangat. "Hey, Queensa... suaramu terdengar sangat lesu," Mila ikut menyela, mencoba menyentuh sisi lain dari temannya yang semakin menjauh.

"Semalam kamu ke mana, Quensa? Kok tiba-tiba menghilang tanpa kabar?" tanya Mona dengan suara yang mengandung kekhawatiran mendalam.

Kalimat itu menusuk pelipis Queensa. Ia terpaku, mulutnya terkunci rapat, rasa bersalah, dan keputusasaan bercampur begitu tajam di dalam dadanya. Diamnya menjadi jawaban paling menggetarkan bagi sahabat-sahabatnya yang hanya ingin mengerti dan meraih kembali sosok yang semakin lenyap di antara mereka.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status