Share

Bagian 4 : Pangeran Inderalaya

Lagi-lagi peri kecil itu mengacaukan harinya. Lego yang telah ia susun sedemikian rupa, hancur diterjang olehnya. Peri kecil, Andini sang pengacau. Walaupun marah, ia tidak bisa mengungkapkan amarahnya. Tidak, ia tidak sanggup. Tidak pernah seorang Andini bisa memunculkan amarahnya. Ia akan memilih menghindar atau bersembunyi di kamar kakaknya. Dan pilihan kedua adalah yang dipilihnya.

Penjaga paviliun kakaknya menghentikan langkah Sang Pangeran.

“Maaf Pangeran, Pangeran Suryanaka sedang bersama Putri Pitaloka, mohon pengertiannya."

Ah ya, ia lupa. Bahkan kehadiran Andini di istana bukan tanpa sebab. Semalam adalah pesta pernikahan kakaknya dengan salah seorang putri dari kerajaan laut selatan. Terdengar berisik di dalam kamar, ia merasa kasihan dengan penjaga yang berjaga di luar pintu. Yakin setelah ini, mereka akan pulang pada istri-istri mereka atau pada seorang gundik untuk menyalurkan hasrat yang tertunda, oh terkumpul karena pergumulan Pangeran dan Putri di dalam paviliun.

Pernikahan dilaksanakan berdasarkan hitungan seekor ular merasakan birahinya. Bulan ini adalah bulan-bulan di mana seekor ular betina dalam puncak birahinya. Seekor betina akan bertindak aktif pada pasangannya. Seperti kali ini, bahkan dari malam hingga siang mereka tidak berhenti. Untung suryanaka adalah seorang yang kuat. Menikahi seekor ular betina adalah dambaan pria-pria negeri oranye, katakana peri adalah mahkluk paling cantik sejagat raya, namun tidak bisa menandingi seekor ular betina di ranjang.

Lelah dengan pikirannya, remaja tanggung itu mencoba mencari suasana baru di pinggiran kerajaan.

*********

Inderalaya telah mengamati gadis kecil itu menangis, kemudian masih tetap diam mengamati gadis kecil itu terbengong menatap ke depan. Nalurinya mengajak untuk berkenalan.

Inderalaya sembari menjulurkan tangan. Kemunculannya pasti membua gadis itu kaget. Gadis kecil itu terbengong-bengong menatap wajahnya. Sepertinya ia merupakan bagian dari yang menyetujui ketampanan sang pangeran. Ia menatap pada manic mata gadis kecil itu.

Cantik. Gumamnya. Ia berdehem.

Gadis kecil itu mengerjap. Saya Sarah. Salam kenal.

Senyum malu-malu terbit dari wajah ayunya. Inderalaya memastikan ini bukan pertemuan terakhir kali antara mereka. Karena pertemuan ini adalah awal dari kisah perjalanan mereka menuju kebahagiaan yang nantinya mereka susun. Hati Inderalaya telah tertambat pada seorang manusia yang pertama ia kenal.

*******

Setiap hari ia menemui Sarah. Bagi Sarah, seminggu sekali pria itu datang. Inderalaya buka pangeran yang tidak memiliki kesibukan sehingga dalam sehari harus berkali-kali berkunjung. Setiap hari berkunjung saja, sudah menjadikan ayahnya berfikir keras akan anaknya.

Inderalaya mengetuk jendela Sarah. Kemudian gadis yang wanginya selalu ia suka itu menerbitkan senyumnya saat membuka jendela. Ia dan Sarah duduk di atas ranjang. Sangat terlihat, ada rindu di antara keduanya.

Rindu itu pula yang memancingnya untuk bergerak mendekat dan mengecup lama pada dahi Sarah. Harum pada tubuh Sarah mengacaukan pikirannya. Ia penasaran untuk mengecup hidung Sarah, lagi. Tidak berhenti di sana, sepertinya bibir Sarah memanggil untuk dijamah. Amat lama keduanya saling berbagi ludah. Ia sudah tidak kuat lagi. Ia akan meledak. Di tengah tanjakan tinggi, Sarah tiba-tiba menghentikan laju rodanya. Memberikan kesadaran pada Inderalaya, bahwa apa yang mereka lakukan  adalah salah. Kesalahan yang terus diulang, decaknya. Ia menarik nafas dalam, menetralkan sesuatu dalam dirinya. Ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak bisa terus berada dalam kebimbangan. Sarahnya sepenuhnya harus menjadi miliknya.

"Aku sangat mencintaimu, Sarah."

"Aku tahu, aku juga sangat mencintaimu

Aku, kamu, kita, tidak ingin terus dikendalikan nafsu hewani dan melakukan banyak dosa."

Sarah menatap pasangannya seolah menggumamkan tanya.

"Aku ingin kita bersatu dalam pernikahan. Tapi aku juga tidak rela membiarkan pandangan pemuda-pemuda sialan itu memujamu. Bahkan disaat telah terjadi pernikahan nanti, seolah kamu tidak bersuami, itu menyiksaku. Oleh karena itu, aku tidak bisa mempertahankan kita ada di dua dunia.”

"Sayangku, aku bisa bertahan sendiri. Aku tidak tertarik pada mereka. Abaikan saja."

"Kamu tidak tertarik, tapi berbeda dengan mereka. Sekarang dengar, apabila kita menikah, kemudian kamu hamil, tidakkah mereka bertanya-tanya siapa ayahnya? Atau paling buruk akan menganggap kamu sebagai perempuan tidak benar"

Sarah memandang galau pada Inderalaya.

“Lantas?”

"Ikutlah denganku. Teruslah bersamaku. Kita membangun rumah sendiri di dunia oranye." Ucap inderalaya yakin.

"Bagaimana dengan ayah?"

"Kamu masih bisa bertemu dengan ayahmu sayang. Meskipun dunia kita berbeda. Kamu tidak bisa bertahan terus dengan ayahmu selagi nanti pasti ada yang akan meminangmu. Tidak ada bedanya denganku atau dengan pemuda lainnya. Oh sial, aku tidak bisa membayangkan kamu dimiliki orang lain."

Sarah tersenyum.

"Kamu yang terbaik. Ucapnya pada Inderalaya." Keduanya berpelukan.

***********

“Darimana saja kau?"

“Apa ayah pura-pura tidak tahu?"

“Aku hanya memastikan, apakah anakku akan menyembunyikan fakta demi melindungi gadisnya atau dengan lantang mengakuinya."

Pangeran Inderalaya menatap ayahnya dengan yakin.

“Aku ingin menikah, Ayah."

“Iya, kamu akan menikah."

“Menikahi gadisku. Dan tidak seorangpun dapat melarangnya."

Sang ayah terkekeh.

"Seorang pangeran menikahi gadis biasa? Hah.. apakah ini lelucon. Seorang manusia biasa?!"

 "Ia luar biasa, Ayah."

"Kamu akan menikah dengan Putri Andini."

"Aku benci pernikahan politik."

"Tidakkah politik itu menguntungkan? Lihat kakakmu. Apakah ia merasa galau pada pasangannya?"

Pandangannya terarah pada dua sosok yang dengan tidak sopan bercumbu di depan Raja.

"Oh maaf, Ayah. Saya tidak bermaksud."

"Saya hanya memberi gambaran pernikahan politik yang ayah sampaikan tadi cukup menyenangkan. Apalagi Pitaloka sangat cantik hari ini." Ucap Pangeran Suryanaka.

Pangeran Inderalaya berdecak. Sungguh pintar kakaknya membuat alasan.

"Sudah ada pangeran yang mengikuti apa kata ayah, maka biarkan aku memohon untuk mengikuti diriku sendiri, Ayah."

"Pernikahan politik ini istimewa anakku, apakah kamu lupa seorang Andini dalam hidupmu?"

"Aku selalu ingat ayah, ia selalu berhasil mengacaukan hariku."

Sang kakak terkekeh.

"Mereka sangat cocok, Ayah." Ungkap sang kakak.

"Demi mendiang ibumu, Ratu Amnesya, Andini sangat dekat dengan Ratu dulu." Ucap Raja.

"Andini gadis kecil yang kehilangan ibunya di perang pasifik kala itu, keren ya.. ibunya ikut perang." Tambah sang kakak.

"Tolong jangan bawa nama ibu." Pangeran Inderalaya memelas.

"Ibunda akan sangat senang bila anaknya bisa bersama putri kesayangannya." Sang kakak memanasi.

Wajah ayahnya berbinar. Mengingat masa lalu ketika Andini dan Inderalaya masih kecil, walaupu perbedaan usia mereka begitu terlihat, mereka tetap bermain dengan hangat. Raja Harismaya dan Raja Aryadwipa berteman sejak kecil. Begitu Andini ditinggal mati yang ibu, Raja Aryadwipa sering membawa anaknya itu untuk dititipkan pada ratu Kerajaan Danau Gelandang, Ratu Amnesya yang kebetulan tidak memiliki seorang putri.

"Bagaimana anakku?"

"Terserah. Aku mau menikahi Andini jika nanti aku tetap diperbolehkan berhubungan dan menikah dengan Sarah."

"Oh, namanya Sarah." Gumam Pitaloka tanpa sadar.

"Diskusikan itu lagi dengan Andini, yang jelas ayah pada dasarnya melarang. Tapi ayah tau kau sangat keras kepala."

"Tipikal anak ayah." Sahut sang kakak.

Pangeran Inderalaya pamit undur diri menemui Putri Andini.

Next...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status