“Maaf, Drey. Kita nggak ada maksud, kita tahu Mas Wisnu suka sama kamu dan serius, makanya kita bantu Mas Wisnu.” Derry mengatakan dengan memberikan tatapan penyesalan.
Audrey mendapati kedua rekan kerja seniornya mendatangi dirinya saat baru datang, menarik dirinya keluar di salah satu makanan cepat saji yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Mereka berdua menjelaskan alasan brada di pihak Wisnu, tanpa perlu Audrey susah-susah meminta mereka bercerita.“Ya sudah sih, lagian niat mbak dan mas baik sama Mas Wisnu.” Audrey menenangkan mereka berdua.“Lalu hubungan kalian berdua?” tanya Fifi penasaran.“Mbak tanya Mas Wisnu aja,” jawab Audrey yang membuat mereka berdua menatap malas.“Mas Wisnu masuk hari ini?” tanya Derry yang hanya diberikan jawaban mengangkat bahu “Kok nggak tahu?”“Mas Wisnu memang nggak bilang masuk atau nggak, mas.” Audrey menjawab sabar.“Kalau dari pengamatan aku...kalian sudahWisnu selalu penuh kejutan, Audrey belum memberikan jawaban atas lamarannya dan sekarang bertemu dengan orang tuanya. Membantah juga tidak akan bisa sama sekali, walaupun pernah bertemu sekali tapi tetap tidak bisa dianggap bertemu dengan berbicara panjang, tapi sekarang harus berhadapan dan berbicara panjang dengan mereka.“Kamu nggak salah? Usia kalian beda jauh loh, Nu.” Papanya Wisnu menatap tidak percaya.“Wisnu sudah yakin.”Audrey yang berada disamping Wisnu hanya diam, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Beberapa kali tatapannya bertemu dengan orang tua Wisnu tapi langsung menundukkan kepalanya, genggaman tangan yang Wisnu berikan sebagai tanda penguat darinya.“Kita sih penting kamu bahagia sudah cukup.”Audrey menatap tidak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari bibir papanya Wisnu, mengalihkan pandangan kearah mamanya yang berada disamping. Tatapan mereka bertemu membuat Audrey kembali menundukkan kepalanya, t
Mengusap wajahnya kasar, Audrey tidak bisa dihubungi sama sekali. Datang ke rumahnya orang tua Audrey mengatakan jika Audrey sudah keterima kerja di kota Bandung, tidak mungkin diam dan tidak memberitahukan sama sekali. Surat pengunduran dirinya diletakkan diatas meja kerjanya oleh OB, menurut informasi dikirimkan atas nama dirinya.Wisnu sama sekali tidak menyangka Audrey melakukan hal ini, selama ini semua berjalan baik-baik saja. Audrey tidak membantah sama sekali dengan keinginannya, hembusan nafas panjang dikeluarkan Wisnu yang seakan tersadar dengan semua yang dilakukannya.“Mas,” panggil Derry yang membuat Wisnu menatap kearahnya “Hasil audit sudah aku kirim ke email.”Wisnu menganggukkan kepalanya “Der, Audrey ada ngomong apa gitu sama kamu?”“Bener resign?” tanya Derry memastikan yang diangguki Wisnu “Audrey nggak pernah cerita apa-apa, mas. Fifi juga nggak tahu apapun tentang Audrey, dia jarang bicara hal pribadi sama kita.”
“Mau sampai kapan disini?” suara nenek terdengar mendekati Audrey.“Nenek nggak suka aku disini?” tanya Audrey dengan mengerucutkan bibirnya “Aku bilang sama kakek kalau nenek sudah ngusir aku.”Pukulan pelan diberikan nenek pada Audrey yang membuatnya mengerucutkan bibir “Anak nakal, terus kamu gimana?”“Disini temani nenek sama kakek.” Audrey menjawab tanpa beban.“Baiklah, terserah kamu.” Neneknya menyerah berbicara dengan Audrey “Nenek sudah tidak tahu harus bicara bagaimana sama kamu, apa kamu nggak kasihan sama Wisnu?”“Nggak, biarkan aku berpikir tenang dulu.”“Baiklah, kamu bisa disini selama yang kamu inginkan tapi satu hal jangan gantung nasib orang. Bayangin kamu di posisi dia pasti rasanya nggak enak, dibicarakan bukan kabur.”“Nenek makin cerewet.” Audrey menggoda neneknya yang lagi-lagi mendapatkan pukulan pelan di lengan “Sakit, nenek.”“Sudah, mending didalam menikmati hidup darip
Audrey menatap bangunan rumah yang pernah didatanginya saat liburan atau weekend, tapi pada saat itu datang karena diajak dan dijemput. Berbeda dengan sekarang dimana Audrey datang dengan tiba-tiba, tidak tahu pemilik rumah ada didalam atau tidak, tapi satu yang pasti sekarang bukan waktu sibuk audit.Menekan bel dengan harapan sang pemilik rumah yang membukanya, pagar terlalu tinggi membuat Audrey tidak bisa melihat mobil sang pemilik rumah. Hembusan nafas dikeluarkannya beberapa kali sebelum menekan bel rumah, menunggu beberapa saat tidak terbuka sama sekali, mencoba sekali lagi dengan menekan bel dan lagi-lagi tidak ada perubahan. Audrey menatap ragu, mencoba sekali lagi untuk ketiga kali atau terakhir kalinya dengan menekan bel, menunggu lagi dan hembusan nafas panjang dikeluarkannya ketika tidak ada pergerakan sama sekali, tampaknya sang pemilik tidak ada di rumah.Audrey menatap ponselnya dengan nomer lamanya, sedikit ragu menghubunginya tapi terlalu lama
Persiapan mereka menikah sangat cepat, Wisnu dan keluarganya sudah menyiapkan semuanya tanpa memerlukan Audrey. Beberapa jam yang lalu mereka resmi menikah, Galih menemani Wisnu sepanjang acara, mereka menikah dengan sangat sederhana karena memang keinginan Audrey dan terpaksa Wisnu memenuhinya.Audrey tidak mau diajak bulan madu, padahal Wisnu menginginkan bulan madu. Berbagai macam pertimbangan mereka melakukan bulan madu di kota sebelah tidak sampai Bali atau Lombok atau luar negeri. Mereka akan melaksanakan bulan madu nanti setelah pekerjaan di kantor selesai, awal dan akhir bulan adalah waktu sibuk-sibuknya dimana mereka harus melakukan audit dari satu perusahaan ke perusahaan lain.Wisnu sudah memutuskan membawa Galih bersama dengan mereka, Audrey tidak masalah. Mereka sudah bertemu dan sejauh ini Galih anak yang baik, anak yang tidak macam-macam dan mudah diatur. Audrey beberapa kali interaksi dengan Galih, bahkan sebelum pernikahan mereka menghabiskan w
“Tante, papa memang kerjaannya banyak?” tanya Galih yang membuat Audrey mengerutkan keningnya. “Memang kenapa?” “Aku cuman ketemu papa lagi aja, anter sekolah selanjutnya sama supir.” Galih mengatakan dengan wajah sedihnya. “Mau ke kantor papa?” “Memang boleh tante?” Audrey mengangguk pelan “MAU! Tapi papa bakal marah nggak?” “Tante tanya teman papa disana, kamu siap-siap.” Audrey mengambil ponselnya bertanya pada Fifi dengan langsung menghubunginya, cukup lama panggilan tidak diangkat sampai akhirnya beberapa kali panggilan baru diangkat dengan suara berisik. Audrey langsung bertanya tentang tujuannya yaitu keberadaan Wisnu dan mengatakan akan memberi kejutan. “Wah...sudah tampan...tunggu disini tante ganti pakaian dulu.” Audrey melakukannya dengan cepat, mendapati Galih yang bermain di tempatnya. Pergi dengan supir yang Wisnu pekerjakan khusus untuk mereka berdua, lebih tepatnya Galih. Mereka m
“Aku nggak mau ke rumah mama.” Galih berkata sambil lalu.Audrey menatap Wisnu dengan tatapan tanda tanya, Wisnu sendiri hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu apa-apa. Audrey tidak mungkin membahas atau bertanya hal ini pada mantan istri Wisnu, mendatangi Galih yang tampak tidak terjadi apapun, mencoba memberikan pengertian agar mau ke rumah mamanya bersama dengan keluarga kecilnya.“Kamu besok waktunya di rumah mama, memang nggak kangen sama mama?” tanya Audrey sambil membelai rambut Galih.“Nggak!”Audrey menatap tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Galih “Nggak boleh begitu, mama melahirkan kamu taruhannya nyawa masa kamu mau balas dengan begini? Lagian mama juga harus membagi konsentrasi, kamu sebagai yang paling tua harus bisa paham dengan kondisi mama.” Audrey membelai rambut Galih perlahan. “Mama nggak pernah ada waktu buatku.” Galih mengatakan dengan nada sedihnya.Audrey menatap Wisnu yang masih diam
KEJUTANSemua yang dilihatnya adalah kejutan, meninggalkan kantor tanpa menghiraukan panggilan Galih dan kejaran Wisnu, ponselnya berbunyi tanpa henti membuat Audrey langsung mematikan ponselnya dan meletakkan di kursi samping. Audrey ingin menangis tapi air matanya sama sekali tidak bisa keluar, pemandangan tadi menjelaskan semuanya dan harusnya Audrey tidak percaya begitu saja dan menerima lamarannya.“Audrey.” Eza menatap tidak percaya, hampir saja mereka tabrakan satu sama lain jika saja Eza tidak memiliki kemampuan menyetir yang ahli. Audrey menatap Eza dengan mata bengkaknya, menundukkan wajahnya saat Eza memberikan tatapan penuh selidik. “Kamu nggak papa?” Eza langsung khawatir melihat keadaan Audrey.Audrey langsung menggelengkan kepalanya “Kelilipan tadi, maaf kalau buat mobil kamu kenapa-kenapa nanti aku ganti.”“Keluar.” Eza mengatakan dengan suara tegasnya membuat Audrey menatap bingung “Pindah ke sampin