PoV RakaBapak memberiku sertifikat kebun sawit, yang memang akan menjadi bagian untukku. Tapi sebenarnya aku belum menginginkannya tapi aku tahu posisi Bapak, ia terdesak karena Ibu meminta untuk menjual kebun itu dan membayar semua biaya pernikahan Gita. Aku kasihan pada Bapak, yang nampak tertekan karena Ibu dan saudaraku. Begitu teganya Ibu, memperlakukan Bapak seperti ini padahal Bapak selalu baik dan sabar terhadap tingkahnya. "Raka, besok kita balik nama sertifikat ini di notaris. Bapak yang akan menemanimu dan memberi surat kuasa," ucap Bapak padaku. Aku mengangguk "Baik Pak," jawabku."Di minum Pak," Farah datang membawakan menyuguhkan secangkir teh dan cemilan untuk Bapak. "Makasih Far, besok kamu ikut Raka dan Bapak ya untuk balik nama sertifikat itu di notaris," ucap Bapak pada Farah."Iya Pak, Farah akan ikut," sahut Farah. "Oiya, Bapak belum bilang jika Ibumu masuk rumah sakit tensi darahnya naik," ucap Bapak.Jujur aku kasihan saat mendengar kondisi Ibu "Apakah Rak
Kebusukan Pras!"Abang udah minta bantuan ke orangtuamu, tapi Ibu sama Bapakmu juga abis ketipu," ucap Julian pada Stella."Ketipu gimana?" Stella shock mendengar penjelasan sang suami."Orangtuamu investasi pada temannya, tapi ternyata temannya itu penipu dan membawa kabur uang semua orang! Jadi orang tuamu harus mengganti uang semua orang yang tertipu karena orang tuamu yang mengajak mereka bergabung pada investasi itu!" "Keadaan mereka juga sedang sulit kini," ucap Julian kembali. "Tidak mungkin orang tuaku bangkrut!" Stella berujar tak percaya, dia tidak sanggup menerima kenyataan jika orang tuanya yang kaya raya itu bangkrut."Tapi itulah yang terjadi," ucap Julian menghembuskan nafasnya kasar."Ya sudah Mas, lupakan duku tentang apa yang terjadi pada orangtuaku. Kini aku minta, kamu jual saja kebun yang diberikan orang tuamu, untuk membebaskan diriku dari penjara ini, aku tidak mau Mas berlama-lama disini!" pinta Stella."Tapi itu kan satu-satunya warisan yang aku punya!""Bag
Musibah Untuk Pria Mata KeranjangKetika sedang dalam jalan pulang, Farah melihat Bapak mertuanya sedang berjalan membawa tas jinjing. "Bapak, mau kemana bawa tas?" tanya Farah menghampiri."Bapak mau kerumah Saidah, Far," jawab Dahlan.Farah yakin, pasti Bapak mertuanya sedang ada masalah dan pergi dari rumah atau dia di usir? Apa iya Ibu setega itu. Batin Farah."Ada apa apa Pak? Ikut Farah saja kerumah. Setahu Farah, Bik Saidah sedang pergi kerumah nenek buyut dan menginap di sana," jelas Farah, dia tahu tadi jika Bik Saidah pergi dari sore tadi bersama keluarganya. Dahlan mengangguk dan mengikuti Farah untuk kerumahnya, raut wajah sedih terpancar dari wajah sang Bapak mertua. Pasti Retno berulah lagi. Mereka tiba di rumah, Raka menoleh kearah sang Bapak. Ia kaget kenapa Bapaknya membawa tas di tangannya saat malam seperti ini, apa yang terjadi? Batin Raka."Bapak? Kenapa malam begini bawa tas?" tanya Raka penasaran."Tadi Bapak pergi mencari Pras, tapi di saat Bapak pulang, Ibu
Stella mengamukSetelah di usir oleh Maharani plus mendatangi Anita untuk mendapatkan tempat tinggal baru."Jadi kamu ingin tinggal bersamaku disini Mas?" ucap Anita dan menyilangkan tangannya di depan "Ada apa dengan tempat tinggalmu Mas?" tanya Anita kembali."Rumahku direnovasi, jadi aku tidak suka menempatinya jika banyak orang yang bekerja,""Tidak masuk akal, aku sudah tahu semua tentangmu! Kamu sudah mempunyai istri bukan, dan aslinya kamu itu kere. Kamu pikir sekarang bisa memanfaatkanku!" ujar Anita, yang ternyata sudah mengetahui semua tentang Pras."Semua itu tidak benar, kamu jangan mempercayai orang yang di restauran itu!" ujar Pras."Aku sudah menyuruh orang, untuk menyelidikimu. Tidak usah berkilah lagi, pergi kamu dari sini..!" Anita masuk kedalam rumah, dan menutup pintunya dengan kasar.Pras terkejut dan terkesiap oleh perlakuan Anita, wanita yang akan ia jadikan cadangan jika nanti di usir oleh Maharani, kini justru sudah mengetahui segalanya sebelum ia mendapatkan
Giliran NandoSetelah mengirim pesan itu, kepada beberapa teman dunia maya nya ia pun tertidur pulas karena ia juga keletihan. **~Pagi HariRetno melihat kalender, ini sudah tanggal muda, uang pensiunan sang Suami biasanya di transfer pada tanggal ini. "Bapak pasti sudah gajian!" gumam Retno, antusias. Ia pun masuk kedalam kamar dan mencari kartu ATM milik Dahlan yang biasa ia letakkan di dalam laci lemari di samping ranjang tidurnya. Retno membuka laci itu tak sabaran, tapi ia tak melihat kartu ATM di sana. "Biasanya di sini kok gak ada sih!" gerutunya. Retno mencoba mencari ke sudut bisa saja nyelip namun nihil tidak ketemu. "Kemana sih ATM itu..!" Retno menggerutu karena tak kunjung menemukannya. Uang di dompet sudah menipis, hanya tinggal selembar 20 ribuan. "Bu, kok belum ada makanan sih! Gita lapar," teriak Gita di depan meja makan, agar sang Ibu mendengarnya.Retno yang mendengar teriakan Gita, menghampiri putri kesayangan itu."Kenapa Nak?" ucap Retno. "Gita lapar, ma
Musibah Untuk Retno"Gita, jangan cegah Ibu. Itu motor Abangmu masih baru beli cash lagi!" ujar Retno."Biarin aja deh Bu, Hitung-hitung untuk melunasi hutangku. Anggap aja itu bantuan dari Bang Nando!" ucap Gita enteng."Jika Ibu lebih memilih membela Bang Nando, berarti Ibu sudah tak peduli padaku. Aku tak akan menganggap Ibu lagi!" ancam Gita, Retno yang hanya mendengar ancaman itu nyalinya menciut dan menuruti kemauan Gita. Dengan pasrah Retno menatap motor baru milik Nando, di bawa oleh para bodyguard Anggun.Gita menghempaskan tubuhnya ke sofa, dan kembali sibuk dengan ponselnya seakan tak ada masalah yang terjadi. Namun Gita tercengang saat melihat story Sisil yang mengunggah pesan mereka pada story IG. "50 Ribu gaes, di tagih sama sosialita halu!" begitulah caption yang di tulis oleh Sisil, ia menyinggung pasal uang 50 ribu itu. "Sh*t..! Sisil awas lo." Gita mengumpat karena unggahan Sisil semakin banyak aib yang orang ketahui tentang dia. "Git, gimana jika Abangmu marah?
Pria Idaman Lain?Farah menyusul Raka dan Bapak mertuanya, kebakaran telah terjadi jam menunjukkan pukul 10 malam. Warga berbondong-bondong berlari kearah rumah Retno untuk membantu memadamkan api, terdengar suara sirine mobil pemadam kebakaran datang. Semua tenaga di kerahkan untuk memadamkan api, yang telah melahap separuh rumah. Tampak Retno menangis tidak jauh dari lokasi rumahnya, para tetangga mencoba menenangkan dirinya. "Ibu dan Gita gak apa-apa kan?" Dahlan mendekati Retno, yang masih shock dengan kejadian itu. "Pak, rumah kita udah kebakar. Gimana ini Pak, Ibu dan Gita mau tinggal di mana lagi!" isak Retno menangis di pelukan Dahlan sang suami. Dahlan mengusap pundak Retno, agar meredakan tangisannya."Nanti itu bisa kita pikirkan, yang penting api itu padam dulu. Dan Ibu sama Gita gak terluka itu paling penting," ucap Dahlan, yang masih penuh kepedulian pada anak dan istrinya namun mereka berdua selalu saja membantah. "Gita ada di rumah Mbak Rahayu, dia tadi pingsan P
Hampir TerungkapRetno mulai terisak, ia menangis."Mulai deh air mata palsunya di keluarkan! Sudah hapal aku sama sifatmu, jika sudah tersudut nangis!" cerca Saidah yang merasa muak melihat Retno mengeluarkan jurus andalannya."Aku sakit hati di tuduh seperti ini," ujar Retno di sela tangisan nya."Tidak ada yang menuduhmu, ini sudah jelas. Di video itu kamu sedang bermesraan dengan pria lain! Bu, kali ini jujur sama Bapak, siapa pria itu kenapa Ibu di kasih uang olehnya bahkan kalian terlihat mesra!" ujar Dahlan."Dia hanya teman Ibu, kami baru bertemu kembali saat itu. Ibu hanya meminjam uangnya, ini juga semua karena Bapak yang lepas tangan akan masalah terjadi. Ibu terlilit hutang Bapak tidak mau membantu, ya sudah Ibu minta tolong saja padanya!" ucap Retno berkilah, kini justru balik menyudutkan suaminya. "Semua ini terjadi karena Gita, kemana suamimu itu Git? Apakah dia tidak mau membayar semua hutang," tanya Dahlan pada Gita."Gita juga tidak tahu dia ada dimana! Tiap di tele