Share

8. Kejutan apa lagi ini?

"Apa?! Kamu panggil aku apa?!"

Gibran menarik rambut Kevan hingga pria itu terjungkal ke belakang.

"Aku ini manajer perencanaan kantor pusat HHC. Kamu harus hormati aku!"

Kevan menahan rasa sakit. Dia menatap Gibran geram.

"Hei Gembel, kenapa tatapan kamu begitu? Nggak terima? Nggak suka posisiku lebih tinggi? Ha! Ha! Ha!"

Gibran tertawa dengan bangga, begitu pula dengan Ken. Keduanya menatap Kevan dengan jijik.

Ken berdiri seraya merapikan jasnya. Dia berseru, "Salahin Ibumu yang durhaka! Bisa-bisanya dia nikah sama gembel yang pengangguran!"

'Pengangguran? Apa itu alasan Kakek menentang hubungan Mama dan Papa?' tanya Kevan di dalam hati.

"Padahal kalau Jasmine mau nikah sama anak relasi Papa, dia nggak akan kelaparan!" seru Ken melanjutkan ucapannya.

"Kalau gitu, si gembel ini nggak akan pernah lahir ke dunia, Pa," sela Gibran.

"Ya nggak apa-apa, Gibran," sahut Ken. "Kita udah pasti nggak akan punya saudara miskin. Ya nggak, sih?"

Gisele mengangguk. "Ya, Paman. Malu-maluin banget punya kakak sepupu miskin kayak dia!"

Kevan berdiri dengan bantuan Ziyad. Dia menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang kotor.

Gibran menimpali perkataan Gisele. "Lagian siapa yang mau mengakui kalau dia sepupu kita?!"

Kini, Gibran menatap Kevan. Dia berjalan mendekati Kevan, lalu meraih kerah kemejanya.

"Panggil aku manajer saat di kantor! Dan, jangan pernah ngaku-ngaku hubungan darah diantara kita! Paham?!"

Usai mengancam, Gibran pergi bersama Ken dan Gisele.

"Tuan Muda, sebelum berangkat ke kantor ganti baju Anda dulu," ujar Ziyad memberikan saran.

Ziyad menyusul Kevan pergi dari ruang makan. Keduanya mempercepat langkah agar tidak terlambat sampai di perusahaan keluarga Hanindra.

***

"HHC Tower." Kevan mengeja nama gedung di depan kelopak matanya. "Ini gedung pencakar langit milik keluarga Hanindra?"

Kedua mata Kevan terpukau pada gedung tinggi milik keluarga Hanindra yang berlokasi di kota Horizon pulau Orion.

"Ini ibukota Horizon yang terkenal?"

Mobil yang membawa Kevan memasuki area lobi utama HHC. Mobil pun terhenti.

Ziyad mengangguk. "Benar, Tuan Muda. Kota Horizon merupakan kota pusat pemerintahan dan pusat bisnis," jawab Ziyad.

Omar hendak membukakan pintu mobil untuk Kevan. Namun, Kevan terlanjur ke luar dari mobil lebih dulu.

"Maaf, Tuan, lain kali tolong tunggu saya buka pintu mobilnya," ujar Omar.

"Oh, oke," jawab Kevan. "Aku akan menyesuaikan, Omar."

"Selamat datang di Hanindra Holdings Company, Tuan Muda pertama!" Maudy menyambut kedatangan Kevan. Dia menundukkan badan.

"Nggak perlu terlalu formal, Maudy. Bersikap biasa aja!"

Maudy menggeleng. "Maaf, Tuan. Sepertinya nggak bisa. Karena Anda adalah general manager di kantor pusat," katanya memberikan alasan.

"Hah?! Kenapa semalam kamu nggak bilang?! Jadi, posisiku lebih tinggi dari Gibran?"

Ziyad mengangguk. "Ya, tentu aja, Tuan."

Kevan terkejut. Dia berjalan memasuki area lobi utama HHC bersama Ziyad dan Maudy, sedangkan Omar pergi memarkirkan mobil.

"Apa Anda ingat? Saya semalam udah bilang, tapi Anda menolak penjelasan saya."

Maudy membawa dokumen di tangannya. Lantas, Kevan pun bertanya, "Kamu bawa apa?"

"Oh, saya hampir lupa." Maudy menyerahkan dokumen kepada Kevan. "Silakan dibaca-baca dokumennya untuk meeting pagi ini, Tuan."

Langkah Kevan terhenti di depan lift VVIP. "Astaga, Maudy!" Kevan mengambil dokumen tersebut, lalu melihat-lihatnya sebentar.

"Ya, Tuan Muda?" Maudy kebingungan, tetapi dia tetap tersenyum menghadapi Kevan.

"Ini hari pertama aku kerja di kantor pusat. Kenapa aku harus ikut meeting? Oh, Lord!" seru Kevan panik. Kevan menggaruk-garuk kepala. Dia tidak tahu harus melakukan apa!

Maudy dan Ziyad hanya bisa tersenyum melihat respon Kevan.

"Tenang, Tuan!" Ziyad mencoba menenangkan hati Kevan. "Ada saya dan Maudy. Anda cukup dengarkan presentasi dua relasi bisnis kita."

Tidak lama kemudian, pintu lift terbuka lebar. Seorang petugas lift wanita tersenyum ketika melihat Kevan dan dua orang lainnya.

"Silakan!" seru si wanita.

Kevan melangkah mengikuti Ziyad. Dia mulai berkeringat dingin.

"Lantai 11," ucap Maudy ramah.

"Oh, lantai general manager? Baik, Bu." Si petugas lift segera menekan tombol 11 pada dinding lift.

Pintu lift pun tertutup seiring dengan kedua mata Kevan yang tertutup.

Ziyad menatap Kevan serius. "Tuan, ada apa?" tanyanya kebingungan. Dia melihat Kevan berpegangan erat pada besi panjang sebagai pegangan yang berada di belakangnya.

"Tuan, Anda sakit?" Maudy ikut bertanya.

"Kita pergi ke lantai berapa, Ziyad? Gimana kalau kita ke luar sekarang dan naik tangga darurat aja?"

Maudy mengeluarkan tisu dari saku blazer. Dia dengan cekatan mengusap peluh di dahi Kevan.

"Stop, Maudy! Jangan sentuh aku!" Kevan meraih tisu dari tangan Maudy.

'Aku nggak biasa bersentuhan dengan cewek, selain Nona Cia,' pikir Kevan.

"Ya, Tuhan! Anda phobia naik lift, Tuan?" Ziyad pun mengerti kelakuan aneh tuannya.

"Aissshh! Jangan keras-keras, Ziyad!" tegur Kevan kesal.

"Anda nggak mungkin naik tangga ke lantai 11, kan, Tuan?"

Kevan hanya bisa pasrah saat mendengar jawaban Maudy. "Oh, Lord! Aku masih ingin hidup lebih lama."

Ziyad memegangi lengan Kevan. "Tenangkan diri Anda, Tuan! Tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan perlahan!"

Akhirnya lift berhenti di lantai 11. Kevan lega. Dia berjalan mengikuti langkah Ziyad.

"Astaga, Anda berantakan banget, Tuan!" Maudy menggeleng.

"Udah diam! Kamu nggak tahu, aku hampir mati tadi?"

Maudy menahan tawanya. Dia berjalan di sisi kiri Kevan, sedangkan Ziyad berjalan di depan mereka.

Kevan mendengar sayup-sayup pembicaraan beberapa orang.

"Eh, kamu tahu berita hot pagi ini?" tanya wanita gemuk berpakaian serba hitam.

Wanita kurus di sebelahnya terlihat tertarik dengan pembicaraan temannya. Dia bertanya, "Apa?"

"Bu Olivia bilang, kantor kita akan kedatangan seorang manajer umum baru. Katanya sih, dia masih muda," jawab si wanita gemuk tadi.

Sebelum berbelok ke ruangannya, Kevan menghentikan langkah tepat di depan ruang tunggu. Kedua matanya tertuju pada sosok wanita putih nan cantik dengan rambut panjang yang tergerai.

"Tuan, ada apa?" tanya Maudy begitu melihat Kevan berhenti melangkah.

"Nggak usah peduli gosip murahan tadi, Tuan!" seru Ziyad.

Kevan menggeleng. Dia bertanya, "Siapa dia? Kayaknya aku kenal."

Ziyad dan Maudy sontak mengikuti arah pandang Kevan.

"Oh, dia perwakilan dari Wijaya Corp. Namanya Nulla Hanifah. Dia sudah sampai sejak 60 menit lalu, Tuan," jawab Maudy.

Kevan tersenyum tipis. Dia bergumam, "Kejutan apa lagi ini?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
kyaknya kevan ada apa2 niy dg nona cia ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status