Share

Masa Depan

Author: Nisa cantik
last update Last Updated: 2024-04-17 16:29:36

Setelah cukup puas berbincang, akhirnya rumah kontrakan itu ditempati bertiga.

Tak lupa, Nadine meminta izin kepada sang pemilik kontrakan untuk menyewa sebuah kamar lagi untuk ditempati oleh Sari dan Ine.

"Untuk kontrakannya kita bayar bertiga saja, dan untuk makan setiap hari nanti kita juga akumulasikan berapa pengeluarannya kemudian di bagi bertiga, setiap struk pembelanjaan harus kita simpan menghindari percekcokan diantara kita!" kata Sari yang disetujui oleh Nadine Dan juga Ine.

"Mulai hari ini kita harus saling bergandeng tangan saling melindungi dan saling berbagi, kita adalah saudara tanpa KK dan Semoga persaudaraan kita ini sampai ke surganya, amin!" Nadine menimpali perkataan dari Sari.

"Untuk sementara biarkan kami yang menanggung hidupmu dulu Nadine, meskipun kamu di sini statusnya adalah seorang ibu sendiri, tapi usiamu jauh di bawah kami. Jadi anggap saja semua ini merupakan tugas kami sebagai kakakmu!" kata ine yang menyadari kalau Nadine tidak memiliki pekerjaan.

"Tidak bisa begitulah Mbak, aku itu masih memiliki uang tabungan dari hasilku kerja selama ini, aku bisa menggunakan uang itu untuk modal berusaha, insya Allah aku akan memiliki hasil setiap bulannya!"

Penjelasan dari Nadine membuat Ina dan juga Sari mengerutkan kening karena bingung.

"Apakah kamu mau bilang kalau kamu ingin buka usaha?" tanya Sari kepada Nadine.

"Aku memiliki sedikit pengalaman dalam membuat kue, kue basah dan kue kering, insya Allah aku akan memulai usahaku di bidang itu, Semoga menjadi jalan rezekinya kami. Karena sekarang, aku tidak bisa bergantung kepada siapapun!" jelas Nadine.

"Benarkah? Kalau begitu kita beli peralatan untuk membuat kue. Siapa tahu, nanti kan kamu jadi juragan kue dan memiliki toko kue raksasa dan bercabang-cabang di mana-mana!" doa Ine tulus kepada Nadine.

"Mbak bisa minta tolong untuk belikan aku handphone yang lebih canggih dan penyimpanannya lebih banyak dari ini?" kata Nadine kepada Sari.

"Nggak usah yang mahal-mahal dulu mbak yang penting penyimpanannya cukup untuk aku berpromosi di medsos, Aku pernah dengar merk ishfanix atau apa itu loh mbak!" kata Nadine mengingat-ngingat merk HP yang tidak begitu mahal tapi penyimpanannya cukup tinggi.

"Memang berapa budget yang kamu punya?" tanya Ine.

"Nggak banyak Mbak cuma 1.500.000 saja!" jawab Nadine.

"Handphone kamu yang lama kenapa?" tanya Sari penasaran.

"Ini HP jadul Mbak, penyimpanannya sangat minim dan hanya bisa dipakai untuk mendownload satu aplikasi saja, itu pun tidak bisa jika banyak menerima gambar, rencananya HP ini hanya akan aku gunakan untuk telepon seluler biasa, handphone yang baru nanti aku pakai untuk bahan promosi dan pemasangan w******p baru!''jawab Nadine.

"Matang banget sih pemikiran kamu? Kamu lulusan apa dulu sebenarnya?" tanya Ine penasaran.

"Aku itu tidak pernah sekolah Mbak, aku hanya pernah mengenyam pendidikan sampai SD itu pun tak sampai lulus dan hanya sampai kelas 5 saja!"jawab Nadin tiba-tiba sedih, membayangkan masa-masa di mana Dirinya sangat semangat belajar tapi terpatahkan dengan keinginan keluarga angkatnya yang tak berperikemanusiaan.

"Tapi dari dulu aku suka sekali membaca, buku apapun aku sering membacanya, dari sana ilmu yang kudapatkan di sekolah tentang baca tulis tidak pernah hilang dan terekam jelas di memori otakku!"jawab Nadine.

"Terus kamu bisa bermain ponsel Siapa yang mengajari?"tanya Sari.

"Salah satu majikan tempatku bekerja yang baik hati memberikan ku ponsel dulu ini, tujuannya hanya agar aku mudah untuk dihubungi!"jawab Nadine.

"Lewat ponsel ini aku belajar tentang segala hal yang selama ini memang tidak pernah aku ketahui tentang dunia maya!"penjelasan Nadine membuat keduanya manggut-manggut.

"Pepatah yang mengatakan kalau belajar itu tidak harus di sekolah ternyata benar adanya, dan kamu adalah contoh nyata dari pepatah tersebut!"kata Sari, lalu mereka saling berpelukan.

"Ada baiknya lebih baik kita jalan bertiga ke counter untuk kamu membeli handphone seperti yang kamu mau!"kata ine.

Ine dan Sari sebelumnya tinggal di sebuah kost yang sama, Sari bekerja di sebuah pabrik makanan, sementara Ine bekerja di sebuah toko yang cukup ternama dengan pembagian dua shift.

Gaji mereka berdua hampir mirip karena mengikuti UMR kota, Ine dan juga Sari berasal dari dua desa yang berbeda tetapi masih satu kabupaten.

Sari dan Ine merupakan teman satu sekolah semasa mereka SMA, mereka sengaja mengadu nasib di kota dengan bekerja sebagai apapun karena ijazah yang mereka miliki adalah sebatas SMA saja.

Jika Sari lebih memilih untuk melamar pekerjaannya di sebuah pabrik, beda dengan ine yang memilih bekerja di sebuah toko grosir.

Keduanya memang tidak pernah terpisahkan sejak mereka merantau dari kampung halaman mereka, persahabatan mereka Kini bertambah Dengan hadirnya Nadine di antara mereka, persahabatan yang tidak pernah direncanakan, semua mengalir begitu saja sesuai dengan alurnya masing-masing.

"Oh ya Mbak Sari mbak Ine, kapan bajunya mau dibawa ke kontrakan? Nanti biar aku bantu beres-beresnya!"tawar Nadine.

"Kamu itu loh Nadine, masalah baju kami itu gampang nanti, kebetulan aku cuti 3 hari dan Ine pun sama, sebenarnya kemarin kita berencana untuk liburan ke puncak bareng teman-teman yang lain, tapi acara kami batal karena kami tanpa sengaja harus menjadi dewi penolong untuk mu!"cerita Sari dengan candaannya.

"Ke puncak? Di puncak itu bagus ya mbak ya?" tanya Nadine penasaran.

Pasalnya selama ini jika Damar bepergian ke puncak bersama keluarganya, Nadine tak pernah diajak meskipun itu satu kali. mereka selalu berkata jika Nadine tak pantas untuk diajak karena malu-maluin.

"Belum tahu juga sih, soalnya aku juga belum pernah ke sana, ini mau baru mau rencana, eh sudah gagal duluan!"jawab Ine.

"Tapi kami tidak menyesal kok nggak jadi pergi, bonusnya buat kami adalah menemukan satu saudara dan juga keponakan yang sangat lucu seperti Gibran!"kata Sari lagi.

Malam harinya, mereka pun pergi ke sebuah counter yang menjual berbagai merek HP dari harga termurah sampai harga yang sangat premium.

Di sana, Nadine menjatuhkan pilihannya kepada ponsel bermerek yang seperti dia inginkan dengan harga 1.200.000 dengan penyimpanan 4/64.

Bagi Nadine, kapasitas seperti itu lebih dari cukup untuknya bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya.

"Untuk ovennya kamu mau beli yang seperti apa Din?" tanya Ine.

"Kalau menurut pengalaman sih, enakan yang listrik Mbak, nanti pemanggangannya lebih bisa distabilkan karena ada timer dan pengaturan suhu!"jawab Nadine.

"Sini Gibran biar aku yang gendong, kita masuk ke dalam saja kita cari apa yang kamu butuhkan!"kata ine mengambil Gibran dari gendongan Nadine.

Gibran terlihat senang saat digendong oleh Ine, bocah tersebut sangat terlihat riang dengan keramaian yang ada di mall tersebut, selama usianya Gibran memang tidak pernah diajak jalan-jalan oleh Nadine dan hanya berkutat di rumah saja.

Sari dan Ine tidak tahu jika Nadine pun menggeluti hobinya sebagai penulis di sebuah platform online.

Nadine sengaja tidak bercerita kepada dua sahabatnya tersebut, bukan karena dia ingin berbohong, tapi lebih karena Nadine belum merasa pede dengan profesi barunya tersebut.

Nadine berbelanja sesuai kebutuhannya yaitu memberi blender mixer oven magic com dan kebutuhan dapur, tak lupa dirinya juga membeli kipas angin supaya mereka tidak kepanasan.

Nadine sengaja membeli barang-barang tersebut dengan harga yang sedikit miring alias bukan dengan merek ternama, pikirnya Yang penting dia memiliki alatnya dulu. untuk barang elektronik seperti blender mixer oven dan magic com juga kipas Dia menghabiskan budget sekitar 2 juta setengah.

Uang hasil kerjanya selama 2,5 tahun terakhir hanya tersisa beberapa saja di rekening miliknya, Meskipun begitu sama sekali Nadine tidak pernah merasa menyesal karena membelanjakannya untuk malam ini.

Sementara Nadine mulai berbenah dan menata hidupnya, Damar justru sebaliknya!

Pria itu mulai merasakan hidupnya berantakan.

Terutama karena live streaming yang dilakukan oleh Sari.

Damar tak henti mendapat eguran keras dari perusahaan!

Dia bahkan harus mengembalikan uang tunjangan untuk istrinya selama pernikahan mereka pada perusahaan.

Saat Damar menego untuk diberikan secara langsung kepada Nadine, pihak kantor menolak keras dan tidak meloloskan permintaan tersebut.

Katanya, pihak mereka yang akan langsung memberikan pada Nadine.

Dua minggu batas waktunya!

Jika Damar gagal, dia akan turun jabatan sebagai sanksi.

"Dari mana aku harus mencari uang sebanyak itu? Nominalnya cukup besar, mana uang simpananku kemarin dipinjam kak Sarah pula!" batinya gusar.

Harta satu-satunya yang dimiliki oleh Damar hanyalah motor yang dikenakannya. Itu pun jika dijual tidak sampai 20 juta karena motor tersebut sudah lama digunakannya.

Tiba-tiba saja damar teringat dengan sang ibu!

"Semoga kali ini Ibu bisa membantuku, lagian selama ini aku pun memberikan uang yang cukup banyak kepadanya.!"gumam damar dalam hatinya.

Dia akan meminjam sertifikat tanah untuk digadaikannya ke bank agar bisa menutup tuntutan kantor.

Gegas, Damar pergi ke rumah ibunya untuk membicarakan hal tersebut!

Tanpa mengucapkan salam, pria itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan sang ibu.

"BU!!!!"


"Ada apa sih mar? Nyari Ibu kok kayak nyari maling saja, teriak-teriak nggak jelas!" tegur Ibunya tak suka.

"Sini deh Bu aku mau ngomong sesuatu!" kata damar dengan tak sabaran menarik dengan ibunya untuk duduk ke kursi.

Ibu Pratiwi bingung.

Namun, tak lama dia tersenyum. Dia pikir Damar akan memberinya uang lagi!

"Kamu mau bilang bahwa kamu dapat bonus hari ini? Syukur alhamdulillah, Nak. Pokoknya, jangan sekali-kali kamu berikan kepada Nadine, ya? Ibu yang lebih berhak menerima bonus itu!" ucapnya, "kamu tidak lupakan kalau ibu yang melahirkanmu? Sementara Nadi,ne hanya orang lain yang kebetulan kamu nikahi dan bisa menjadi mantan!"

Damar menghela napas. "Bukan itu Bu! Dengarkan dulu aku kalau ngomong, jangan ambil kesimpulan seperti itu!"

Ucapan pria itu lantas membuat Bu Pratiwi menjadi mendung. "Terus, kamu mau ngapain?"

"Damar mau pinjam sertifikat rumah Ibu!" kata damar yang berhasil membuat sang ibu melebarkan matanya.

"APA?!!!"


Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuni
mengapa ada didunia suami tidak tahu diri dan orang tua tdk tahu malu
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuni
sedih sekali
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Ending

    "Aku akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, dari kebutuhan perut dan juga kebutuhan pendidikan, akan aku dedikasikan apapun yang aku punya untuk mereka semua....!" lanjutnya."Kak..." Kata Nadine tak mampu berkata-kata lagi, Airmata menggenang di pelupuk matanya. Rasa haru yang luar biasa ia rasakan atas ketulusan Anan dalam mencintainya, tanpa syarat dan tanpa menuntut."Demi Alloh kak, aku rela melepasmu untuk kelanjutan zuriatmu...!" Kata-kata itu kembali meluncur setelah sekian lama cukup terdiam tanpa pembahasan."Ahhhhh...!" teriak Anan frustasi."Bunuh saja aku Nadine, Tancapkan pisau belati tepat di jantungku ini...!" Kata Anan dengan menunjuk jantungnya. Ia begitu frustasi dan putus asa saat wanita yang sangat di cintainya itu kembali mengatakan keinginan untuk berpisah darinya."Aku mohon sayang, jangan seperti ini, Aku sanggup kehilangan dunia beserta isinya, bahkan aku sanggup kehilangan kedua orangtuaku, tapi aku tak sanggup jika di paksa untuk menyakitimu, a

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   bab 72

    Ine menatap tajam ke arah Sari, hatinya merasa curiga dengan permintaan maaf dari sahabatnya itu,"Jangan katakan kalau kamu nggak bisa Dateng ya mbak, aku marah nih...!" kata Ine."Maaf...!" jawab Sari sekali lagi tanpa berani melanjutkan kata-katanya yang semakin membuat Ine penasaran dan sekaligus geram."Sudahlah mbak Ine, jangan maksa mbak Sari Dateng kalau emang dasarnya nggak bisa Dateng. Acaranya akan tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran mbak Sari." Kini Nadine yang menyahut."Maafin aku, tdi Damar bilang hari pernikahan kami, maksud saya hari ijab qobul pernikahan kami tepat di tanggal 27 bertepatan dengan acara 7 bulanan Ine...!" Sari menjelaskan dengan menunduk."Bukan keputusan kami Din, tapi itu adalah keputusan dari sesepuh kampungku yng di mintai tolong untuk memperhitungkan hari yang tepat untuk kami...!" lanjutnya penuh rasa bersalah."Apakah tidak bisa di tukar harinya mbak? satu hari saja...!" Ine masih mencoba untuk menego supaya Sari bisa ikut hadir di acaran

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Bab 71

    "Aku tak tahu meski berkata apa, kita jalani saja dulu, jika memang pada akhirnya takdir membawa kita dalam sebuah komitmen, kita bisa apa?"jawab Sari. "Kamu tidak berniat untuk mengingkari takdir kan?"tanya Damar. Sari pun menggelengkan sebagai jawaban atas pertanyaan Damar."Berikan aku waktu, aku pun butuh memahami apa yang terjadi di dalam sini, konyol nggak sih?"kata Sari kemudian. "Tergantung dari bagaimana kamu memandangnya...!"jawab Damar. "Kita ini hanya makhluk, ibaratnya kita ini hanyalah wayang yang siap untuk menerima peran kita, tentu saja tidak mampu untuk menolaknya, siapa pula kita...?"kata-kata Damar terdengar sangat bijak. Setelah itu mereka pun saling pulang ke rumah mereka masing-masing, setelah sebelumnya mereka saling bertukar nomor ponsel. ***** Tak terasa 2 minggu telah berlalu, kini tiba saatnya Nadine dan juga Anan untuk mengambil surat hasil dari pemeriksaan mereka dua minggu yang lalu. Dalam hati Nadine sangat berharap jika hasil tesnya adalah

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Kamu bukan ibu kandungnya Nadine bukan?

    "Kak ih... Aku nggak suka kakak bilang seperti itu...!" kata Nadine merajuk.Anan semakin mengeratkan pelukannya, tapi dalam hati di tak pernah menyesali kata-katanya barusan. Baginya cinta yang dia berikan untuk Nadine adalah cinta tak bersyarat. Cinta yang akan selalu apa adanya dan selalu menerima segala keadaan.Keesokan harinya, Sesuai keinginan Nadine mereka pun memeriksakan diri berdua ke dokter kandungan, jika Anan santai, beda halnya dengan Nadine.Entah mengapa hatinya diliputi rasa was-was yang sangat mendalam, hatinya gelisah karena dia terus terngiang-ngiang kata-kata dari sang suami."Bagaimana jika seandainya aku tak bisa memberikanmu keturunan kak?" Tanya Nadine tiba-tiba."Tak masalah...!" jawab Anan santai."Tapi kakak adalah anak tunggal dari Mama dan Papa...!" perkataan Nadine tak selesai karena di sanggah terlebih dahulu oleh Anan."Dan aku bukanlah seorang pangeran yang wajib memiliki penerus untuk sebuah kerajaan yang di pimpin, ku kira itu cukup untukku jadikan

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Ucapan adalah Do'a

    Melihat Damar berlalu dengan rasa malu yang ditanggungnya membuat Sari sedikit merasa kasihan dan iba, tapi tak di pungkiri nya juga bahwa dirinya juga merasa jengah dengan tingkah absurd dari Nadine tersebut."Mbok ya sadar to mar, tak bisakah dirimu bermetamorfose menjadi lelaki baik seperti yang lainnya? andai kau itu normal seperti lelaki kebanyakan, mungkin aku akan bersedia menjadi pengganti Nadine...!"Batin Sari.Tapi setelahnya Sari pun langsung mengusap dadanya dan beristighfar berkali-kali karena fikiran konyolnya tersebut. setelah itu dia juga memukul-mukul kepalanya karena tak habis fikir bisa memiliki fikiran seperti itu."Sari Sari, kamu itu jangan ketularan tidak waras, Nadine saja dulu sampai tobat yang bukan soto babat menjadi istrinya,lah kok bisa-bisanya kamu memiliki fikiran menjadi istrinya. Eling Sari eling...!" gumamnya kemudian"Tapi kata pak ustadz kemaren, katanya jodoh tak ada yang tahu...!" katanya kemudian seolah membela diri atas pemikirannya tadi.*****

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Laki-laki halu rupanya

    "Cukup saja lah, aku ingin segera menyelesaikan liburan kita, aku sudah rindu sama Gibran...!"kata Nadine sendu saat mengingat sang putra."Kita pulang besok pagi saja ya? di penerbangan awal...!" jawab Anan menanggapi keinginan sang istri.Nadine mengangguk menyetujui keinginan sang suami, dia cukup senang dan lega karena keinginannya langsung di iyakan dan tak di persulit.Pagi harinya, sesuai janji Anan kepada sang istri mereka pun bertolak dengan penerbangan pertama, tujuan yang awalnya ingin langsung ke tempat wisata yang lain berubah haluan dengan menjemput Gibran untuk di bawa turut serta bersama mereka. Anan pun tak merasa keberatan karena ritual bulan madu yang seharusnya di lakukan pun belum bisa mereka lakukan.Sesampainya di kediaman orangtua Nadine, Ibu Liliana dan suami di buat terkejut dengan kepulangan Nadine dan juga Anan yang tak sesuai jadwal."Aretha? kok kalian pulang cepat? ada apa? ada masalah kah?" tanya Ibu Liliana sudah mewakili kebingungan sang suami."Kami

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status