Share

Bagian 3 : Sarah Gadis Ayu

Seorang anak yang lebih tinggi mendorong Sarah kecil hingga tersungkur. Ia membenci Sarah yang teramat mahir memainkan permainan engklek. Karena kemahirannya, Sarah jarang mati ( dalam permainan ) sehingga teman-temannya banyak termenung menunggu giliran. Sarah kecil menangisi ketidak adilan yang ia dapat dari Wati. Gadis yang mendorongnya. Sementara teman-teman yang lain tampak acuh dengan jatuhnya Sarah. Menurut Wati, hal yang dilakukan sudah benar, karena memberikan kesempatan bermain bagi anak-anak yang lain. Seharusnya sarah tahu diri dan mengalah, begitu pikirnya. Ketika allah telah member porsi kenikmatan yang berbeda-beda setiap mahkluknya, selalu saja ada yang iri dan membenarkan tindakan buruk yang dilakukan. Ya.. pada kacamata manusia semua hal bisajadi benar berdasarkan kacamata subjektif mereka. Maha benar Allah atas segala yang ada di dunia. Sesungguhnya manusia tidak benar-benar tahu apa yang terjadi kepada dirinya.

Sarah yang tidak terima diabaikan, memilih untuk meninggalkan permainan dan pergi ke pinggir danau tempat kesukaannya. Memang benar, anak yang lebih pintar dari sebayanya, kalau tidak banyak teman pasti tidak punya teman. Teman adalah bagian dari ketidak ikhlasan dalam sebuah hubungan. Jika teman yang pintar tidak bisa dimanfaatkan, mereka akan memilih menjauh sejauh-jauhnya. Seperti yang dirasakan sarah sore hari ini. setelah lelah menangis ia kemudian merenung. Dalam renungan ini ia bertemu remaja yang lebih besar darinya, tersenyum ke arahnya.

Inderalaya. Remaja itu mengulurkan tangannya.

Sarah terbengong atas ketampanan yang dimiliki oleh remaja itu. Angin berhembus mengitari mereka. Hawa dingin merayap masuk ke dalam hatinya, memberikan sensasi kesejukan yang menentramkan. Pandangan mata yang teduh dari remaja itu mampu menyihir pikirannya untuk berhenti beraktivitas guna terfokus. Sesaat setelah remaja itu berdehem, ia merasakan kesadarannya kembali.

“Saya Sarah, salam kenal”. Mereka akhirnya berjabat tangan.

Pertemuan pertama ini menjadi penyambung pertemuan-pertemuan lainnya. Tidak lagi di pinggir danau, melainkan tempat-tempat lain yang tidak terduga. Dengan kekuatan yang dimiliki inderalaya, ia bahkan sanggup menerbangkan sarah ke menara Eiffel sekalipun. Satu hal yang pasti, mereka kini adalah sepasang kekasih.

********

Sarah tengah tertidur kala inderalaya datang mengetuk jendela kamarnya. Tidak masuk rumah begitu saja atau kita sebut nyelonong, adalah etika bertamu yang baik. Meskipun ia sebenarnya bisa dengan mudah masuk ke kamar kekasihnya itu.

Sarah terbangun segera dan membuka jendela kamarnya. Inderalaya tersenyum simpul. Sarah membawanya duduk di ranjang. Inderalaya baru sehari tidak bertemu dengan Sarah, namun bagi Sarah, telah seminggu lebih ia tidak bertemu. Jarak waktu antara dunia manusia dan dunia oranye sangat berbeda.

Inderalaya menyalurkan rindunya dengan mengecup lama pada dahi Sarah. Bahkan selama seminggu ini sarah tidak henti-hentinya memakai wangi-wangian yang disukai inderalaya untuk menyambut sewaktu-waktu ia datang. Sarah menjadi perempuan genit hanya pada Indera dan berubah garang pada setiap laki-laki yang ia temui di desa.

Tidak ada laki-laki di dunia ini yang sebaik dan setampan inderalaya. Banyak pemuda desa yang mendekatinya, namun berakhir dengan kesinisan yang ia berikan. Pernah ada yang nekat mendekati dan hampir berbuat yang tidak patut kepada Sarah, Pemuda itu berakhir dengan kecelakaan parah. Jika sudah sampai ini, inderalaya adalah sosok yang patut dicurigai. Lelaki mana yang rela perempuannya didekati laki-laki lain, apalagi dengan tindakan yang memicu amarah.

Ciuman di dahi turun ke hidung, tak puas dengan itu Indera menyesap ke bawah, menimbulkan decakan yang hanya mereka yang dengar. Matanya berkabut. Namun, lagi-lagi kewarasan sarah mengambil alih, menghentikan sinyal birahi yang pasangannya gaungkan. Sarah sepenuhnya sadar, bahkan norma agama dan norma susila, bahkan adat istiadat tidak berkenan hal tersebut terjadi tanpa adanya ikatan suci pernikahan. Inderalaya cukup tahu diri dan mengambil nafas panjang lantas meminta maaf. Pertemuan dalam kamar adalah yang paling berbahaya, karena suasananya begitu mendukung. Pastikan tempat lain saja.

*********

Sarah muda yang cantik namun susah didekati menjadi buah bibir warga desa. Sang Ayah turut prihati. Sepeninggal ibunya 17 tahun yang lalu, tepat ketika usianya menginjak 6 tahun, gadisnya adalah sosok yang tegar, tidak pernah sekalipun ia mengeluh, bahkan ketika gadis seusianya kini banyak yang meminang.

"Sampaikan rasa sedihmu, Nak. Ayah selalu mendengarkanmu."

 "Tidak ada ayah mungkin ayah ingin menyampaikan sesuatu?" Sarah gadis yang cantik dan cerdas. Ia dengan mudah menangkap kegalauan yang ayahnya rasakan. 

"Apa ini tentang yang dibicarakan warga desa?"

Sang ayah mengangguk.

"Anwar tampan, perangkat desa, tapi kamu tidak mau. Restu anak juragan sembako, meski menurut ayah kurang tampan, kamu juga gak mau. Kemudian Asep, Joni, Singgih, siapa lagi ayah lupa..

Cukup ayah, mereka bukan seleraku

Lantas yang bagaimana?" Sang ayah mulai lelah.

Sarah terdiam cukup lama.

"Seorang cucu akan menambah warna dalam hidup ayah." Ungkap sang ayah.

Tatapan Sarah melemah, air matanya menggenang. Ia tertunduk, akan menyampaikan isi hatinya yang entah itu baik atau tidak bagi ayahnya.

"Sarah punya seorang kekasih ayah."

Mata sang ayah berbinar menyambut kejujuran putrinya.

"Ia berjanji akan menikahi Sarah. Ia berjanji akan membawa Sarah turut serta bersamanya."

"Siapa anakku?"

"Pangeran Inderalaya"

"Siapa Pa..pangeran? adakah pangeran di dunia ini? oh keturunan keraton? Berdarah biru? Astaga, nak. Kita tidak sederajat dengan mereka. Dari mana? Jogja? Solo?" ayahnya antusian namun sedikit ragu.

Sarah menggeleng.

"Bukan, Ayah. Ia dari Negeri Oranye. Kerajaannya ada di Danau Gelandang."

Ayahnya tercengang. Siapa yang tidak tahu daerah wingit itu. Dan siapa yang tidak terpikir akan kemungkinan-kemungkinan itu. Sang ayah menatap putrinya yang tiba-tiba menangis.

"Jin?" tanya ayahnya singkat.

Sarah mengangguk.

Ayahnya kehabisan akal. Menghela nafas dengan kasar.

"Ini gila. Banyak laki-laki di luar sana. Mengapa jin? Kalian berbeda. Tadi apa? Berjanji membawa kamu pergi bersamanya? Menikah dengannya? Kamu mau ninggalin ayah? Mustahil. Jancuk!!"

Sarah meringis mendengar umpatan sang ayah. Tidak akan ayahnya memberi umpatan kalau perkara itu tidak menimbulkan gejolak yang teramat kuat di hatinya. Seratus persen sang ayah menolak. Sekarang yang harus dilakukannya adalah mengadu pada sang kekasih.

Next...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status