Share

Dua puluh empat

Ibu menatapku sendu dan seolah tidak ingin melepas kepergian anak perempuannya ini. Kejadian ini sama persis saat aku baru saja menikah dan Mas Ubay minta izin untuk memboyongku ikut tinggal dengannya.

"Titip putri kami, Nak. Jaga dia baik-baik. Semoga kalian selalu bahagia di manapun kalian berada." Bapak menepuk pundak Mas Ubay waktu itu.

Ibu memelukku erat dengan air mata berlinang. Aku sudah terbiasa jauh dengan orang tua, tetapi selama ini bekerja dan kali ini aku akan menghabiskan waktu bersama orang lain yang kini sudah sah menjadi suami.

Kalau dulu ibu yang nangis tetapi sekarang aku yang nggak bisa membendung air mata ini.

"Sudah, nggak usah nangis, jelek nanti. Sebentar lagi juga akan ke sini, kan?" Ibu melepas pelukanku dan mengusap kedua pipiku.

"Yakin, Ibu mau kutinggal?" tanyaku untuk meyakinkan sekali lagi.

"Iya, As. Suamimu lebih berhak atasmu sekarang dari pada Ibu. Berbaktilah padanya dan jangan sampai membuatnya kecewa karena surgamu kini ada di tangannya." I
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status