Share

33. Pengakuan

"Kenapa muka kalian bonyok gitu?" tanyaku.

Suaraku perlahan mulai pulih dan tenggorokan sudah tidak perih lagi. Untungnya lagi, Om Herman mengijinkan alat bantu pernapasanku dilepas karena kondisinya mulai membaik. Ini sudah sehari setelah aku bangun dari tidur yang kuanggap hanya delapan jam, namun ternyata delapan hari. Dan sejak aku bangun, aku sama sekali belum bertemu Angkasa lagi. Sehari kemarin hanya dihabiskan untuk acara pelukan penuh syukur dari Intan, Galang, Iqbal, juga Bu Rini dan pak Udin. Ah, ya, Bunda juga. Sementara Kak Viny dan Papa? Aku belum melihatnya sama sekali. Galang bilang bahwa semua orang sudah mengetahui penyakitku, tanpa terkecuali. Tapi aku juga tidak bisa berharap banyak kalau Papa akan datang.

"Ulah sahabat lo, tuh. Maen tonjok gitu aja. Ya udah gue tonjok baliklah." Iqbal menjawab pertanyaanku barusan.

Aku menatap Galang yang berdiri bersisian dengan Iqbal tepat di samping bangkar tempatku terbaring. Hanya mereka berdua yang menema

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status