Share

7. The New Elena

"Kau terlihat seperti dia."

"Apa?"

Nina mengerjap dan langsung mengubah ekspresinya. Elena bisa mendengar gumaman itu meskipun terdengar lirih. Dia? Dia siapa?

"Ayo kita makan dulu. Kau pasti kelaparan. Aku juga," ajak gadis itu sambil menarik lengannya keluar dari salon kecantikan.

Ia meringis menahan sakit di kedua kakinya ketika Nina berjalan dengan cepat. Tapi ia tidak akan protes. Entah kenapa ia tidak mau membuat gadis yang terus menggenggam tangannya itu marah.

Mereka berhenti di food court dan langsung memesan makanan cepat saji. Nina bahkan memesan dua buah hamburger dan seloyang pizza.

"Kenapa kau makan sebanyak itu?" tanya Elena heran ketika pesanan mereka datang dan gadis di hadapannya langsung memakan burger itu dengan lahap.

Ia hanya memesan satu burger dan air mineral. Itupun ia meminta sayurnya diperbanyak. Melihat bagaimana Nina melahap semua makanan itu tanpa berpengaruh pada berat badannya membuatnya iri.

Sejak dulu ia menjaga pola makannya karena takut gemuk. Bukan karena takut terlihat tidak cantik, melainkan karena takut terkena penyakit yang sudah biasa menyerang penderita obesitas.

Ia harus tetap prima agar otaknya bisa berkonsentrasi dengan mudah untuk mengerjakan pekerjaan yang menumpuk.

Mengingat pekerjaan membuat selera makannya mendadak hilang. Lagi-lagi ia harus disadarkan dengan fakta bahwa ia sekarang adalah pengangguran. Ia bahkan hidup dengan belas kasihan Jack, bodyguardnya yang entah sekarang berada dimana.

"Coba ini. Kaum kita akan merasa lebih tenang jika melampiaskannya pada makanan," kata Nina sambil menyodorkan sepotong pizza ke arahnya.

Selama sesaat ia hanya melihat makanan itu. Makanan yang belum pernah ia makan karena ia selalu memakan makanan yang sehat dan diolah sendiri oleh Mia, pelayan pribadinya.

"Makan sekali tidak akan membuatmu terkena penyakit. Ayolah, Nona Muda. Kau tidak sedang dalam posisi bisa memilih makanan sekarang."

Perkataan Nina menyentil hatinya. Ia cukup tersinggung, tapi Nina memang  benar. Masih untung ia bisa makan sekarang ketika tidak memiliki uang sepeserpun.

Dengan ragu ia menggigit kecil pizza itu, mengantisipasi rasanya. Ia takut jika makanan ini terlalu berlemak dan menyebabkan kolesterol. Gigitan pertama, ia merasakan rasa yang berbeda. Matanya membelalak.

"Lihat, kan? Kau pasti juga menyukainya. Makanan yang disukai oleh semua kalangan," kata Nina dengan wajah bangga ketika melihat Elena menghabiskan sepotong pizza itu dengan lahap.

"Aku tidak menyangka rasanya bisa selezat ini. Pantas saja Mia sering memesan makanan ini," sahut Elena sambil mengambil potongan kedua.

Nina hanya menggeleng sambil tersenyum melihat kelakuan nona muda di hadapannya. Tingkah laku Elena memang mencerminkan bagaimana gadis itu lahir dengan sendok emas di mulutnya.

Bahkan ketika menikmati burger pun harus mengenakan pisau dan garpu, seolah-olah sedang makan di restoran mewah yang harus menerapkan etika ketika makan.

Setelah mereka menghabiskan seluruh makanan itu, Nina kembali menyeret Elena ke berbagai toko baju. Beberapa kali gadis itu berdecak ketika Elena memilih pakaian yang formal dan terlihat tua.

"Nina, aku tidak nyaman memakai pakaian seperti ini," rengek Elena ketika gadis itu memilih beberapa gaun selutut yang terlihat santai.

"Elena lama sudah mati, saatnya Elena baru mendominasi. Kau harus berubah jika ingin balas dendam pada siapapun yang telah menjebakmu. Tunjukkan bahwa kau tidak selemah yang dulu."

Elena langsung diam dan berhenti di tempatnya, tidak peduli dengan Nina yang masih sibuk memborong beberapa pakaian untuknya.

Benarkah ia selemah itu? Dia pintar dan berani mengambil resiko dalam dunia bisnis, tapi lemah dan bodoh ketika berhadapan dengan Lucas. Ia bahkan begitu naif sehingga dengan mudahnya dikhianati oleh kekasihnya.

Kenapa ia lemah jika berurusan dengan cinta? Apakah karena ia terlalu putus asa? Ia terlalu mencintai Lucas yang merupakan cinta pertamanya? Ataukah karena ia merasa takut tidak ada laki-laki yang mau dengannya selain Lucas?

Dari dulu, Elena memang memiliki krisis kepercayaan diri. Ia merasa tidak begitu cantik dan tubuhnya kurus. Sama sekali tidak menarik menurutnya.

Maka ketika Lucas datang menawarkan cinta, ia langsung menelannya mentah-mentah. Merasa akhirnya mendapatkan laki-laki yang mau menerimanya apa adanya.

"Permisi! Permisi, Nona."

Elena mengerjap ketika sebuah tangan terayun-ayun di depannya. Ia melihat ke sekelilingnya dan terkejut ketika menyadari bahwa ia berada di depan toko baju yang tadi mereka masuki. Sejak kapan ia keluar dari sana?

Beberapa pengunjung mall melihatnya, membuat jantungnya berdegup kencang. Apakah mereka mengenalinya karena foto-foto itu? Tidak, ia sudah berbeda sekarang.

Ia tidak pernah memposting fotonya di media sosial, jadi tidak ada yang tahu wajah seorang Elena Pierce. Foto-foto vulgarnya yang beredar terlihat berbeda dengan wajahnya yang sekarang. Mungkin karena ekspresi wajahnya. Elena mengumpat dalam hati.

"Nona, bolehkah aku bertanya sesuatu? Apakah kau seorang model?"

Elena menoleh ke arah seseorang yang sejak tadi mengamatinya. Seorang pria dengan cambang tipis bermata abu-abu. Mungkin seumuran Jack. Ia tidak perlu mendongak seperti ketika melihat Jack, karena tinggi pria itu hanya selisih sedikit dengannya.

"Bukan. Aku bukan model. Kenapa?"

"Oh, maaf. Aku kira kau adalah seorang model. Postur tubuhmu begitu proporsional dan cocok sekali untuk menjadi model baru kami. Apa kau tertarik?" Pria itu memberikan kartu namanya.

"Eh? Tapi aku..."

Pria itu meletakkan kartu namanya secara paksa di telapak tangan Elena.

"Jangan takut. Aku dari agensi besar dan sudah terkenal. Wajahmu bisa menjadi icon baru di agensi kami. Terlihat segar dan elegan. Hubungi aku jika kau tertarik."

"Tunggu! Aku tidak..."

Tapi pria itu sudah berlalu dan menghilang di balik kerumunan pengunjung. Ia menghela nafas panjang. Apa yang baru saja terjadi? Ia membalikkan badannya dan terlonjak ketika melihat Nina yang tengah tersenyum miring sambil melihatnya.

"Sekarang aku tahu kenapa Jack memilihmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status