Share

Dua puluh lima

Aku tetap masuk ke dalam mobil meski melihat akan ada keributan besar di rumah kakakku itu. Bukan karena aku tidak peduli, tetapi Mbak Vita pasti akan marah jika aku aku ikut campur urusan pribadinya.

"Kamu bukan siapa-siapa, As, nggak usah ikut campur."

"Diamlah, ini urusanku!"

Kata-kata itu yang ia lontarkan waktu itu padahal aku hanya mengingatkan agar tidak memarahi dan mencubit anaknya. Jadi, demi keamanan, kali ini lebih baik aku pulang saja.

Bukan hanya pamit pada Mbak Vita dan Mbak Sindi, aku juga pamit pada Rida. Sungguh diluar dugaan, wanita yang sudah menjadi janda itu berjanji akan sering datang ke rumah ibu. Yang tidak ada embel-embel menantu saja dengan senang hati mau datang sedangkan menantu malah ogah-ogahan.

"Kenapa, Dek? Kok nggak ceria gitu?" tanya Mas Ubay seraya melambatkan laju mobil kami. Tadi ia memang hanya menunggu di dalam mobil dan memintaku datang sendiri menemui Mbak Vita. Hm, pintar sekali dia, menyuruh istrinya menemui seseorang yang sudah pasti bi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status