"Kau jangan bercanda!" Evan menatap Nathan ngeri sambil mendorong bahunya."Siapa yang bercanda?" kata Nathan dengan wajah datar."Bro, kau jangan macam-macam! Kau harus menghadapi Jack. Dia tidak akan suka dengan hal ini," peringat Evan dengan mata melotot."Memangnya kenapa? Tidak ada larangan untuk menyukai seseorang.""Tapi dia itu istri bosmu! Kau ini benar-benar..."Evan menyipitkan mata ketika melihat mata kiri Nathan sedikit berkedut. Dengan kesal, pria itu memukul bahu Nathan."Kau hampir saja membuatku jantungan! Jangan sampai kau melakukannya di hadapan Jack. Jangan pernah!" peringat Evan serius.Nathan menyunggingkan senyum miring. Mata kirinya memang berkedut di ujungnya jika sedang berbohong."Siapapun pasti akan menyukai Elena. Hanya laki-laki bodoh seperti Lucas saja yang menyia-nyiakan wanita seperti dia. Bahkan David saja sampai tergila-gila."Evan menghela nafas panjang. Tangan pria itu menggaruk alis kanannya. "Yeah, kau benar. Wanita itu memang tidak perlu berusah
Padahal Edward bertanya dengan nada biasa, tapi Elena langsung terlonjak karena kaget. Seolah-olah pria itu berteriak. Menimbulkan reaksi kecurigaan dari sang ayah."Eh? Tidak melihat apa-apa. Hanya...aku hanya melihat seekor anjing melintas," jawab Elena sedikit tergagap.Ia menoleh sekali lagi ke tempat tadi, namun orang itu sudah tidak ada di tempat. David Foster. Keningnya mengernyit. Kenapa David bisa berada di sini? Apakah David yang melumpuhkan pria-pria asing itu?"Dari mana saja?" tanya Jack.Elena langsung mengalihkan pandangannya. Ia pikir Jack bertanya padanya, tapi ternyata pada beberapa orang dengan tato elang di leher kiri."Kami sedang mencari seseorang yang berhasil kabur. Tadi lewat belakang mansion. Setelah kami cari, ternyata dia tidak ada di mana pun," jawab salah satu dari mereka."Apa? Bagaimana bisa? Pagar belakang mansion begitu tinggi dan dilengkapi dengan besi lancip yang dialiri listrik tegangan tinggi. Tidak mungkin orang itu bisa lolos. Pasti masih berada
[Aku baru tahu bahwa ternyata Alexander Pierce bersahabat dengan dua monster itu. Pria itu terlalu baik untuk dua iblis seperti Nicklaus dan Eliot. Semoga Tuhan menunjukkan jalan bagi Alexander untuk terlepas dari mereka berdua.][Aku sengaja mendekati Alexander untuk menjauhkan pria itu dari dua sahabatnya. Tidak, sebenarnya aku juga ingin mencari perlindungan darinya. Dia kelihatannya mencintaiku. Aku juga mencintainya. Dia adalah satu-satunya pria yang bisa membuat hatiku bergetar. Aku akan membeberkan semuanya setelah kami menikah.][Tuhan berada di pihakku. Nicklaus dan Eliot tidak hadir di pernikahan kami. Aku akan jujur pada Alexander secepatnya.][Tuhan, kenapa kau membuatku berada di posisi ini? Aku selalu mendapatkan halangan ketika akan jujur pada suamiku. Dan ternyata bencana itu datang. Nicklaus dan Eliot datang ke mansion Alexander. Suamiku murka padaku.][Aku takut. Aku tahu mereka akan membunuhku jika aku keluar dari mansion Alexander. Tuhan, tolonglah aku. Rasanya sep
Saksi mata. Ya, tentu saja ada saksi mata. Elena merasa bodoh. Di mansion itu ada banyak pelayan dan anak buah Matthew. Belum lagi CCTV. Kenapa dia dulu begitu ceroboh? Tapi kenapa sampai detik ini, belum ada polisi yang menjemputnya?Rasa gelisah itu membuat kepalanya pusing. Kenapa ia harus berurusan dengan hukum? Ia tidak mau mendekam di penjara dalam keadaan..."Elena!"Matanya membelalak kaget mendengar bentakan itu. Ada dua tangan yang merangkum wajahnya."Apa sebenarnya yang kau pikirkan sejak tadi? Apa yang mengganggu pikiranmu? Kau selalu melamun. Jangan terlalu banyak pikiran. Kau sedang hamil." Jack melihatnya dengan sorot mata heran. Elena langsung memegang tangan pria itu. "Aku tidak akan dipenjara, kan?""Kenapa kau harus dipenjara?" "Aku sudah membunuh Matthew Patt. Apa karena itu David dendam padaku?" Matanya bergerak ke sana kemarin dengan gelisah. Seharusnya ia dulu tidak gegabah."Hei, dengarkan aku! Fokus!" perintah Jack.Elena menuruti pria itu. Matanya menatap
"Aku hanya bersikap realistis. Kita hidup di dunia nyata, bukan film. Apa yang menjamin seorang pria yang pernah tergila-gila pada seorang wanita tiba-tiba jatuh cinta padamu dalam waktu singkat? Seandainya kalian tidak terkena skandal, apakah kau akan jatuh cinta padanya? Apakah dia akan melirikmu?"Perkataan Alan menohok jantungnya. Benar, apakah laki-laki bisa berpaling secepat itu? Bukankah seharusnya membutuhkan waktu yang lama untuk melupakan cinta pertama?Kenyataan memang menyakitkan. Tapi Alan benar. Orang bilang, cinta seorang laki-laki akan habis pada cinta pertamanya. Selanjutnya, dia hanya menjalani sisa hidupnya."Aku berkata seperti ini bukan untuk menakutimu atau menghasutmu. Seharusnya aku mengatakan ini sebelum kalian menikah di Norwegia. Tapi sayangnya aku sedang sangat sibuk. Kau tahu pasti seberapa cantiknya Claire. Jika kau tidak mengubah penampilanmu, apakah dia akan melirikmu?"Kaki Elena terasa lemas, sampai-sampai ia terduduk di kursi yang tak jauh dari konte
"Di mana dia?" tanya Jack pada Brandon yang menunggunya di depan sebuah kamar rawat kelas VIP. "Maafkan aku baru bisa keluar. Elena memintaku untuk menemaninya tidur."Brandon mendengkus. "Kau sengaja ingin membuatku iri?""Cari saja istri baru kalau kau tidak tahan," balas Jack."Dia sedang dirawat secara intensif karena serangan jantung," jawab Brandon sambil mengedikkan kepala ke arah kamar rawat Nicklaus."Seharusnya dia sadar diri. Apa ayahku sudah ke sini?"Pria itu mengangguk. "Bersama ibumu. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas ibumu terlihat marah begitu keluar dari sana."Jack mengedikkan bahu. "Dia memang tidak suka dengan mertua angkatnya. Kakekku masih berharap ayahku mau menikahi Talia Jepson. Tapi ayahku tetap memilih ibuku.""Tentu saja. Ibumu jauh lebih cantik. Kudengar dia dulu pernah menang kontes kecantikan antar negara?" Brandon mengamati Jack dari atas ke bawah. "Pantas saja kau terlihat sangat tampan. Membuat para wanita memekik kegirangan.""Ck! Berhenti
Bagaimana bisa Elena mengeluh kesakitan? Apakah karena dia meninggalkan wanita itu tanpa pamit? Apakah karena istrinya tidak mau lagi ditinggalkan? Ia dengar, ibu hamil itu sensitif. Mungkin karena ia diam-diam meninggalkan istrinya, membuat Elena berpikir macam-macam.Semua ini salahnya. Seharusnya ia tidak memakai waktunya berduaan dengan istrinya untuk keluar, apalagi malam-malam."Siapa suami dari pasien?" tanya seorang dokter begitu keluar dari ruang rawat."Saya, dokter." Jack langsung mendekati dokter perempuan berambut coklat seusia Anne."Mari ikut ke ruangan saya. Ada yang perlu kita bicarakan," kata dokter itu.Ia kira Alan atau mungkin mertuanya akan ikut dengannya, tapi ternyata tidak. Hanya ayah mertuanya yang masuk ke dalam kamar rawat, sedangkan Alan berjaga di luar. Kenapa dia tidak melihat Brad dimanapun? Padahal dia sudah berpesan untuk menjaga Elena selama dirinya keluar."Silahkan duduk," kata dokter itu ketika mereka sudah sampai.Jack duduk dengan patuh. Hatinya
"Sayang? Hei, kenapa menangis?" Jack terburu-buru mendekati Elena yang mengulurkan tangan ke arahnya.Wanita itu bahkan mencium tangannya ketika tangan mereka saling menggenggam."Hei, ada apa? Maaf aku tidak pamit padamu tadi. Kukira kau tidak akan terbangun. Aku berencana untuk kembali secepatnya," ucapnya. Tangannya mengelus rambut istrinya yang berantakan.Elena tidak mengatakan apa-apa, malah semakin menangis. Wanita itu memeluk tubuhnya dengan erat, seolah-olah takut jika ia tinggalkan lagi."Elena, dengarkan aku. Dokter bilang, kau tidak boleh stres. Detak jantung bayi kita lemah, dan itu bisa berbahaya untuknya. Berbahaya untukmu juga. Tolong, jangan bersedih lagi. Aku akan selalu menemanimu mulai sekarang sampai bayi kita lahir," ucapnya serius.Tangis Elena langsung berhenti. Sepertinya berhasil. Wanita itu mengusap pipinya yang basah dan mendongak. Hidungnya memerah dan kedua mata itu berkaca-kaca. Jack mencium dahi istrinya dengan gemas. "Benarkah? Kau tidak akan meningga