Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang melihat mereka dengan mata menyipit.Wanita itu berambut hitam legam, dandanan yang terlihat sederhana namun elegan, dan auranya terlihat berwibawa. Membuat Elena yang nafasnya terengah-engah langsung menelan ludah gugup.Ia merasa seperti tertangkap basah sedang melakukan tindakan asusila, apalagi ketika pandangan mata biru itu terarah pada lehernya, lalu turun ke arah pinggangnya yang ternyata masih ada tangan Jack di sana."Eh, ma-maaf...""Jack, Mama tidak pernah mengajarimu untuk mengambil kesempatan pada anak gadis orang," potong wanita itu yang ternyata adalah ibunya Jack.Elena hanya bisa menunduk, merasa sangat malu karena kondisinya benar-benar memalukan ketika wanita itu masuk."Jangan hanya menyengir tidak jelas begitu. Cepat turun dan makan malam bersama. Sudah lama kau selalu menghindar setiap kali Mama mengajakmu untuk makan malam bersama."Tiba-tiba wanita itu meraih tangannya dan menariknya keluar da
Security Black J37, perusahaan tentara bayaran swasta yang memiliki lebih dari 600 ribu karyawan yang tersebar di Amerika, Eropa, dan Asia.Perusahaan ini terkenal dengan tenaga kerjanya yang berkualitas tinggi dan selalu sukses menjalankan misi untuk mengamankan bank, penjara swasta, bandara pribadi, mengawal para konglomerat dan artis, terjun langsung ke medan konflik di dunia, investigasi kasus, bahkan membantu pemerintah.Elena menelan ludahnya ketika melihat berita salah satu bodyguard Security Black yang mendapatkan bayaran $20.000 sehari untuk mengawal seorang pemilik media sosial terkenal. Jack benar ketika mengatakan bahwa akan membantunya membalas dendam dan melindunginya. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan yang kekayaannya sudah pasti jauh melebihi keluarga Pierce dan Brown. Tentu saja kekuasaan keluarga Reeves begitu berpengaruh di negara ini, bukan?Dan pria itu adalah seorang kepala agen lapangan FBI yang sedang menyamar. Menyamar untuk apa? Melakukan misi apa?Jar
Sudah lima belas menit berlalu sejak rekaman CCTV itu berhenti, Elena hanya diam saja dengan pandangan kosong menatap layar laptop di hadapannya.Rasa kecewa, sakit hati, dan marah membuatnya hanya bisa diam dengan kedua tangan terkepal erat di atas meja. Ia tidak menyangka bahwa mereka sudah merencanakan hal ini sejak lama demi menguasai hartanya. Lebih menyakitkan lagi ketika mereka bersandiwara memainkan perasaannya, menganggapnya perempuan bodoh dan memanfaatkan keputusasaannya terhadap cinta.Ia ingat dulu Thomas tidak pernah menyayanginya sejak kecil. Laki-laki itu hanya pura-pura perhatian jika ada kakek dan ibunya. Jika mereka tidak ada, Thomas akan bersikap dingin dan tak acuh.Tentu saja sikap pria itu membuat Elena tumbuh dengan mendambakan kasih sayang dari seorang laki-laki. Ia memang mendapatkan kasih sayang itu dari Edward, pria yang ia kira adalah pamannya selama ini. Namun, pria itu jarang datang ke mansion karena kesibukannya.Lalu Alan, sepupunya, juga sangat perha
"Kau yakin tidak apa-apa untuk sementara?" tanya Jack begitu mereka berhenti di tempat parkir khusus tamu milik eMark, perusahaan milik ayahnya.Elena mengangguk. "Ini bukan pertama kalinya aku datang ke sini sendirian.""Tapi kondisinya berbeda. Setelah selesai, kau jangan pulang sendiri. Tunggu anak buahku yang bernama Evan menjemputmu. Dia berambut coklat, bermata abu-abu, dan memiliki tato elang di leher kirinya. Ingat, jangan sampai keliru," pesan Jack dengan wajah serius."Kau terdengar seperti kekasih yang terlalu khawatir," sindir Elena."Karena kau memang calon istriku. Jangan banyak protes. Posisimu tidak aman sekarang. Ingat, jangan memberikan nomor barumu pada Lucas maupun Thomas."Pria itu berubah menjadi cerewet setelah mereka sepakat untuk menikah. Ia memutar matanya merasa jengah."Kau cerewet sekali," ucapnya dengan jengkel."Terserah apa katamu. Setelah urusanku selesai, aku akan langsung menjemputmu." Tiba-tiba lelaki itu mencium keningnya, membuatnya membeku dengan
25 tahun yang lalu..."Kalau kau ingin kembali pada mantan kekasihmu, biarkan Elena bersamaku. Kau akan menelantarkannya karena kesibukanmu dengan laki-laki itu," kata Edward ketika Amelia sedang menyusui putri mereka yang baru lahir."Tidak! Aku tidak mau berpisah dengan Elena. Dia akan tetap bersamaku setelah aku menikah dengan Thomas," balas Amelia dengan tatapan tak suka.Edward mengacak rambutnya frustrasi. Wanita yang masih sangat dicintainya itu benar-benar keras kepala dan sudah dibutakan oleh cinta palsu dari mantannya yang brengsek.Ia tahu betul siapa Thomas itu. Laki-laki itu jauh dari kata baik."Amelia, kau akan sangat menyesal jika sampai menikah dengan bajingan itu. Dia bukanlah laki-laki seperti yang ada di pikiranmu.""Kenapa? Kau cemburu? Sudah kubilang berkali-kali padamu bahwa aku sama sekali tidak mencintaimu. Aku berpura-pura bahagia karena perusahaan ayahmu menguntungkan perusahaan keluargaku. Hanya sebatas itu. Harusnya kau sadar diri," balas Amelia sengit.Ia
Menghadapi seorang buronan kelas kakap bukanlah perkara yang mudah. Thomas Woods tidak bergerak sendirian. Pria itu bekerja dalam tim dan seorang sniper handal.Edward tahu menghadapi Thomas sendirian sama saja dengan bunuh diri seperti Angelica. Apalagi nyawa Elena menjadi taruhannya. Ia tidak peduli dengan nasib Amelia. Yang ia pedulikan hanyalah keselamatan Elena dan ayah mertuanya yang begitu baik padanya.Hampir saja ia bertindak gegabah dengan membawa Elena pergi, tapi Alexander mencegahnya. Mereka kalah jumlah. Anak buah Thomas ada dimana-mana, dan pria itu selalu mengawasi mereka.Jika dia ketahuan membawa Elena pergi, maka dia pun akan berada dalam bahaya dan sewaktu-waktu bisa dibunuh kapan saja bersama Elena."Apa yang harus kulakukan, ayah? Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada Elena," kata Edward dengan wajah frustrasi. "Kenapa Amelia membawa pria brengsek itu masuk ke dalam kehidupan kita, sedangkan dia sendiri tidak mau bertanggung jawab?""Terpaksa kita harus menuruti
Cerita masa lalu orangtuanya membuat Elena semakin geram pada ibunya. Ia mendengkus sinis ketika mengingat kenangan mereka dulu.Ibunya selalu memperhatikannya, mendengarkan keluh kesahnya, dan menemaninya kemanapun ia pergi, ternyata tidaklah tulus dari hati wanita itu.Wanita yang sempat diberikan predikat ibu terbaik oleh Elena itu ternyata melakukannya setelah tahu bahwa Thomas memiliki istri simpanan dan seorang anak."Ternyata Bella memang anak kandung pria itu. Pantas saja wajahnya hampir mirip. Dulu aku sempat punya pikiran buruk," kata Elena setelah jeda sekian lama sejak ayahnya selesai menceritakan tentang masa lalunya."Tentang apa?" tanya pria itu penasaran. "Kukira ibu dulu sempat berselingkuh dengan ayah. Dari segi wajah, aku lebih mirip dengan ayah ketimbang dengan Thomas. Rambut pria itu juga brunette, sedangkan rambutku strawberry blonde seperti ayah. Sementara Alan malah mirip ibu, begitu juga dengan rambut pirang emas miliknya. Kukira kalian sama-sama jahat karena
"Eh? Emh, itu... Jack kan sahabat Alan, dan bodyguardku mengundurkan diri dua bulan yang lalu, jadi ya...begitu. Alan meminta tolong pada Jack untuk memilih bodyguard yang lain," kata Elena lalu cengengesan salah tingkah.Kedua telapak tangannya mulai berkeringat, begitu juga dengan dahinya. Matanya terus menghindari tatapan ayahnya."Lalu selama 2 bulan itu, kau dikawal oleh siapa? Jadi kenapa bisa ada rumor tentang kau yang tidur dengan bodyguardmu? Kalau pengawalmu sudah mengundurkan diri, seharusnya pengacaramu tidak perlu repot-repot mencari bukti apakah foto dan video itu asli atau palsu. Tinggal bilang saja bahwa kau tidak memiliki bodyguard, dan itu sudah mematahkan skandal itu."Ia menelan ludah dengan jantung berdebar. Keringatnya mengalir di pelipisnya. Sekarang ia tahu bagaimana rasanya menjadi ibunya ketika ayahnya marah. Pria ini memang langsung mengeluarkan aura yang membuatnya takut."Itu....dulu...."Dering ponsel berbunyi, membuat Elena menghela nafas lega sampai ia