Ini adalah kisah tentang Sera Indira, seorang janda yang bercerai lantaran mertuanya tidak ingin memiliki menantu yang mandul. Sudah menikah 4 tahun, Sera Indira tidak juga dikaruniai seorang anak. Reva, benci diolok-olok karena tidak juga memiliki cucu. Hingga, di umurnya yang ke 25, Sera dijodohkan dengan seorang CEO pemilik Hotel Citra Queen. Pernikahan Sera yang sekarang tidak berjalan mulus lantaran Dika, suami barunya itu telah memiliki seorang kekasih. Dan Dika menyetujui perjodohan itu hanya karena kedua orang tuanya. Mampukah kali ini Sera mempertahankan rumah tangganya? Atau akan berakhir seperti pernikahan sebelumnya? NOTE : - 18+ - AGAMIS - KUNCI BAB (Nggak cuma pakai koin, bisa pakai iklan :)) - Seru~
Lihat lebih banyakHari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan
“Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b
Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.
Sera menangis tersedu-sedu. Dia berulang kali mengusap air matanya yang terjatuh lagi dan lagi. "Semua baik-baik saja, Sera. Kamu tidak usah takut lagi," ujar Nindy memberikan pelukan hangat untuk teman sekaligus pemilik butik itu. "Tetap saja aku takut, Nin. Mantan suamiku selalu mengganggu aku dan juga Mas Dika," tutur Sera. "Tolong jangan beri tahu Mas Dika tentang ini, Nin," pinta Sera. "Kenapa?" Nindy bingung. "Aku takut dia semakin khawatir. Dia bisa saja melakukan sesuatu di luar nalar kalau tahu tentang kejadian tadi," ucap Sera dengan mata berlinang."Tapi, Sera, aku rasa dia juga perlu tahu. Kamu harus memberi tahu karena dia bisa melindungi kamu nantinya," ujar Nindy. "Dia pasti sangat khawatir istrinya kenapa-kenapa," sambung Nindy."Nindy, aku mohon...," Sera mempelihatkan wajah melasnya. Nindy menghela napas, "baiklah jika itu mau kamu. Aku akan rahasiakan kejadian ini. Aku harap pria itu tak
"Jadi, kau pergi dengan seorang dokter, Raisa?!" tanya Renal dengan nada tinggi. Seperti biasa, keduanya tak pernah berkomunikasi dengan baik. "Kenapa memangnya?" dengan wajah ketus, kedua tangan menyilang di depan dada, Raisa berbicara kepada sang suami. "Kenapa kau marah dengan itu? Bagaimana dengan kau sendiri yang pergi diam-diam tanpa sepengetahuanku?" ucap Raisa. "Jangan belaga sok suci, Mas, haha," wanita itu terkekeh di ujung kalimat. "Jangan kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakang seperti apa," sambungnya. "Apa maksudmu, Raisa?" tanya Renal. Entah kenapa Renal merasa takut akan sesuatu. "Seharusnya kamu tetap bisa bersikap baik kepadaku. Dan jangan membuatku marah," Raisa tersenyum miring. Hal itu membuat Renal benar-benar takut."RAISA?" panggil Renal dengan nada suara yang keras. Raisa tak menggubris ucapan sang suami. Dia tetap pergi ke kamar.Dia menggumam, "kau pikir aku tidak tahu k
"Mas, Mas," Sera memanggil nama suaminya berulang. Keluar dari mobil lelaki itu berjalan lebih dahulu masuk ke dalam rumah. "Ya Tuhan, Mas Dika tunggu aku," pinta Sera. Sera menghela napas, andai tak bertemu dengan Renal, mungkin Dika akan baik-baik saja. Wajah lelaki itu juga berubah ketus dan menjadi dingin usai bertemu mantan suami Sera. "Mas," panggil Sera lagi ketika sudah berada di dalam kamar. "Kenapa kamu jadi cuek sama aku?" ucap Sera. "Apa aku ada salah? Mas aku juga kan tidak tahu kalau ada pria itu di restoran," keluh Sera. "Apa kamu mengajakku ke restoran itu untuk bernostalgia tentang masa lalumu, Se?" tanya Dika. "Ya Tuhan. Apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir aku seperti itu?" ucap Sera. "Mas, tak pernah terlintas sama sekali dalam diriku untuk mengingatkanmu tentang masa laluku. Aku mengajakmu ke sana murni untuk makan bersama!" sanggah Sera. "Tolong jangan marah sama aku. Katanya kita
"Mas," ucap Sera. "Aku takut," aku Sera. "Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi hal buruk. Biasanya kamu yang selalu menyadariku untuk berpikir positif," ujar Dika. "Hm," Sera lesu. "Sini, kemarikan tangan kamu," pinta Dika. "Kenapa dengan tanganku?" tanya Sera. Dika lantas menggenggamnya. "Dengan seperti ini, kamu memiliki kekuatan nantinya," ucap Dika. Mendengar itu, Sera tersenyum. "Semangat dong, Se," titah Dika. "Ayok, kita harus bertemu dokter 1 jam lagi," ajak Dika. Sera bangkit. Menghela napas, Sera harus menyingkirkan segala sesuatu hal yang bisa berdampak buruk padanya. "Jangan jauh-jauh dariku ya, Mas," pinta Sera. Dalam proses seperti ini, Sera ingin selalu ada orang yang bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah. Ada banyak ketakutan dalam diri wanita itu. Sera merasa kuat di luar, tetapi tidak dalam dirinya. Terlebih ada banyak orang di luar sana yang mampu menjatuhkan diri Sera. Namun, adanya Dika di s
"Mas, foto aku di sana!" Sera dan Dika sedang mengadakan camping di belakang rumahnya yang begitu luas. Keduanya mendirikan satu tenda yang cukup di isi 2 orang. Di halaman rumah tersebut dengan rumput hijau yang bisa menampung satu keluarga untuk menghabiskan waktu bersama. Hari sudah sore, cocok untuk mereka mengambil banyak momen. Siluet wanita itu tampak cantik saat difoto bersama senja. "Mas, ayok foto bersama!" titah Sera. Dika menuruti permintaan wanitanya. Lelaki itu memasang kamera dengan tripod. Lalu, memasang waktu untuk mengambil foto berdua. Masayaallah. Mereka benar-benar tampak serasi. Keduanya mengambil foto dengan berbagai macam gaya. Apa mereka sadar kalau mereka berdua begitu romantis?"Se," panggil Dika sebelum mereka berdua mengecek hasil foto. "Iya?" Dika lantas membenarkan hijab Sera yang sedikit kusut dan berantakan. Sudah rapi, dia mengajak istrinya duduk di depan tenda seraya melihat-lihat foto
"Pa, bagaimana jika kita memperluas CQ lagi dengan membangun villa?" saran Dika. Duduk di kursi rotan dengan salah satu kaki berada di atas kaki lain. Di sampingnya terdapat meja bundar berukuran sedang. Dika lantas meraih cangkir kopi yang ada di atas meja tersebut. Lalu, menyeruput kopi itu sedikit. Menaruh lagi cangkirnya ke tempat semula sambil menyimak perkataan Deri. "Hm, kalau Papa belum bisa acc, Dika akan pertimbangkan pemikiran Dika juga sampai benar-benar matang, lagi pula Dika rasa ini bakalan baik untuk kemajuan CQ," lanjutnya, Dika berharap idenya itu diterima Deri. Namun, dalam membangun suatu tempat banyak sekali yang harus dipikirkan. Tidak mudah juga karena ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan.Deri masih mempertimbangkan. Dika menutup telepon. Saat dia hendak masuk ke dalam, seseorang sudah berdiri cukup lama menunggunya untuk bicara."Minggir," sinis Dika. "Mas, aku mohon, bicara sebentar denganku. Dengarkan penj
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.