Share

Part 18

Mendengar diri sendiri sedang menunggu kematian membuat pikiran menjadi tidak karuan. Antara zikir juga beban amanah beradu dalam sanubari. Tak ayal membuatku tertegun di antara kepanikan mereka.

"Ehem ... ehem, kalau kematiamu sudah tertulis maka kamu akan tetap menemui ajalmu bagaimanapun caranya." Suara Abah membuyarkan lamunanku.

"Bah, Umi sudah melamar Nita untuk Sopyan. Segera kita lakukan ijab qobul dulu, tak ada pesta tak mengapa." Umi menyela sebelum aku berucap.

"Kamu siap Sopyan?" tanya Abah pada Sopyan.

Anggukan tegas terlihat dari kepala pemuda itu dan aku mengernyitkan keningku, seolah aku sudah menerimanya. Abah diam sejenak dan melangkah pergi, dengan menahan sakit aku berbicara,

 "Bah, aku belum menerimanya. Akupun enggak kenal dia, untuk apa aku menikah dengan orang asing!" ujarku meringis.

 "Yakinlah, pernikahan ini akan membawa kebaikan untukmu, Nak." Umi pun berbicara.

"Kalau kamu tidak yakin pada

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status