Home / Romansa / Bos Arogan Itu Ayah Anakku / Bab 82 – Pemberhentian yang Tak Terduga

Share

Bab 82 – Pemberhentian yang Tak Terduga

Author: Bulandari f
last update Last Updated: 2025-03-18 23:18:54

Bab 82 – Pemberhentian yang Tak Terduga

Pagi itu, matahari baru saja muncul di ufuk timur. Anya tengah bersiap untuk berangkat kerja seperti biasa. Ia baru saja menyelesaikan riasan ringan di depan cermin ketika bel pintu rumahnya berbunyi.

"Siapa pagi-pagi begini?" gumamnya, berjalan ke pintu dan membukanya.

Seorang kurir berdiri di depan pintu dengan wajah datar. "Permisi, ini ada surat untuk Anda, Bu Anya."

Anya mengernyit. Ia menerima amplop putih itu dan mengucapkan terima kasih sebelum menutup pintu. Tangannya bergerak cepat membuka amplop tersebut, membaca isinya dengan seksama.

Matanya membelalak. Jantungnya serasa berhenti berdetak sesaat.

"Dengan ini kami memberitahukan bahwa terhitung sejak hari ini, Anda tidak lagi bekerja di perusahaan ini. Keputusan ini bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat."

Anya meremas surat itu, wajahnya merah padam karena emosi.

"Pemecatan?" bisiknya dengan nada tak percaya.

Tangannya bergetar, dadanya bergemuruh penuh kemaraha
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 83. Hamil di luar nikah

    Bab 83 – Evan berjalan dengan langkah cepat menuju rumahnya. Kepalanya dipenuhi kemarahan yang membuncah. Ia tak habis pikir bagaimana bisa surat pemecatan Anya keluar tanpa sepengetahuannya, bahkan dengan tanda tangannya yang jelas-jelas ia tidak pernah bubuhkan. Begitu memasuki rumah, ia langsung melihat ibunya, Saraswati, duduk santai di sofa sambil menyeruput teh. Chintya ada di sampingnya, wajahnya terlihat puas seolah baru saja memenangkan pertempuran besar. Evan langsung menghentikan langkahnya di depan mereka. "Mama," suaranya dingin, "Aku ingin penjelasan. Apa maksudnya memecat Anya tanpa konfirmasi dariku?" Saraswati meletakkan cangkir tehnya dengan santai. Ia menatap putranya dengan ekspresi yang sudah dipersiapkan. "Kau masih berani bertanya, Evan?" suaranya terdengar tenang, tapi penuh tekanan. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kau lakukan sejak dulu—menyingkirkan wanita itu dari hidupmu." Evan mengepalkan tangannya. "Mama tidak punya hak untuk mengambil keput

    Last Updated : 2025-03-19
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 84 – Luka yang Tak Termaafkan

    Bab 84 – Luka yang Tak Termaafkan Evan masih berdiri di depan pintu rumah Anya, tangannya mengepal, dadanya naik turun menahan emosi. Ketukan kerasnya tak mendapat jawaban. Anya jelas tidak ingin berbicara lagi dengannya. Di dalam rumah, Anya berdiri bersandar pada pintu. Matanya terpejam, dadanya terasa sesak. Tangannya mengepal erat, mencoba mengendalikan amarah dan sakit hati yang bercampur menjadi satu. Sarah, ibunya, berjalan mendekat dengan wajah cemas. “Nak, kau tidak apa-apa?” Anya mengangguk lemah. “Aku lelah, Bu. Aku benar-benar lelah...” Sarah mengusap bahu putrinya dengan lembut. “Kalau begitu, istirahatlah. Jangan biarkan emosimu menguras tenagamu.” Anya menarik napas dalam-dalam. “Aku tidak akan tinggal diam, Bu. Aku harus mendapatkan Kenzo kembali. Aku tidak peduli bagaimana caranya.” Sarah menatap putrinya dengan penuh keyakinan. “Mama tahu kau kuat, Anya. Tapi hati-hati. Evan bukan musuh yang mudah dikalahkan, terutama jika Saraswati masih ada di belakan

    Last Updated : 2025-03-20
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 85.Hujan Luka di Senja Hari

    Bab 85 – Hujan Luka di Senja Hari Sore itu, langit tampak kelabu. Angin bertiup lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan gerimis yang baru saja reda. Anya berdiri di teras rumah, menyapu dedaunan yang berguguran. Pikirannya masih dipenuhi kegelisahan tentang Kenzo. Namun, belum sempat ia menenangkan diri, suara langkah kaki terdengar mendekat. Anya mengangkat kepala dan melihat dua wanita berdiri di depan gerbang rumahnya. Seorang wanita paruh baya dengan tatapan tajam dan seorang wanita muda yang cantik, tapi dengan ekspresi angkuh. Anya mengernyit. Ia tahu siapa wanita paruh baya itu—Mira, ibu Nathan. Tapi siapa wanita yang bersamanya? Dengan sopan, Anya tersenyum tipis. “Selamat sore, Tante Mira. Ada yang bisa saya bantu?” Mira melangkah masuk tanpa permisi, wajahnya penuh kemarahan. “Kau pasti tahu kenapa aku datang ke sini!” Anya menegakkan tubuhnya, berusaha tetap tenang. “Maaf, saya tidak mengerti maksud Tante.” Mira melipat tangan di dada, ekspresinya semaki

    Last Updated : 2025-03-21
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 86 – Luka yang Tertinggal

    Bab 86 – Luka yang TertinggalSarah menatap putrinya yang masih terisak dalam pelukannya. Hatinya teriris melihat Anya menangis seperti ini, terutama setelah kejadian sore tadi. Ia tahu sesuatu telah terjadi, dan ia tak akan membiarkan putrinya menanggung semuanya sendirian. “Nak, tenangkan dirimu dulu,” ucap Sarah lembut sambil mengusap punggung Anya. Anya menarik napas dalam-dalam, berusaha menghentikan tangisnya. Namun, luka di hatinya terlalu dalam. Ia merasa dunia terus memberinya pukulan tanpa henti. “Apa yang sebenarnya terjadi, Nak?” tanya Sarah penuh keprihatinan. “Kenapa kau terlihat begitu hancur?” Anya menghapus air matanya dengan cepat. Ia tak ingin ibunya ikut cemas. Namun, beban di hatinya terlalu berat untuk ia simpan sendiri. “Tadi sore… Mamanya Nathan datang ke rumah,” Anya berusaha menenangkan suaranya. Sarah mengerutkan kening. “Mira?” Anya mengangguk lemah. “Dia tidak datang sendirian, Ma. Dia datang bersama seorang wanita… Citra. Dia bilang dia tuna

    Last Updated : 2025-03-22
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 87 – Malam yang Tak Terduga

    Bab 87 – Malam yang Tak TerdugaTangan Anya sedikit gemetar saat meraih gagang pintu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya membukanya. Namun, dugaan Anya dan Sarah salah besar. Bukan Nathan yang berdiri di sana. Melainkan. 'Evan'Pria itu berdiri dengan wajah kusut dan mata yang terlihat redup, seolah menyimpan seribu kepedihan. Ada aroma alkohol samar yang tercium, membuat Anya langsung mengernyit. "Evan?" tanyanya, terkejut. "Kau... sedang mabuk?"Evan menggeleng, tetapi keseimbangannya sedikit goyah. "Aku sadar, Anya... Aku datang karena aku ingin bicara denganmu." Anya menatap pria itu dengan kesal. "Ini sudah malam. Apa yang kau lakukan di sini?"Evan menarik napas panjang, lalu menatap Anya dengan serius. "Aku ingin kau kembali bekerja di perusahaan. Dan lebih dari itu... Aku ingin kau menikah denganku, Anya."Anya membelalakkan mata, hatinya seakan berhenti berdetak sejenak. "Apa?!""Aku ingin kita menikah secara siri," lanjut Evan. "Aku

    Last Updated : 2025-03-23
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 88 – Cinta yang Diuji

    Bab 88 – Cinta yang Diuji Anya menutup pintu dengan kasar, seolah ingin menutup semua kenangan yang kembali berputar di kepalanya. Tapi bagaimana pun juga, suara Evan yang terus memanggil namanya masih bergema di benaknya. Sarah menatap putrinya dengan napas berat. "Apa kau benar-benar yakin dengan keputusanmu, Nak?" Anya menghela napas panjang, berusaha mengontrol emosinya. "Ibu, aku sudah cukup menderita karena Evan. Aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama lagi." Sarah mengangguk pelan, tapi raut wajahnya tetap terlihat khawatir. "Aku hanya tidak ingin kau menyesal nanti, Anya. Karena dari cara Evan memandangmu tadi, aku bisa melihat bahwa dia benar-benar menginginkan kesempatan kedua." Anya tersenyum pahit. "Tapi kesempatan itu sudah hilang, Bu." Sementara itu, di luar rumah, Evan masih berdiri dengan tubuh yang kedinginan. Ia mengeratkan jaketnya yang sudah basah, menatap pintu rumah Anya dengan tatapan penuh tekad. **---** Keesokan harinya, kabar tentang Eva

    Last Updated : 2025-03-24
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 89 – Luka di Antara Kita

    Bab 89 – Luka di Antara KitaDi rumah mewah milik Evan, Kenzo duduk di ruang keluarga dengan wajah murung. Tangannya memainkan mobil-mobilan kecil di atas meja, tetapi hatinya tidak berada di sana. Bocah kecil itu mendongak ke arah neneknya, Saraswati, yang sedang duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh. "Nek," suara kecilnya memecah keheningan. Saraswati menoleh dengan senyum lembut. "Ada apa, sayang?" Kenzo menggigit bibirnya ragu-ragu, lalu akhirnya mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. "Kapan aku bisa bertemu Mama? Aku sangat rindu Mama, Nek." Senyum di wajah Saraswati sedikit memudar, tapi ia segera menguasai dirinya. "Mama Anya sedang di luar kota, sayang. Dia sudah menghubungi kami, tapi katanya dia sibuk dan tidak bisa bertemu denganmu sekarang." Kenzo mengerutkan kening. "Benarkah?" Saraswati mengangguk mantap. "Ya, Nenek tidak mungkin berbohong padamu. Mama Anya bilang dia punya banyak urusan dan belum sempat menemui Kenzo. Kasihan ya, Nak." Mata Kenzo

    Last Updated : 2025-03-25
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 90 – Perang Hak Asuh

    Bab 90 – Perang Hak AsuhDi ruang makan rumah Evan, suasana tampak tegang. Saraswati duduk dengan anggun di kursinya, menyesap teh dengan ekspresi penuh perhitungan. Evan, yang duduk di seberangnya, terlihat lelah dan frustasi. Ia baru saja pulang dari kantor dan ingin istirahat, tetapi ibunya tiba-tiba memulai pembicaraan yang membuatnya semakin terbebani. “Kau sungguh bodoh, Evan,” suara Saraswati terdengar tajam. Evan menghela napas, meletakkan sendok di atas piring. “Apa lagi kali ini, Ma?” “Kau bilang tidak akan memperjuangkan hak asuh Kenzo. Kau benar-benar ingin menyerahkan anakmu begitu saja pada Anya?” Saraswati menatapnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Evan memijit pelipisnya. “Ma, sejak awal aku tidak ingin memperpanjang perkara ini. Kalau Anya ingin mengambil hak asuh Kenzo, biarkan saja. Itu memang haknya sebagai ibu.” Saraswati langsung menaruh cangkir tehnya dengan kasar di meja. “Kau benar-benar tidak berpikir panjang, Evan! Jangan jadi pria bodoh!”

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 118

    Bab 118Udara pagi yang redup membangunkan Anya dari mimpi buruk panjang. Sejak pemakaman ibunya beberapa minggu yang lalu, hari-harinya terasa berat dan hampa. Ia duduk di teras rumah kayu peninggalan keluarga, menggenggam secangkir kopi hangat tanpa rasa. Pandangannya menerawang ke halaman depan yang terlantar, seolah mencari jejak kehadiran ibunya dalam setiap helai daun yang gugur.Nathan menutup pintu pelan saat memasuki teras. Wajahnya menampakkan keprihatinan lembut, menawarkan senyuman tipis meski hatinya ikut terluka melihat sahabatnya bersedih. Dengan sabar, ia menyuguhkan secangkir teh melati wangi kepada Anya. “Masih hangat, No,” katanya lembut menggunakan nama panggilan sejak kecil. Tangannya menyentuh bahu Anya secara perlahan, memberikan kehangatan yang sulit diungkap kata-kata.Anya meneguk teh itu perlahan, menahan perasaan yang mulai teraduk dalam dadanya. Napasnya berat menandakan kesedihan yang masih membara. “Terima kasih, Than,” bisiknya pelan. Matanya sembab men

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 117

    Bab 117Langit mendung menggantung berat di atas pemakaman sederhana itu. Aroma tanah basah bercampur dengan asap sisa kebakaran rumah Anya masih tertinggal di udara, menambah sesak di dada wanita itu.Anya berdiri diam di depan nisan yang baru saja dipasang. Tangannya gemetar saat meletakkan bunga di atas pusara sang ibu. Di sampingnya, Kenzo memeluk kakinya, diam dan bingung, seolah ikut merasakan kesedihan yang tak sepenuhnya ia mengerti.Air mata Anya jatuh satu per satu tanpa suara. Ia menggigit bibir, berusaha menahan isak, namun luka di hatinya terlalu dalam untuk disembunyikan."Mama... maaf kalau aku belum bisa bahagiakan Mama. Aku janji... aku akan jaga Kenzo. Aku akan kuat," bisiknya lirih di depan nisan.Di kejauhan, dari dalam sebuah mobil hitam yang terparkir agak tersembunyi di balik deretan pohon cemara, seorang pria menatap adegan itu dengan mata berkaca-kaca.Evan.Ia duduk di kursi belakang mobil, mengenakan pakaian serba hitam. Di tangannya, sebuah map kerja masih

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 116. Ganguan dari istri sah mantan

    Bab 116Hati Anya masih bergemuruh tak karuan saat ia dan Kenzo akhirnya tiba di lokasi bekas rumah mereka. Yang tersisa kini hanya puing-puing hangus, dinding-dinding roboh, dan aroma pahit bekas kebakaran yang masih tercium jelas. Kenzo menggenggam tangan Anya erat-erat, matanya besar menatap sisa kehancuran itu.“Mama... rumah kita kok hancur begini?” bisik Kenzo lirih.Anya berlutut, memeluk anaknya erat-erat. "Ini hanya rumah, sayang... Kita masih punya satu sama lain."Namun dalam hatinya, Anya ingin menangis. Rumah itu menyimpan terlalu banyak kenangan — tentang dirinya, tentang perjuangannya, tentang hidup yang ia bangun sendiri. Dan kini semuanya lenyap.Anya berdiri perlahan. Ia menggendong Kenzo, membawanya ke sisi lain halaman rumah yang agak lebih aman. Di sana, di bawah pohon yang hangus sebagian, Anya meletakkan bunga dan air mineral untuk mendiang mamanya. Ia menunduk, berdoa dalam hati, sementara Kenzo berdiri di sampingnya, ikut memejamkan mata kecilnya.Tak la

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 115. Nenek sihir

    Bab 115Pagi itu, suasana di rumah Nathan masih terasa panas setelah keributan dengan mama Nathan. Anya memilih diam, menahan semua rasa sakit dan kehinaan yang terus dilemparkan padanya. Ia tahu, tidak ada gunanya berdebat dengan wanita yang dari awal tak pernah menerimanya dan Kenzo.Nathan sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, wajahnya masih terlihat lelah dan kusut setelah pertengkaran tadi. Namun begitu menatap Anya yang duduk memeluk Kenzo di sofa ruang tamu, Nathan menghampirinya.“Sayang…” Nathan memanggil lembut.Anya menoleh, memaksakan senyum tipis. "Iya?"Nathan jongkok di hadapan Anya, meraih tangannya. “Aku harus pergi kerja sekarang. Aku tinggal kamu dengan Kenzo di sini, apa tidak apa, sayang? Dan tolong... jangan tanggapi apapun yang Mama katakan. Aku nggak mau kamu makin terluka.”Anya mengangguk pelan. "Aku ngerti, Nathan..."Namun sebelum Nathan benar-benar berdiri, Anya mengeratkan genggaman tangannya. "Na

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 114

    Bab 114 Malam mulai larut. Di kamar yang cukup luas namun terasa asing, Anya duduk di sisi ranjang dengan tubuh kaku. Kenzo sudah tertidur di kamar sebelah setelah Nathan menidurkannya dengan penuh kasih sayang. Nathan kembali ke kamar dan menutup pintu perlahan. Lampu kamar redup. Anya tahu, malam ini mereka resmi menjadi suami istri — setidaknya di mata hukum dan masyarakat. Tapi hatinya belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan itu. Nathan duduk di sebelah Anya, lalu memegang tangan istrinya yang dingin. “Kamu kelihatan tegang, Anya.” Anya menoleh pelan dan tersenyum tipis. “Maaf, aku cuma... belum terbiasa.” Nathan mengangguk mengerti. “Aku ngerti kok. Kamu nggak perlu memaksakan diri.” Anya menghela napas. “Aku tahu kamu suamiku sekarang, dan aku juga tahu aku harus jadi istri yang baik. Tapi... untuk yang satu itu, aku belum siap, Nathan. Bukan karena aku nggak percaya kamu, tapi... hatiku belum sepenuhnya pulih.” Nathan memandang wajah Anya dengan tenang. Ia mengusap

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 113

    Bab 113Evan pulang sebagai sosok yang kalah perang, sampai ia lesu dan tidak begitu bersemangat. sampai Chintya yang sedang bermain dengan ponselnya berdiri dan menghampiri Evan yang sedang membuka jas kerjanya. "Kamu kenapa, Evan? Apa terjadi sesuatu lagi pada mama?"Mata Evan langsung tidak suka dengan ucapan Chintya, yang seperti ingin terjadi sesuatu pada Saraswati, mamanya Evan. "Lah, kamu kok natap aku kayak gitu, Evan? Aku kan hanya sedang bertanya. Apa terjadi sesuatu lagi dengan mamamu, Evan?" Chintya mengulangi ucapannya, membuat Evan menepis badan Chintya dari hadapannya. Evan seperti malas melakukan perdebatan dengan Chintya, karena itu hanya akan menambah masalahnya saja. Alhasil Evan memutuskan untuk mengacuhkan Chintya. Sekalipun Evan tidak suka dengan ucapan Chintya. "Evan, Evan. Kamu kenapa sih?"Chintya mengejar Evan sampai ke dalam kamar. "Van, kamu kenapa?"Dengan bola mata melotot Evan berkata, "Bukan urusanmu!"Chintya jadi kesal, sebab Evan tidak menghargai

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 112.

    Bab 112Pagi itu, matahari seakan enggan bersinar. Langit mendung, seolah ikut merasakan beban di hati Evan. Dengan langkah berat, ia turun dari mobil yang diparkir di depan sebuah gedung megah — tempat pernikahan Anya dan Nathan digelar. Suasana di luar tampak meriah, karangan bunga berjejer, para tamu berdatangan dengan wajah bahagia. Tapi semua itu seperti kabut abu-abu bagi Evan.Roy yang berdiri di sampingnya melirik cemas. “Lo yakin mau masuk, Van?”Evan mengangguk pelan. “Gue harus lihat sendiri… harus pastiin kalau ini bukan kemauan dia.”Mereka melangkah masuk ke dalam gedung. Iringan musik pelaminan terdengar sendu di telinga Evan, seperti menertawakan luka di hatinya. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang selama ini memenuhi pikirannya.Dan di sanalah Anya.Berdiri di pelaminan, mengenakan kebaya putih yang indah… tapi wajahnya pucat, tatapannya kosong. Senyum yang seharusnya merekah di hari bahagia itu justru dipaksakan. Di sampingnya, Nathan tampak begitu perca

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 111. Kemarahan Evan

    Bab 111 Angin malam yang berembus dari celah jendela rumah sakit membawa aroma antiseptik yang menyengat. Lampu-lampu redup di koridor membuat suasana semakin mencekam. Evan berdiri di depan ruangan ICU, menatap kosong ke arah ibunya yang terbaring lemah di balik kaca bening. Tubuh Saraswati dikelilingi alat medis, suara detak monitor jantung terdengar stabil, tapi wajah wanita itu tampak pucat, jauh dari sosok kuat dan angkuh yang selama ini ia kenal. Evan menghela napas berat. Setiap embusan napasnya terasa seperti beban, seolah ada batu besar yang menindih dadanya. Pikirannya kusut. Anya. Mamanya. Chintya. Reza. Nama-nama itu berputar dalam kepalanya bagai badai, memporak-porandakan ketenangannya yang tinggal serpihan. Roy duduk di kursi tunggu, memperhatikan Evan yang seperti kehilangan arah. "Van," panggilnya pelan, "kamu harus kuat, bro. Kita belum selesai di sini." Evan menoleh, mata merahnya menyiratkan kemarahan yang ditahan. "Gue gak habis pikir, Roy. Kenapa hidup gue kay

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 110

    Bab 110"Saat-saat seperti ini kamu masih memikirkan wanita itu, Evan?'Saraswati yang mengalami stroke ringan menatap kasar ke Evan, dengan ucapannya yang juga terbata-bata dan tidak sejelas kemarin. "Ma, apa salah Anya? Kenapa kamu begitu membencinya, Ma."Saraswati ingin mengatakan kalau Anya tidak sepadan dengan keluarga mereka, tapi entah kenapa rasa sakit yang ia rasa semakin parah. Sampai ia merintih kesakitan, dan melihat hal itu Evan segera berlari untuk memanggil dokter. "Ma, Mama kenapa, Ma?" tanya Evan yang merasa kuatir, dilanjutkan dengan Evan yang berteriak memanggil sang dokter. "Dokter, tolong mama ku, Dok!"Seorang dokter berlari, disusul dengan kedatangan Roy yang tadi permisi keluar. "Ada apa ini, Evan? Apa yang terjadi pada Tante?""Aku dan mama tadi sempat selisih paham, Roy. Dan sekarang Mama kejang-kejang. Aku takut mama kenapa-kenapa, Roy.""Kenapa kamu lakukan itu, Evan? Kamu tahu kalau mamamu dalam keadaan kritis. Kamu malah membebani nya dengan pikiran E

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status