Share

Biaya Pernikahan Mewah Adik Iparku
Biaya Pernikahan Mewah Adik Iparku
Penulis: Devidee17

Minta Biaya Pernikahan

Bab 1

[Bang, semua uangnya 100 juta untuk biaya pelaminan dan konsumsi, dan untuk bikin seragam couple.] begitulah isi pesan, yang di kirim oleh Gita, adik iparku. Tak sengaja aku membacanya di ponsel suamiku, pada chat WA. 

Gita memang akan menikah, Ibu mertuaku meminta bantuan biaya pernikahan pada suamiku yaitu kakak kandung Gita. Aku menyetujuinya, sesuai kesepakatan dengan Bang Raka, kami akan memberi 20 juta itu pun hasil tabungan simpananku dari menulis di platform online. 

Setelah membaca pesan itu, aku menunggu Bang Raka pulang, karena dia masih indoapril untuk membeli sabun cuci muka dan pulsa. Aku harus bilang pada Bang Raka, jika aku tidak mau memberi sebanyak itu untuk pernikahan adiknya. 

15 menit kemudian, Bang Raka tiba di rumah. Aku memberikan ponsel padanya dan meminta ia membaca pesan dari Gita. 

"100 juta? Dari mana kita uang sebanyak ini," ujar Bang Rafa, dan mengernyitkan dahinya saat membaca pesan itu. 

"Aku tidak mau Bang, jika sebanyak itu bilang pada Ibu dan adikmu!" aku meninggalkan Bang Raka yang masih termangu.

**

"Bang, aku ke rumah Rani dulu ya. Mau ambil baju yang ku jahit di tempat dia," ucapku pada Bang Raka, yang sedang asik menonton tv.

"Iya Far, hati-hati..." jawab Bang Raka. 

Aku pun pergi menggunakan sepeda motor kerumah Rani, untuk mengambil gamis yang ku jahit padanya. 

"Kamu gak jahit baju seragam couple di sini Git?" tanya Hani, teman Gita. Ternyata mereka sedang di sini juga, aku mengurungkan niat untuk masuk dan masih di balik pintu dengan sedikit mengintip tampak Mbak Rani juga tidak ada di dalam mereka hanya berdua. 

"Enggak lah Han, aku mau jahit seragam couple pernikahanku pada Designer yang terkenal di kota ini!" jawab Gita dengan pongah.

"Wah, pasti bagus banget seragam couple kalian nanti," 

"Tentu! Aku akan mengalahkan pestanya pernikahannya si Anna, karena resepsiku nanti lebih mewah. Gaun pengantinku saja khusus di rancang hanya untukku bukan sewaan!" ujar Gita. 

"Gak sabar deh lihat pernikahanmu nanti, oiya mbak iparmu Farah kamu sertakan tidak untuk baju couple?" tanya Hani, aku tahu dia sengaja bertanya seperti itu karena keluarga Bang Raka tak menyukaiku terutama Ibu dan Gita. 

"Enggaklah! Dia biar pakai baju yang dia punya, gak sudi mengajaknya untuk bikin seragam Couple. Dia itu kan norak banget," ujar Gita dan mereka berdua tertawa. 

Jadi mereka suka menggunjingku. 

"Mbak Farah, kenapa gak masuk?" Mbak Rani sudah ada di depanku, dan mengagetkan diriku.

"Iya Mbak, baru aja sampai!" jawabku. 

Mbak Rani mempersilahkanku untuk masuk, Gita dan Hani menatapku, mereka sedikit kikuk mungkin takut jika aku mendengar percakapan mereka barusan. Padahal memang aku sudah mendengarnya. 

"Mau ambil gamis ya Mbak," ujar Mbak Rani dan mengambil sebuah gamis di lemari kaca dan memasukkannya kedalam kantong kresek. 

"150 ribu," ujar Mbak Rani dan menyerahkannya padaku. Aku mengambil dompet dan membayarnya.

"Lihat deh, gamisnya aja murah!" bisik Gita pada Hani yang masih bisa ku dengar.

Aku tak peduli dan pamit pergi dari situ. 

"Mbak Hani sebentar saya ambilkan bajunya," ujar Mbak Rani saat aku akan keluar dari rumahnya. 

**

Sangat kesal aku, saat bertemu Gita. Sungguh sangat sombong! 

"Assalamualaikum..," aku mengucap salam saat baru masuk kedalam rumah, ternyata sudah ada Ibu mertuaku di ruang tamu bersama Bang Raka. 

"Kebetulan kamu sudah pulang Far, Ibu mau bicara sama kamu," ujar Bang Raka memintaku untuk bergabung. 

"Ada apa Bu?" tanyaku pada Ibu mertuaku. 

"Jadi gini, kalian pasti tahu lah ya, karena Gita juga sudah mengirim pesan tadi. Jadi uang yang harus kalian sumbang itu 100 juta untuk pernikahan Gita nanti!" ucap Ibu mertua dengan entengnya. 

"Maaf bu, aku tidak bisa!" jawabku, tentu saja gampang sekali meminta uang 100 juta pada kami. 

"Loh, gimana ini sudah bagian Raka. Semua saudaranya juga memberi sumbangan untuk pernikahan ini," Ibu mertuaku yang bernama Retno itu, menatapku tajam.

"Terlalu banyak untuk kami Bu, yang lain juga tidak 100 juta bukan?" aku tetap tidak mau.

"Raka, Ibu tidak mau tahu kamu harus memberi 100 juta! Semua keputusan ada padamu, bukan Farah!" tatap Ibu mertua nyalang padaku. 

Aku menggeleng dan menatap Bang Raka, semoga dia tidak menuruti kemauan Ibu. 

"Ibu tunggu besok uangnya!" Ibu mertuaku berlalu keluar, kebetulan rumah kami memang tidak terlalu jauh. 

"Far, tolong kamu berikan uang 100 juta pada Ibuku. Kamu kan punya simpanan!" Bang Raka sepertinya memihak pada ibunya. 

"Tidak Bang, aku tidak mau. Kenapa harus mengadakan resepsi mewah jika tidak mampu!" 

"Gita anak bungsu, dia juga kebanggaan Ayah dan Ibu. Karena bisa berkuliah, jadi kami harus membuat spesial pernikahannya," jawab Bang Raka.

"Tidak mau Bang! Mau spesial atau tidak. Jika menyusahkan sama saja pembuat masalah," aku berlalu ke dalam kamar, percuma berdebat dengan Bang Raka yang selalu membela keluarganya itu. 

Ponsel Bang Raka bergetar diatas kasur, kebetulan dia jarang membawa ponsel kemana-mana. Aku penasaran dengan cepat membukanya, dan Gita yang kembali mengirim pesan.

[Jangan Abang buat resepsiku gagal, Mbak Farah itu banya uang simpanan, apa salahnya beri keluarga kita 100 juta. Jika Abang tidak mau bantu, Gita tak akan menganggap Abang lagi bagian keluarga ini!] pesan ini bernada ancaman, yang di kirim untuk Abangnya sendiri. Keterlaluan mereka, aku harus melindungi tabunganku di rekening mereka tak akan bisa memaksaku untuk mengambilnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status