Home / Romansa / Bodyguard I'm in love / Bukan Nona Biasa

Share

Bukan Nona Biasa

Author: Zhang A Yu
last update Huling Na-update: 2020-11-16 12:24:14

Dum … tak … dum … tak.

Suara musik klasik khas, mengantarkan para pasangan berdansa di atas marmer putih mengilap. Gerakan mereka apik dan beraturan; seirama dengan nada musik.

"Aleta … lihat ke sini!" seru wanita muda bergaun silver tanpa lengan. Dalam genggaman tangannya ada sebuah kamera kecil yang ia gunakan untuk memotret setiap gerakan cantik Aleta.

"Ya Tuhan, tersenyum sedikit …!" teriaknya bernada memerintah.

Sembari menggerakkan kakinya ke kanan dan kiri, Aleta menarik sudut-sudut bibirnya hingga wajah gadis itu memamerkan senyum badut.

"Apa kau tidak bahagia, Aleta?" Giliran pria pasangan dansanya angkat bicara.

"Bahagia, sangat!" jawab Aleta tak melepas senyuman.

"Ya Tuhan, Aleta! Senyumanmu sangat mengerikan." Teman pembawa kameranya berseru lagi.

Aleta tak bisa menahan, pun mendorong tubuh pasangan dansanya, menarik jarum suntik yang ia selipkan di antara belahan dada lalu menyodorkan pada pria tersebut.

"Menyerah atau kubunuh!" ancam Aleta bermata bengis.

Melihat netra kehijauan milik Aleta melotot tajam seakan ingin keluar dari bingkainya, pria yang ke-1001 dijodohkan dengan Aleta pun beringsut ketakutan.

Pria berambut pirang itu berjalan mundur diikuti langkah Aleta senada dengannya. Sekejap ia memutar badan dan lari terbirit-birit.

Aleta melengking tawa. Sampai detik ini ia belum gagal mengusir para penjilat cinta seperti mereka.

Semua ini berkat kepiawaian Aleta dalam berwujud wanita cantik, tapi penuh kekejaman.

Gadis berumur 19 tahun, putri kedua dari pimpinan mafia terbesar di Rusia tak segan-segan melukai orang di sekitarnya tanpa memandang siapapun, terkecuali ayahnya sendiri, Louison.

"Aleta!"

Buru-buru Aleta menyelipkan kembali jarum suntik di antara gundukan dada. Kemudian berbalik memasang senyuman simpul.

"Daddy …." Suara Aleta dibuat manja-manja menyebalkan.

"Kau berulah lagi?" Tatapan Louison penuh kecurigaan.

"Oh, no, Daddy," bantah Aleta seraya dadah-dadah, "ngomong-ngomong acara dansaku sudah selesai, bolehkan aku duduk menyilangkan kaki di sudut sana, Daddy?"

Tempat yang dimaksud Aleta adalah bar mini. Segala botol minuman bisa didapatkan dengan mudah pada bar tersebut. Pantas saja sepasang kekasih yang Aleta lihat dari beberapa jam lalu betah bertahan.

"Hanya tiga kali tegukan! Setelah itu—" Tanpa menunggu penjelasan ayahnya selesai, Aleta sudah melebarkan langkah menghampiri tujuannya.

Gadis itu menduduki kursi bartender. Ia menunjuk salah-satu botol minuman beralkohol kemudian menuangkan isinya ke dalam gelas kaca berbentuk bulat, juga memiliki kaki. Aleta melihat ke arah Louison, ia mengangkat satu jari pertanda baru satu kali tegukan.

"Uncle, kau mau selfie?" tawar teman Aleta teramat polos.

"No! Thanks,” tolak Louison tak mengalihkan perhatian dari putrinya.

"Oh, oke …."

Wanita bergaun silver itu malah bersandar pada bahu Louison. Lantas, memotret dirinya sendiri.

"One … two … three …"

Cekrek … cekrek …

"Pose sempurna."

Aleta mengangkat dua jari, diikuti mengeluarkan sebatang rokok. Sayang, ia tak membawa korek.

"Hello, Boy," sapa Aleta pada pasangan kekasih pria di sampingnya.

Mereka berdua serempak melihat ke arah Aleta. Mereka memperhatikan penampilan wanita itu dari rambut hitam, pakaian, riasan sampai cara Aleta mengedipkan mata.

"Kau punya korek?"

"Ada."

"Bantu aku!" pintanya sambil mencondongkan dagu, yang terselip rokok di celah bibir ranumnya.

Seorang kekasih pria di depannya mengeluarkan rokok, menyalakan lalu menyulut ujung rokok milik Aleta.

Fiuh!

Kepulan asap tipis dari mulut dan hidung Aleta sengaja ia hembuskan mengenai wajah mereka.

Sontak kekasih wanitanya merasa tak terima. Ia mendorong kasar pundak Aleta sambil berucap, "You are the bitch!"

Plakkk!

Aleta menampar pipi kanan wanita itu hingga membuat wanitanya meringis kesakitan. Tak mau kalah, si wanita pun membalas tamparan Aleta lebih keras dari yang ia dapat.

Plakkk!

Mendadak ketenangan di wajah Aleta berubah cepat, pipinya memanas mengikuti kobaran api yang telah membakar hatinya.

Tarrr …

Aleta memecahkan botol minuman, secepat angin mendaratkan pecahan botol tersebut pada tangan wanita di depannya.

"Aaa … bitch!" pekik wanita itu.

"Baby, oh my God. Tangan kamu berdarah," tambah kekasihnya kepanikan.

Dari tempat Louison berdiri, hanya memutar bola mata disertai helaan berat.

Tak tunggu lama sirine mobil polisi menyeruak dalam gendang telinga. Menjadikan semua orang kalang-kabut. Mereka kira, jika para polisi akan menyergap.

Setidaknya ada empat polisi sekaligus yang datang. Kemudian disusul polisi-polisi lain.

"Aku sampai bosan menangkapmu berulang kali,” lontar seorang polisi tengah memborgol kedua pergelangan tangan Aleta.

Louison sama sekali tak bertindak menyaksikan putrinya dibawa pergi para polisi. Bahkan saat mereka melewati dirinya, ia acuh tak acuh seakan-akan tak saling kenal.

"Uncle, apakah Aleta hanya akan mampu menghitung sampai 20 untuk menunggumu atau …?"

"Kali ini dia akan menginap di Hotel Torpedo, biarkan ia merasakan bagaimana nikmatnya tidur semalaman di neraka."

"Oh, ini mengejutkan!"

Satu-persatu mobil polisi meninggalkan gedung megah berlantai tiga, tempat barusan mereka berhenti. Diapit dua polisi berbadan dan berotot besar, Aleta tak merasakan takut. Ia sangat menikmati perjalanan ini, tak henti-hentinya ia berdecak kagum melihat cinderamata di luar kaca.

"Hei, Nona Aleta!" panggil polisi yang memborgol Aleta.

"Ada apa, Kakak?" Saking seringnya mereka dipertemukan, Aleta sampai tak sungkan memberi sebutan 'kakak' untuk polisi tersebut.

"Bisakah satu bulan saja kau tidak mengunjungi kantor kami bertugas?"

"Aku pun ingin, tapi kalian hobi sekali mengajakku ke sana."

Sang Polisi berdecak kesal, ia tak menggubris jawaban konyol Aleta. Dari cermin pengemudi, ia mengintip bayangan Aleta. Tanpa sadar ia tersenyum kala Aleta tersenyum, karena senang melihat gedung pencakar langit.

***

Cittt …

Mobil berhenti, begitu pula suara sirinenya. Aleta dikawal masuk. Sebelum ia dibiarkan menunggu jemputan sang ayah, polisi lain lebih dulu menginterogasi Aleta.

"Hish, kau lagi," dumel polisi yang bertugas menginterogasi, "langsung saja jelaskan tanpa basa-basi!"

Aleta memasang raut melas tapi mulutnya mendesis lirih. "Dengarkan baik-baik! Ayah memintaku meneguk tiga kali saja, jadi saat sudah melalui tegukan kedua aku menyelingi diri untuk merokok. Aku lupa tidak membawa korek. Kau tau itu berbahaya, 'kan?"

"Iya iya, lanjutkan dongengmu!"

"Seorang pria berambut pirang, kuminta bantuannya agar menyalakan rokokku. Pria itu mengikuti, Lalu, tak sengaja Aku mengepulkan asap rokokku kepada mereka. Dan kau tahu?"

"Tidak! Selesaikan saja ceritamu."

"Pacar pria itu marah, ia mengataiku pelac**, hiks. Aku mana pernah open order. Aku jadi kesal, kutampar dia, eh, dia balik menamparku. Jadi kulukai saja tangannya." 

Sang Polisi bagian menginterogasi membuang kasar napasnya. "Wanita ini sudah gila! Kenapa Ayahmu tidak-!"

"Pak .…" Polisi lain menggelengkan kepala, pertanda larangan.

"Sudah sana, bawa wanita ini ke kamar favoritnya!" Aleta digiring menuju ruangan terpisah yang letaknya sudah ia hafal di luar kepala. Oleh karenanya, ia begitu santai jalan lebih depan.

"Kutebak dalam hitungan menit ayahnya akan datang."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bodyguard I'm in love   Tuntas.

    Dorrr!Tarr!Peluru berdesing. Kaca belakang mobil Jhon pecah. Meski serpihan kaca tidak lari ke depan tapi Jhon reflek melindungi Aleta dengan satu tangannya, sedang tangan lain tetap memegang kendali setir."Kamu tidak terluka, hah?" Jhon bertanya khawatir.Aleta melihat ke depan. "Fokus saja ke depan! Biar aku yang menghadapi mereka!"Jhon tak yakin tapi dia tahu Aleta tak bisa diremehkan. "Jika merasa tak aman, kamu harus segera sembunyi!"Aleta seolah tak menghiraukan. Gadis yang beberapa jam lalu mengucapkan janji suci pernikahan di hadapan Pendeta, Jhon dan banyak orang itu, kini mengeluarkan senjata api dari saku jok lalu berpindah ke belakang walau sulit sekalipun."Dua mobil!" seru Aleta.Jhon melirik kaca spion. Dia yakin mobil paling depan ditumpangi Sky dan Markus, sedang mobil di belakangnya mungkin anak buah Sky.Dorrr!Tak mau kalah, melalui celah pecahan kaca mobil, Aleta menembakkan senjata apinya.Tarrr!Bidikkan Aleta berhasil menembus kaca mobil depan mobil yang d

  • Bodyguard I'm in love   Get Married.

    Waktu bergulir.Jhon berhasil membujuk Ibunya segera pergi dari acara pernikahan anak temannya itu usai dirinya berbohong jadi tak sabar ingin menikah juga.Ibunya sangat senang, hingga sepulang dari sana mereka langsung mampir ke kantor catatan sipil guna mendaftarkan pernikahan Jhon bersama Aleta minggu depan.Lebih bagus lagi, Jhon berhasil merayu Ibunya tidak pergi ke pasar karena jika wanita itu sudah pergi ke pasar maka kaki Jhon bisa dibuat bergetar saking lelahnya berkeliling.Sekarang mereka berada di rumah.Ibunya Jhon menikmati secangkir teh di lantai dua yang berhadapan dengan bukit-bukit, sedang Jhon bersama Aleta berhadap-hadapan secara serius."Mereka dalam perjalanan ke sini," ungkap Jhon sungguh-sungguh.Aleta mengangguk tak kalah serius. "Lalu bagaimana?""Kedatangan mereka pasti akan membuat kekacauan," tebak Jhon, "jadi kita harus pergi dari sini setelah menikah nanti."Aleta mengangguk sekali lagi. "Setuju!""Kamu punya tempat rekomendasi?""Moskow," jawab Aleta m

  • Bodyguard I'm in love   Malah Kondangan.

    Aleta dan Jhon duduk berdampingan di salah satu kursi tamu.Kebingungan tampak jelas di mata Aleta, sedang di mata Jhon hanya ada perasaan campur aduk yang bisa saja membuatnya mencekik siapapun.Ibu pria itu tidak duduk bersama mereka tapi bergabung dengan Ibu-ibu lain untuk bergosip dan tertawa renyah tanpa beban."Bisa-bisanya anak sebesar diriku dibawa kondangan!" geram Jhon tertahan.Aleta menoleh bertanya. "Kondangan itu apa?""Mendatangi hajat orang lain. Contohnya seperti ini. Kita datang sebagai tamu yang menyaksikan pernikahan mereka," jawab Jhon.Aleta manggut-manggut. "Kalau begitu, aku juga pernah kondangan.""Kapan?" tanya Jhon balik."Sudah lama, jauh dari Moskow.""Apa seperti ini?" tanya Jhon lagi.Aleta mengedarkan pandangan lalu menggeleng samar. "Tidak ada pisang sebanyak itu."Jhon mengarahkan pandangannya pada pisang dua tundun yang menempel pada tiang-tiang akses masuk Pendopo."Tidak ada tumpukan makanan yang berjajar seperti itu, tidak ada toples cemilan dan a

  • Bodyguard I'm in love   Sangat Dipermainkan.

    Hap!Tangan Jhon sigap menangkap. Dan tak mau menunggu celurit lain datang, Jhon langsung melarikan diri ke kamarnya.Brak!Tepat setelah pintu tertutup, ujung celurit berhasil menembus pintu kayu kamar Jhon dan itu hampir saja mengenai kakinya kalau dia tidak segera melompat."Ya Tuhan, baru ditinggal beberapa bulan bar-barnya semakin mengerikan!""Jhon! Keluar!" teriak Ibunya.Jhon berlari melompati tempat tidur lalu buru-buru membuka lemari. Dia menggeledah seluruh isinya sampai menemukan set pakaian anti benda tajam yang dulu digunakan sebagai perlindungan ekstra.Sekarang set pakaian itu kembali dipakai lantas Jhon membuka pintu kamar sebelum pintunya rusak akibat serangan Ibunya."Cukup!" teriak Jhon setengah emosi, "pintu kamarku bisa ganti tujuh kali nanti!"Ibunya masih berdiri di tempat. Dengan seringai lebar, dia mengisyaratkan Jhon naik maka Jhon pun mengikuti."Lumayan," ucap Ibunya sambil memperhatikan Jhon dari ujung ke ujung."Di sana aku bekerja sebagai Bodyguard. Har

  • Bodyguard I'm in love   Ibunya Bukan Perempuan Biasa.

    Jhon menarik Ibunya masuk. Sambil sesekali melihat ke luar, pria itu memprotes wanita tersebut. "Apa-apaan Ibu ini!"Ibunya menanggapi dengan santai. "Aleta bilang kalian sudah tidur bersama, tentu menikah cepat adalah jalan terbaik."Jhon melotot ternganga. Pria itu tak menyangka Aleta bisa berkata terang-terangan seperti yang diakui Ibunya."Gadis itu tidak bohong, bukan? Kamu dan dia sudah …" Ibunya sengaja menggantung kalimat sambil mengisyaratkan sesuatu.Karena sudah terlanjur diketahui, Jhon pun tak mengelak meski sebenarnya sangat malu. "Iy–a, itu ben–ar tapi pernikahan kita tidak bisa secepat itu, Ibu!"Ibunya menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri. "Tidak bisa, Jhon! Kamu sudah merenggut kesuciannya jadi kamu harus sesegera mungkin menikahi Aleta.""Bu!""Ingat, Jhon! Kamu ini tinggal di Indonesia. Adatmu disini jangan disamakan dengan negara di luaran sana!" Marah Ibunya. "Masih syukur Ibu tidak memukulmu!"Jhon tahu maksud ibunya namun dia tetap tak bisa menerima

  • Bodyguard I'm in love   Apakah ini Nyata?

    Lima jam berselang."Sudah hampir lima jam tapi Ibumu belum datang," keluh Aleta, "apakah rumahmu sejauh Arab Saudi, hah?"Jhon mendaratkan telunjuknya ke permukaan bibir gadis itu. Dan pacarnya yang bar-bar langsung membuka mulut menggigit ujung jarinya."Awh!" pekik Jhon refleks."Kalau masih lama, aku ingin tidur saja." Kesal Aleta.Jhon melirik jam tangannya pelan. Waktu menunjukkan pukul tiga sore, dan seakan sudah tahu sebentar lagi Ibunya datang, pria itu langsung mengemas barang sekaligus mengambil fasilitas hotel yang boleh dibawa pulang."Apa-apaan ini?" Protes Aleta padahal dia sudah siap tidur.Jhon menjawab santai. "Siapkan dirimu, sebentar lagi Ibuku sampai."Aleta melotot kesal luar biasa. "Ya Tuhan!"Drrr! Ponsel Jhon bergetar. Setelah membaca isi pesan, pria itu tanpa komando menggandeng tangan Aleta serta membawanya keluar.Aleta pasrah mengikuti. Dan begitu mereka sampai di pelataran parkir hotel, Aleta dibuat membatu karena rupanya mobil yang digunakan Ibunya Jhon

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status