Share

Tak Peduli

Author: Nisa cantik
last update Last Updated: 2024-04-17 16:17:44

Drrt!

Ponselnya terus berbunyi membuat Damar pun mengangkat panggilan telepon tersebut.

"......"


"I-iya Bu! Saya segera ke kantor!" jawab Damar terbata.

"Bawa anak dan istrimu sekalian!" kata seseorang di seberang telepon lagi.

Suaranya terdengar tidak ramah sama sekali.

Tanpa membantah, Damar pun mengiyakan apa yang diperintahkan oleh atasannya tersebut.

Sepertinya, atasannya sudah tahu live streaming yang dibuat tetangganya itu?

"Aku harus baik-baikin Nadine, supaya dia tidak berkata yang tidak-tidak tentang yang ku lakukan selama ini!"

Pikiran waras Damar kembali bekerja setelah sekian lama.

Saat tahu Nadine keluar dengan membawa tas pakaian yang tak terlalu besar, didekatinya  wanita itu.

"Dek!" panggil pria itu.

"Ada apa? Kalau mau menghalangi langkahku, maaf! Aku lebih takut dengan dosa berdekatan dengan lawan jenis yang bukan muhrimku!" sarkas Nadine.

Damar sontak menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Pihak kantor menyuruh kita untuk menghadap. Aku mohon kali ini kamu ikut, ya?"

Tatapannya begitu memelas.

Dia bahkan sampai lupa dengan kemarahannya tadi.

Di sisi lain, kening Nadine mengkerut mendengar apa yang diucapkan oleh Damar. "Aku kan tidak ada hubungannya dengan orang kantor? Lantas kenapa harus mereka berdua ya pergi ke sana?" batinnya penuh tanya.

Hanya saja, Nadine enggan menanggapi Damar lagi.

Dia memilih melangkahkan kakinya untuk cepat-cepat berlalu dari rumah kontrakan yang lebih layak menjadi kandang tersebut.

Damar jelas tak terima.

Dicekalnya tangan Nadine, cepat. "Tolong Dek, kali ini saja! Tolong Mas! Selamatkan Mas dari situasi ini! Tolong ikut Mas ke kantor dan jelaskan semuanya!" pintanya.

"Maksudnya? Menjelaskan bahwa kamu memberikanku nafkah 600.000 setiap bulannya? Atau menjelaskan bahwa 3 bulan terakhir kamu memberikanku nafkah 300.000?"

Damar memelototkan matanya tak percaya. "Bukan seperti itu dek, Tolong jelaskan kepada pihak kantor jika uang tunjangan untuk istri Kamu menerimanya! Jangan katakan kalau aku memberikanmu 600.000 setiap bulannya!" pintanya.

Deg!

"Tunjangan dari kantor? Kok aku baru mendengarnya? Emang berapa nominal yang di jatah untuk tunjangan istri?" selidik Nadine.

Dia curiga dengan keterdiaman Damar.

Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh ayah dari anaknya tersebut?

"Mas!"

"Tidak banyak kok Dek. Kamu nanti kalau ditanya tinggal jawab saja kalau kamu menerima uang tunjangan dari kantor dan juga mengelola semua gajiku!" kata Damar enteng.

Seketika Nadine pun tertawa terbahak-bahak.

Ia sangat tak menyangka jika suaminya sebodoh itu.

"Kenapa kamu malah tertawa, Dek? Kali ini saja tolong aku, setelah itu jika kamu mau pergi dariku, silakan! Aku tidak akan menghalangimu lagi! Tapi sebelum itu, Aku mohon selamatkan aku kali ini!" ucap Damar, tak tahu malu.

Nadine menggelengkan kepala tak percaya. "Bagaimana aku bisa menolongmu Mas? Berapa gajimu sebulan, aku tidak pernah tahu detailnya. Kamu hanya beri jatah setiap bulan 600.000. Lebih parahnya lagi, setelah aku melahirkan anak kita kamu malah menjatahku 300.000 saja! Waras kamu?" singgung Nadine, akhirnya.

Mau tak mau, Damar pun menceritakan dan menjelaskan berapa banyak yang ia hasilkan selama ini setiap bulannya.

"Gaji pokok ku dalam sebulan adalah 5 juta Dek, uang tunjangan untukmu setiap bulannya diberikan 3 juta oleh kantor, lembur dan bonus jika digabung dengan uang tunjangan serta gaji bulananku maka mendekati 10 juta kadang lebih dari itu!"

Damar akhirnya memilih jujur.

Sayang, semua telah terlambat.

Apa gunanya dia mengetahuinya sekarang?

Jujur, Nadine benar-benar merasa bodoh selama ini.

"Sekian tahun menikah denganmu, ternyata cukup fatal kamu mencurangiku. Setiap bulannya, bahkan tak ada 10% yang kamu berikan kepadaku," ucap wanita itu tajam.

Seketika Damar pun memberikan perincian, bahwa setiap bulannya ibu kandungnya menerima 3 juta.

Kakak dan adiknya masing-masing mendapatkan satu juta serta buat dirinya sendiri 3 juta, dan sisanya dia simpan di rekening pribadi miliknya sebagai tabungan.

Nadine sontak tertawa. "Bahkan kau menganggapku tak lebih dari sampah yang tak pantas untuk dihargai! Asisten Rumah Tangga di kota kita saja, gajinya sudah lebih dari 2 juta. Itu mereka tugasnya cuma bersih-bersih, sementara aku?" ucapnya.

"Aku bahkan memiliki tugas di dapur sumur dan kasur. Lebih kasarnya lagi, aku hanya kamu jadikan sebagai budak! Lantas apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu?"

"Maaf mas, hadapi sendiri masalahmu sendiri. Aku sudah tidak mau ikut campur di dalamnya!" putus Nadine yang merasa bodo amat dengan masalah yang di hadapi oleh Damar.

Namun tiba-tiba saja Damar duduk bersimpuh di kaki Nadine.

Hal yang sama sekali tak pernah di lakukan oleh Damar selama ini!

Sayangnya, Nadine tak tersentuh. 

Dengan sigap Nadine pun langsung melangkah dengan langkah yang cukup lebar agar Damar tak bisa meraihnya lagi.

"Mbak Sari dan Mbak Ine, saya boleh minta tolong bawakan tas ini?" Saat sampai di depan rumah kontrakan yang selama ini di tempatinya, Nadine meminta tolong untuk di bawakan barang bawaannya yang tak seberapa itu.

Mengerti apa yang di maksudkan oleh Nadine kedua wanita tersebut langsung melaksanakan apa yang dipinta oleh Nadine.

"Sekarang kamu mau kemana Nadine?" tanya Mbak Sari membuka percakapan.

Nadine menarik napas panjang. "Mbak Sari dan Mbak Ine tahu tidak dengan rumah kontrakan yang disewakan? Tidak usah yang besar mbak, cukup ada 1 kamar saja tidak apa-apa. Saya perlu menyesuaikan budget yang ada!"

"Nasibnya Gibran memang sedang mujur! Di gang sebelah, ada kontrakan yang kosong, Nadine. Nggak besar sih, tapi cukuplah kalau buat kamu dan Gibran, apalagi tempatnya itu cocok untuk kamu, lingkup yang ramai dan tentu saja aman!" jawab Sari.

Nadine lantas tersenyum. "Tolong antar aku ke sana, Mbak. Jujur, saya berterimakasih ke Mbak Sari dan Mbak Ine. Entah apa yang akan terjadi padaku kalau mbak-mbak sekalian tidak memvideokan talak tadi," ucapnya penuh rasa syukur pada dua orang wanita yang sudah seperti kakaknya itu.

Sari tersenyum, menepuk bahunya.

Hanya saja Ine justru terdiam.

"Mbak Ine kok diam saja dari tadi? Kenapa?" heran Nadine.

Namun, Ine hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Nadine.

Tak lama, wanita itu menangis tersedu-sedu!

Rupanya sedari tadi Ine menahan tangisnya karena melihat nasib Nadine yang memang tragis.

"Lohh, kok malah nangis? Piye to kieeehhh?" kata Sari

"Kamu yang kuat ya Nadine? Aku akan selalu ada untukmu! Bila perlu, aku akan ikut tinggal bersamamu untuk menjagamu!" kata Ine sambil sesenggukan.

"Beneran mbak? Dengan senang hati kalau begitu!" jawab Nadine antusias.

"Lah lah kok jadi begini? Kok aku nggak di ajak ikut tinggal bersama sekalian? Nggak adil ini!" protes Sari--mengundang tawa ketiganya.

Bahkan, Gibran pun ikut tersenyum!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Ending

    "Aku akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, dari kebutuhan perut dan juga kebutuhan pendidikan, akan aku dedikasikan apapun yang aku punya untuk mereka semua....!" lanjutnya."Kak..." Kata Nadine tak mampu berkata-kata lagi, Airmata menggenang di pelupuk matanya. Rasa haru yang luar biasa ia rasakan atas ketulusan Anan dalam mencintainya, tanpa syarat dan tanpa menuntut."Demi Alloh kak, aku rela melepasmu untuk kelanjutan zuriatmu...!" Kata-kata itu kembali meluncur setelah sekian lama cukup terdiam tanpa pembahasan."Ahhhhh...!" teriak Anan frustasi."Bunuh saja aku Nadine, Tancapkan pisau belati tepat di jantungku ini...!" Kata Anan dengan menunjuk jantungnya. Ia begitu frustasi dan putus asa saat wanita yang sangat di cintainya itu kembali mengatakan keinginan untuk berpisah darinya."Aku mohon sayang, jangan seperti ini, Aku sanggup kehilangan dunia beserta isinya, bahkan aku sanggup kehilangan kedua orangtuaku, tapi aku tak sanggup jika di paksa untuk menyakitimu, a

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   bab 72

    Ine menatap tajam ke arah Sari, hatinya merasa curiga dengan permintaan maaf dari sahabatnya itu,"Jangan katakan kalau kamu nggak bisa Dateng ya mbak, aku marah nih...!" kata Ine."Maaf...!" jawab Sari sekali lagi tanpa berani melanjutkan kata-katanya yang semakin membuat Ine penasaran dan sekaligus geram."Sudahlah mbak Ine, jangan maksa mbak Sari Dateng kalau emang dasarnya nggak bisa Dateng. Acaranya akan tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran mbak Sari." Kini Nadine yang menyahut."Maafin aku, tdi Damar bilang hari pernikahan kami, maksud saya hari ijab qobul pernikahan kami tepat di tanggal 27 bertepatan dengan acara 7 bulanan Ine...!" Sari menjelaskan dengan menunduk."Bukan keputusan kami Din, tapi itu adalah keputusan dari sesepuh kampungku yng di mintai tolong untuk memperhitungkan hari yang tepat untuk kami...!" lanjutnya penuh rasa bersalah."Apakah tidak bisa di tukar harinya mbak? satu hari saja...!" Ine masih mencoba untuk menego supaya Sari bisa ikut hadir di acaran

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Bab 71

    "Aku tak tahu meski berkata apa, kita jalani saja dulu, jika memang pada akhirnya takdir membawa kita dalam sebuah komitmen, kita bisa apa?"jawab Sari. "Kamu tidak berniat untuk mengingkari takdir kan?"tanya Damar. Sari pun menggelengkan sebagai jawaban atas pertanyaan Damar."Berikan aku waktu, aku pun butuh memahami apa yang terjadi di dalam sini, konyol nggak sih?"kata Sari kemudian. "Tergantung dari bagaimana kamu memandangnya...!"jawab Damar. "Kita ini hanya makhluk, ibaratnya kita ini hanyalah wayang yang siap untuk menerima peran kita, tentu saja tidak mampu untuk menolaknya, siapa pula kita...?"kata-kata Damar terdengar sangat bijak. Setelah itu mereka pun saling pulang ke rumah mereka masing-masing, setelah sebelumnya mereka saling bertukar nomor ponsel. ***** Tak terasa 2 minggu telah berlalu, kini tiba saatnya Nadine dan juga Anan untuk mengambil surat hasil dari pemeriksaan mereka dua minggu yang lalu. Dalam hati Nadine sangat berharap jika hasil tesnya adalah

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Kamu bukan ibu kandungnya Nadine bukan?

    "Kak ih... Aku nggak suka kakak bilang seperti itu...!" kata Nadine merajuk.Anan semakin mengeratkan pelukannya, tapi dalam hati di tak pernah menyesali kata-katanya barusan. Baginya cinta yang dia berikan untuk Nadine adalah cinta tak bersyarat. Cinta yang akan selalu apa adanya dan selalu menerima segala keadaan.Keesokan harinya, Sesuai keinginan Nadine mereka pun memeriksakan diri berdua ke dokter kandungan, jika Anan santai, beda halnya dengan Nadine.Entah mengapa hatinya diliputi rasa was-was yang sangat mendalam, hatinya gelisah karena dia terus terngiang-ngiang kata-kata dari sang suami."Bagaimana jika seandainya aku tak bisa memberikanmu keturunan kak?" Tanya Nadine tiba-tiba."Tak masalah...!" jawab Anan santai."Tapi kakak adalah anak tunggal dari Mama dan Papa...!" perkataan Nadine tak selesai karena di sanggah terlebih dahulu oleh Anan."Dan aku bukanlah seorang pangeran yang wajib memiliki penerus untuk sebuah kerajaan yang di pimpin, ku kira itu cukup untukku jadikan

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Ucapan adalah Do'a

    Melihat Damar berlalu dengan rasa malu yang ditanggungnya membuat Sari sedikit merasa kasihan dan iba, tapi tak di pungkiri nya juga bahwa dirinya juga merasa jengah dengan tingkah absurd dari Nadine tersebut."Mbok ya sadar to mar, tak bisakah dirimu bermetamorfose menjadi lelaki baik seperti yang lainnya? andai kau itu normal seperti lelaki kebanyakan, mungkin aku akan bersedia menjadi pengganti Nadine...!"Batin Sari.Tapi setelahnya Sari pun langsung mengusap dadanya dan beristighfar berkali-kali karena fikiran konyolnya tersebut. setelah itu dia juga memukul-mukul kepalanya karena tak habis fikir bisa memiliki fikiran seperti itu."Sari Sari, kamu itu jangan ketularan tidak waras, Nadine saja dulu sampai tobat yang bukan soto babat menjadi istrinya,lah kok bisa-bisanya kamu memiliki fikiran menjadi istrinya. Eling Sari eling...!" gumamnya kemudian"Tapi kata pak ustadz kemaren, katanya jodoh tak ada yang tahu...!" katanya kemudian seolah membela diri atas pemikirannya tadi.*****

  • Biar Kulunasi Sendiri Biaya Operasi Caesarku, Mas!   Laki-laki halu rupanya

    "Cukup saja lah, aku ingin segera menyelesaikan liburan kita, aku sudah rindu sama Gibran...!"kata Nadine sendu saat mengingat sang putra."Kita pulang besok pagi saja ya? di penerbangan awal...!" jawab Anan menanggapi keinginan sang istri.Nadine mengangguk menyetujui keinginan sang suami, dia cukup senang dan lega karena keinginannya langsung di iyakan dan tak di persulit.Pagi harinya, sesuai janji Anan kepada sang istri mereka pun bertolak dengan penerbangan pertama, tujuan yang awalnya ingin langsung ke tempat wisata yang lain berubah haluan dengan menjemput Gibran untuk di bawa turut serta bersama mereka. Anan pun tak merasa keberatan karena ritual bulan madu yang seharusnya di lakukan pun belum bisa mereka lakukan.Sesampainya di kediaman orangtua Nadine, Ibu Liliana dan suami di buat terkejut dengan kepulangan Nadine dan juga Anan yang tak sesuai jadwal."Aretha? kok kalian pulang cepat? ada apa? ada masalah kah?" tanya Ibu Liliana sudah mewakili kebingungan sang suami."Kami

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status