Share

3. MENOLAK PERJODOHAN

Author: Pena_Ri
last update Last Updated: 2023-11-27 19:19:06

"Ya Allah, aku akan dijodohkan oleh kedua orang tuaku? Bagaimana perihal kemandulanku?"

Baru saja Sera mengatakan hal itu, ketukan pintu kamar terdengar. Sera yang tengah duduk di tepian ranjang lantas bangkit seraya membuka pintu tersebut.

"Sera kamu sungguh mau menerima perjodohan ini? Ini demi kebaikan kamu, pikirkan baik-baik," kata Sidik. Sera mengangguk. Dia sudah pikirkan matang-matang. Perihal kemandulannya, Sera pasrah dengan kehendak-Nya.

Menerima perjodohan dan memulai pernikahan kedua adalah keputusannya. Sera harus bisa memilih jalan mana yang terbaik.

"Mas, kita tidak perlu memaksakan keinginan Sera," ujar Rani. "Mas tidak memaksakan. Mas hanya bertanya."

"Sayang, apa kamu benar-benar menerima perjodohan ini? Mama ingin Sera menerima perjodohan ini dengan keinginan Sera sendiri. Bukan karena keinginan kami," ujar Rani.

"Sera siap, Ma. Sera mau," tegas Sera.

Sedikit trauma dengan pernikahan, tapi Sera juga harus memikirkan kehidupan ke depannya. Bahwa pernikahan juga adalah kewajiban. Jadi, Sera ingin memulai hidup yang baru.

"Jika begitu, kami berdua berharap kamu hidup lebih baik, Nak, kamu berhak bahagia," Rani menarik Sera ke dalam pelukannya.

"Mama tidak ingin Sera sedih lagi," ujar Rani. "Setelah ini Sera pasti dapat keluarga yang harmonis," yakin Rani.

"Terima kasih, Ma," lirih Sera. Wanita itu menahan diri untuk tidak menangis. Karena ketulusan Rani dan Sidik membuat Sera begitu tersentuh.

Perjodohan ini ada karena kedua orang tua Sera tidak ingin melihat Sera merenung dan melamun dalam kondisi sendirian. Sera mungkin tidak sadar akan hal itu. Tapi, baik Rani maupun Sidik begitu peduli terhadap kondisi Sera. Sera bisa saja tertawa dan berusaha baik-baik saja. Dibalik itu, Sera juga perempuan yang butuh sosok laki-laki baik.

"Sera pasti punya anak kan, Pa, Ma?"

"Tentu, sayang, Allah hanya belum mengizikan, jadi Sera mesti banyak-banyak sabar."

“Jangan sedih, Sera,” pinta Sidik. Sera mengangguk kecil.  "Kekecewaan kamu kemarin pasti ada hikmahnya, Nak," kata Sidik dengan tenang. "Iya, Pa," jawab Sera.

'Suatu saat aku pasti punya anak dan hidup bahagia bersama keluarga kecilku, Ya Allah,' ucap Sera. 'Bismillah, Ya Allah, izinkan pernikahan keduaku berjalan dengan sebaik-baiknya.'

Sera tidak mungkin selamanya hidup menjadi janda. Sidik dan Rani memutuskan menjodohkan Sera karena peduli dengan masa depan sang putri.

***

“Assalamualaikum Dika, sudah pulang kamu?” suara wanita itu terdengar lembut. “Bagaimana hotel kita?” tanyanya sebelum Dika menyahut.

“Waalaikumsalam, Dika baru sampai di apart,” kata Dika.

“Ya, hotel aman. Dan Dika sudah bicara sama papa juga soal Dika akan urus hotel sepenuhnya,” ucap Dika. Tak ada keraguan mengatakan hal tersebut.

“Ya, papamu meyakinkan sepenuhnya ke kamu,” ucap wanita yang duduk di sofa itu. “Apa kamu sudah makan, Nak?” dia bertanya hal yang sebetulnya pertanyaan klise. Namun, sebagai seorang ibu tetap saja dirinya perlu dan khawatir mengenai kesehatan sang putra.

“Dika akan makan setelah ini,” kata Dika. Lantas, setelah bertanya perihal makan, wanita yang mengkhawatirkan keadaan putranya tersebut mengganti ke arah topik lain yang membuat Dika merasa sensitif kalau dibahas.

“Dika, ada yang mau Mama bicarakan, ini sedikit serius, kamu sudah bukan remaja lagi, Nak. Apa kamu tidak berpikir untuk segera menikah?”

“Menikah?” beo Dika. “Dika, ini demi kebaikan kamu juga,” ucap Karin. “Carilah wanita yang tepat atau Mama yang akan turun tangan,” lanjut Karin serius juga menakutkan Dika yang tengah bersantai di dalam apartemennya.

Menurut Karin, usia 25 tahun putranya sudah harus menikah. Lagi pula, Karin telah memiliki calon menantu yang baik untuk Dika. Sengaja ia menyuruh anak satu-satunya itu untuk mencari seorang gadis dahulu. Padahal dia sendiri sudah menyiapkan. Karin memiliki feeling kuat dengan seorang perempuan dari anak temannya. Mungkin juga sudah dia anggap sahabat.

Karin memikirkan ini tidak hanya seorang diri. Dia juga sudah berkomunikasi dengan sang suami yaitu Deri. Mereka berdua sepakat untuk menjodohkan putranya dengan putri temannya itu. Ini adalah waktu yang menurutnya tepat. Belum lama dia dapat kabar kalau Sera sudah bercerai dengan suaminya.

Karin dan Deri kenal baik bagaimana Sera. Mereka mengenal Sera saat semasa sekolah. Karin tidak peduli dengan masa lalu yang terjadi pada Sera. Berita bahwa Sera sudah pernah menikah tidak menjadi halangan baginya. Yang terpenting adalah masa depan anaknya. Intinya, Karin memiliki sesuatu yang kuat kenapa dia memilih Sera menjadi pasangan hidup untuk anaknya.

“Kita bicarakan lagi nanti bersama papamu, Dika,” putus Karin. Dia mematikan sambungan telepon usai memberi salam. Dan mendengar salam baik dari putranya.

***

 Dika tak habis pikir, dia baru saja menginjakkan usianya yang ke 25 tahun. Tapi, mamanya meminta  dirinya untuk menikah? Perasaan Dika menjadi kalut. Dia berteriak seraya mengacak rambutnya frustrasi. Lantas pikirannya tertuju pada seorang gadis.

Dika merebahkan diri di atas sofa, menggunakan kedua tangannya menjadi bantalan kepala. Pandangannya tertuju pada langit-langit apartemen. “Ck, kenapa harus menikah? Aku baru saja diputuskan untuk bertanggung jawab masalah hotel, sekarang menikah? Tidak habis pikir. Kenapa jadi anak semata wayang seperti ini?” keluh Dika.

“Lia, aku harus bagaimana? Bagaimana dengan hubungan kita?” dia bermonolog. Memikirkan Lia. Lia adalah kekasihnya. Ya, berpacaran sudah hampir 7 bulan, Dika belum berani membawa ke orang tuanya. Hanya satu alasannya, dia tidak siap.

“Tidak, aku harus menolak pernikahan ini. Aku belum siap menikah!” serunya mantap. Dika masih ingin menghabiskan waktunya dengan sang kekasih tanpa harus memikirkan masalah pernikahan. Tidak mudah baginya menikah tanpa kesiapan. Dika harus berbicara pada orang tuanya nanti. Dia belum siap menikah. Ya, dia harus berani menolak permintaan yang satu itu.

 ***

Di dalam rumah yang besar dengan nuansa yang cerah, rumah didominasi cat berwarna putih dan keemasan itu terlihat megah, indah dan rapi. Rumah dua tingkat yang hanya diisi dengan 5 orang saja. Pemilik rumah tersebut sedang menunggu sang anak pulang. Mereka berdua tampak gelisah karena putranya tidak juga muncul.

“Mas, Sera itu perempuan baik-baik. Aku punya feeling kalau dia nantinya akan hidup bahagia dengan putra kita,” ucap Karin yang dianggukkan oleh sang suami.

Deri pun menyahut, “apapun keputusanmu aku akan ikut. Tapi, kita juga harus dengar apa yang dikatakan Dika nanti.”

“Iya, Mama paham Papa mencemaskan Dika. Tapi, aku tidak tega membiarkannya hidup seorang diri. Dika harus ada yang merawat.”

“Iya, Mama benar, Papa pun kasihan melihat Dika. Dia pasti terbebani.”

“Untuk itu, kita bisa menjodohkannya segera dengan anak teman kita, Mas.”

“Aku bahagia jika kita menjadi besan dengan keluarga Sidik,” aku Deri. “Ya, aku juga senang bila Sera menjadi menantu kita. Aku tahu Sera belum lama ini bercerai. Tapi, bukan berarti itu akan membuat hidup putra kita sengsara. Aku yakin pernikahan mereka baik-baik saja nantinya.”

“iya, Mas setuju apa katamu,” kata Deri.

“Bagaimana jika Dika nanti menolak?” tanya Deri. Sebagai seorang ayah, dia tetap mengkhawatirkan perasaan putranya.

“Kau harus tetap berpikir positif, perjodohan ini harus tetap berjalan.”

“Tidak!” teriak seseorang yang membuat Deri dan Karin terkejut bersama. Itu adalah suara lantang dari Dika. Ada banyak yang lelaki itu pikirkan untuk masa depannya dengan wanita yang ia miliki. Bagaimana mungkin dia menerima perjodohan itu begitu saja.

Tapi, apa penolakan Dika itu sungguh terwujud? Apa dia dan Sera, wanita yang dijodohkan dengan Dika itu tidak akan benar-benar menikah? Lantas bagaimana dengan jabatan Dika yang akan menjadi pewaris tunggal CEO dari Hotel Citra Queen?

Apa lelaki yang berusia 25 tahun itu rela menyia-nyiakan kesempatan tersebut hanya demi seorang kekasih yang belum ada niat untuk ia nikahi?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   119. AKU, KAMU DAN BUAH HATI (TAMAT)

    5 tahun kemudian."Kara!" Seorang pria dengan gagahnya menghampiri sang putri. Dan berjongkok seraya memeluknya. "Assalamualaikum Papa!""Waalaikumsalam, bagaimana sekolahnya?""Kara dapat bintang lima dari guru!" ungkap bocah kecil bernama Kara itu. "Wah, keren anak Papa! Kamu memang cerdas seperti mama kamu!""Papa juga cerdas! Papa punya hotel besar!"Mendengar celotehan sang anak, Dika pun terkekeh. "Papa, ayok pulang. Kara mau ketemu Mama!" ajaknya. Dika mengangguk seraya bangkit. Dia menggandeng putri kandungnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak terasa, waktu lima tahun begitu cepat. Dika sudah menjadi pria sejati yang begitu baik menjadi suami untuk Sera. Dika amat merasa bersyukur karena diberikan istri soleha seperti Sera."Kara mau makan es krim, Papa." "Mau es krim?" ulang Dika. Gadis kecil berhijab itu mengangguk. "Oke, tapi kita pulang dulu jemput mama, ya?" "Iya, Papa, horeee Kara makan es krim sama mama dan papa!" Kara sangat menggemaskan. Dia juga memiliki pipi yang

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   118. BABY K or Baby R?

    "Se, ini apa?" Dika melotot sembari memegangi benda kecil, tipis bergaris dua. Lantas pria itu menoleh ke arah sang istri. "Sera... ini serius? Ka... kamu hamil?" Dika gugup. Sera mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Aku hamil. Aku hamil anak kamu, Mas. Aku bisa hamil. Kita punya buah hati sekarang!" tutur Sera antusias. Dika pun mendekap tubuh Sera dengan erat sembari mendaratkan kecupan di kening wanitanya. "Sera... terima kasih! Terima kasih banyak. Aku sangat bersyukur dengan hadiah ini. Aku bahagia telah memiliki wanita hebat seperti kamu." "Aku... aku juga, Mas. Aku bahagia karena telah dipertemukan dengan lelaki sesabar kamu. Yang begitu menyayangi diriku tanpa berpikir meninggalkan aku pergi di saat kamu tahu kekuranganku. Terima kasih, Mas...," kata Sera. Untuk sekejap saja, pelukan mereka yang hangat dan nyata dengan rasa syukur yang tiada henti. Jangan biarkan lagi dua insan saling mencinta itu berpisah. Diam-diam, Seda terisak dalam pelukan sang suami. Dia begitu

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   117. Mimpi yang Mengerikan

    Siapa yang tidak senang kalau suaminya yang kerja di luar kota akan kembali pulang ke rumah? Dengan dress panjang berwarna peach, wanita yang duduk di depan meja rias itu tak henti mengukir senyum. Ditambah lagi, dia memiliki kejutan untuk sang suami. Kejutan besar yang akan membuat Dika bahagia. Sera mengusap-usap perutnya dengan lembut dan perlahan. Tak menyangka, penantian yang selama ini dia nantikan akhirnya terwujud. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Sera tidak tahu bagaimana lagi mengungkap rasa syukurnya. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dari ujian yang dialaminya bertubi-tubi, Sera dihadiahi keinginannya untuk memiliki buah hati. Ia tak sabar memberikan kabar gembira itu pada sang suami. Sera sangat menantikan reaksi Dika. "Mas Dika, aku hamil anakmu, Mas. Aku bisa hamil juga. Akhirnya, Tuhan mewujudkan keinginanku. Aku tidak sungguh mandul.""Ya Allah, aku sungguh berterima kasih atas karunia yang Kau berikan dan titipkan. Aku akan menjaga buah ha

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   116. Berjuang

    Hari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   115. Junior Sera dan Dika

    “Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   114. Diperlakukan Layaknya Ratu

    Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status