Share

4. PERNIKAHAN KEDUAKU

Author: Pena_Ri
last update Last Updated: 2023-11-27 19:22:18

4 bulan berlalu.

 "Hari ini pernikahan kamu dan Dika. Kamu harus bahagia setelah ini, Sera. Mama akan selalu dukung apapun yang menjadi pilihan Sera selagi itu membuat Sera bahagia," tulus Rani. 

“Semua baik-baik saja, Nak, kamu harus tenang,” ucap Rani memberikan kata-kata yang membuat hati Sera menjadi terisi. Sera membalas perkataan Rani dengan senyum lembut. Perempuan itu cantik sekali mengenakan gaun pernikahan dibalut hijab auranya semakin memesona. Pipi Sera bersemu merah. Dia malu di depan ibu kandungnya sendiri. "Kamu cantik dengan gaun ini, semoga pernikahanmu diberkahi Allah," doa Rani. 

"Amiin," sahut Sera. "Sera minta doa Mama," ucap Sera mencium punggung tangan Rani.

"Sejujurnya Sera sedikit takut, Ma," jujur Sera, karena perasaan trauma itu masih ada.  "Kenapa? Dika anak yang baik, Nak," tutur Rani. 

"Itu hanya perasaan kamu saja." Sambung Rani. "Jangan berpikir aneh-aneh," kata Rani.

"Iya, Ma," ujar Sera. Mungkin yang dikatakan Mamanya ada benarnya kalau itu hanya perasaan Sera saja. Tidak ada yang perlu ditakutkan. “Perihal anak kamu serahkan semuanya sama Allah,” titah Rani. “Iya, Ma, Sera sayang Mama, terima kasih selalu ada di samping Sera,” tulus Sera.

Kedua orang tua Dika juga baik. Ya, semua akan baik-baik saja. "Ayok keluar," ajak Rani. Rani dan Sera dibantu beberapa orang terdekat menuju meja akad. Sebentar lagi akad akan dimulai. Sementara itu, Sidik sudah berada di tempat. 

Semua tamu yang hadir terkesima melihat betapa cantiknya seorang janda seperti Sera. Meski sedikit terdengar desas-desus tak mengenakan di telinga tentangnya, Sera mencoba mengabaikan hal itu. Mata Sera tertuju kepada seseorang yang duduk mengenakan jas putih, memakai kopiah senada dengan warna setelan jas itu. Itu calon suaminya yang bernama Dika Purnama. 

Sera gugup, dia pun dibantu oleh Rani duduk di sebelah Dika. Wajah pria itu terlihat tegas, dia bergeming saat Sera duduk di sebelahnya. Tak memberikan respons apa-apa. Tatapan matanya begitu lurus, tidak memandang Sera sedikit pun. Entah kenapa itu membuat dada Sera sesak. Dika seolah mengabaikan kehadirannya. 

"Pengantin wanita sudah tiba di sini. Apa kalian siap?"

Keduanya mengangguk sebagai jawaban. Senyum orang tua kedua belah pihak pun terbit. Menyaksikan bagaimana serasinya kedua pengantin itu membuat mereka bahagia. Tak lama, akad pun dimulai. Dika mulai menjabat tangan penghulu. 

"Saya terima nikah dan kawinnya Sera Indira binti Sidik dengan maskawin dan seperangkat alat sholat tersebut, tunai."

Dika mengucapkan kalimat sakral itu dengan lantang dan tegas dengan sekali ucap. Semua pasang mata pun kompak seraya berseru berkata 'sah'. 

 ***

Tak menyangka bahwa malam ini adalah hari pernikahannya untuk yang kedua kali. Sera tak pernah berpikir dalam hidupnya bahwa akan terjadi hal itu.

"Kenapa aku harus menikahi perempuan itu? Bukankah dia mandul?" ucap Dika seraya menuangkan air dingin ke dalam gelas. Lelaki itu berada di dapur. Tenggorokannya terasa kering. Dia mau tak mau menerima perjodohan yang ada demi menjadi CEO dan tidak bisa menolak perintah kedua orang tuanya. 

"Menyebalkan," kesal Dika usai meneguk air putih itu. Dika terkejut, Sera tiba-tiba berada di dapur juga. "Kenapa kau ke sini?" ucap Dika. Nadanya terdengar sensi. 

"A-aku mau nanya sesuatu," kata Sera sedikit takut. Pandangannya tertunduk. "Mas harus mandi. Aku harus siapkan air. Apa Mas bu-"

"Jangan pedulikan aku!" potong Dika. "A-apa?" Sera menatap wajah lelaki itu. "Mas bilang apa barusan?" katanya bertanya lagi. "Dengar baik-baik Sera, aku menerima perjodohan ini bukan karena mau menikah dengan kamu! Tapi, karena kedua orang tuaku!"

"Aku tidak akan dan tidak ingin menganggap pernikahan ini dengan serius," ucap Dika. Tanpa sedikitpun dia memikirkan hati Sera. "Tapi, Mas-" belum usai Sera menyudahi kalimatnya, Dika lebih dahulu menyela. 

"Sudahlah, urus saja dirimu, dan aku akan mengurus diriku sendiri. Jangan berharap lebih, Sera!" tutur Dika. Ya Tuhan...

Dika pergi usai mengatakan kata-kata yang membuat Sera menjadi down. Lelaki itu tidak peduli jika Sera sakit hati. Pasalnya, dia tidak menyayangi wanita mandul itu. Dika lebih memilih mengabaikan. Tidak masalah juga baginya sudah mengatakan hal keji itu. Dia tidak rugi apapun. 

Malam pertama? Dika tak tertarik sama sekali dengan perempuan itu. Ya, memang dia tidak menyayangi Sera. Sera merasakan hatinya teriris-iris. Apa dia begitu buruk di mata Dika? Apakah yang Sera takutkan akan terjadi? Sera mengalami sedikit trauma atas pernikahan yang lalu. Dia sudah pernah gagal. Apa ini juga akan berakhir sama?

Kalau malam pertama pernikahannya saja seperti ini? Lantas, bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Apa Sera bisa menjaga rumah tangganya tetap utuh? 

"Mas Dika, kenapa kamu tega sekali kepadaku...?"

“Ya Allah, kenapa nasibku seperti ini?”

Sera pikir memulai hidup baru juga akan mendapatkan kebahagiaan baru. Nyatanya, ini tidak seperti yang ia pikirkan. Dika yang Sera anggap pria baik-baik justru mampu menyakitinya dengan kata-kata.

“Aku harus apa, Ya Allah… aku sadar aku ini hanya wanita mandul, tapi apa dia pantas perlakukan aku dengan ketus seperti itu,” kaki Sera terasa lemas. Ini seharusnya menjadi hari atau momen bahagia. Tapi, Sera malah mendapatkan hal buruk lagi dan lagi. Lantas kapan dirinya bahagia?

“Tidak, aku tidak boleh seperti ini,” ucap Sera. Mata Sera yang sedikit merah karena menahan diri untuk menangis itu pun mencoba untuk menepis segala hal yang menyakitinya barusan. Sera dengan langkah yang dipaksa kuat itu berjalan menuju kamar.

Ia tidak ingin momen yang seharusnya bahagia malah justru semakin berantakan. "Ini belum seberapa Sera, kamu harus sabar menghadapi pria itu," lanjut Sera. 

***

Tidak peduli dengan ucapannya pada Sera menyakiti atau tidak, lelaki itu justru menenggelamkan diri di atas ranjangnya. Dia tidak peduli dengan statusnya yang telah berubah menjadi suami orang. Seolah menganggap pernikahan itu adalah mainan. 

Sementara itu, Sera merasakan batinnya hancur lagi dan lagi. Pernikahan kedua yang dia jalani seharusnya lebih baik, namun kenyataannya sama saja. Dahulu, ia memiliki mertua yang judes, melontarkan kata-kata hinaan tanpa berpikir akan sakit hatinya atau tidak. Kini, justru suaminya yang ia pikir akan membuatnya hidup bahagia malah berani mengabaikannya. 

Biarpun ujian pernikahannya berat, Sera tetap akan tegar. Terlebih kedua orang tua Dika sejak awal menyukai keberadaannya. Tinggal bagaimana dirinya dapat meraih hati Dika. Sera harap Dika cepat atau lambat akan menghargai keberadaannya. 

Dan kali ini Sera kembali ke kamar untuk melihat suaminya. Setelah berdebat pulang telat pagi tadi, Sera kira Dika tidak akan marah dibangunkan karena sudah waktunya makan malam, ternyata sama saja. Sera ingin marah karena Dika tak menghargai masakannya. Tapi, lelaki itu sama sekali tidak terlihat peduli. Perempuan itu kembali merasakan sesak. 

'Tuhan, ini sakit sekali, kenapa suamiku selalu mengabaikanku?' 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   119. AKU, KAMU DAN BUAH HATI (TAMAT)

    5 tahun kemudian."Kara!" Seorang pria dengan gagahnya menghampiri sang putri. Dan berjongkok seraya memeluknya. "Assalamualaikum Papa!""Waalaikumsalam, bagaimana sekolahnya?""Kara dapat bintang lima dari guru!" ungkap bocah kecil bernama Kara itu. "Wah, keren anak Papa! Kamu memang cerdas seperti mama kamu!""Papa juga cerdas! Papa punya hotel besar!"Mendengar celotehan sang anak, Dika pun terkekeh. "Papa, ayok pulang. Kara mau ketemu Mama!" ajaknya. Dika mengangguk seraya bangkit. Dia menggandeng putri kandungnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak terasa, waktu lima tahun begitu cepat. Dika sudah menjadi pria sejati yang begitu baik menjadi suami untuk Sera. Dika amat merasa bersyukur karena diberikan istri soleha seperti Sera."Kara mau makan es krim, Papa." "Mau es krim?" ulang Dika. Gadis kecil berhijab itu mengangguk. "Oke, tapi kita pulang dulu jemput mama, ya?" "Iya, Papa, horeee Kara makan es krim sama mama dan papa!" Kara sangat menggemaskan. Dia juga memiliki pipi yang

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   118. BABY K or Baby R?

    "Se, ini apa?" Dika melotot sembari memegangi benda kecil, tipis bergaris dua. Lantas pria itu menoleh ke arah sang istri. "Sera... ini serius? Ka... kamu hamil?" Dika gugup. Sera mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Aku hamil. Aku hamil anak kamu, Mas. Aku bisa hamil. Kita punya buah hati sekarang!" tutur Sera antusias. Dika pun mendekap tubuh Sera dengan erat sembari mendaratkan kecupan di kening wanitanya. "Sera... terima kasih! Terima kasih banyak. Aku sangat bersyukur dengan hadiah ini. Aku bahagia telah memiliki wanita hebat seperti kamu." "Aku... aku juga, Mas. Aku bahagia karena telah dipertemukan dengan lelaki sesabar kamu. Yang begitu menyayangi diriku tanpa berpikir meninggalkan aku pergi di saat kamu tahu kekuranganku. Terima kasih, Mas...," kata Sera. Untuk sekejap saja, pelukan mereka yang hangat dan nyata dengan rasa syukur yang tiada henti. Jangan biarkan lagi dua insan saling mencinta itu berpisah. Diam-diam, Seda terisak dalam pelukan sang suami. Dia begitu

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   117. Mimpi yang Mengerikan

    Siapa yang tidak senang kalau suaminya yang kerja di luar kota akan kembali pulang ke rumah? Dengan dress panjang berwarna peach, wanita yang duduk di depan meja rias itu tak henti mengukir senyum. Ditambah lagi, dia memiliki kejutan untuk sang suami. Kejutan besar yang akan membuat Dika bahagia. Sera mengusap-usap perutnya dengan lembut dan perlahan. Tak menyangka, penantian yang selama ini dia nantikan akhirnya terwujud. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Sera tidak tahu bagaimana lagi mengungkap rasa syukurnya. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dari ujian yang dialaminya bertubi-tubi, Sera dihadiahi keinginannya untuk memiliki buah hati. Ia tak sabar memberikan kabar gembira itu pada sang suami. Sera sangat menantikan reaksi Dika. "Mas Dika, aku hamil anakmu, Mas. Aku bisa hamil juga. Akhirnya, Tuhan mewujudkan keinginanku. Aku tidak sungguh mandul.""Ya Allah, aku sungguh berterima kasih atas karunia yang Kau berikan dan titipkan. Aku akan menjaga buah ha

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   116. Berjuang

    Hari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   115. Junior Sera dan Dika

    “Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   114. Diperlakukan Layaknya Ratu

    Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status