Share

4. Tertangkap dan Sebuah Kebimbangan

Tok! Tok! Tok!

Tidak ada sahutan dari kamar kosan kecil itu. Lima pria berbadan besar tersebut saling memandang.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan berubah menjadi gedoran yang nyaring. Berhasil membuat Zia mencebikkan bibir nya kesal.

“Siapa, sih? Perasaan diriku tidak memiliki hutang ke rentenir. Aku sudah membayar kosan selama setahun dan aku tidak memiliki satupun teman di daerah ini.”

Dengan wajah kusut khas bangun tidur. Ziva bangkit dari tidurnya dan berjalan dengan linglung mengecek jendela kosan kecil itu. Matanya melotot sempurna ketika melihat lima anak buah papanya, telah berada di depan pintu kosan.

“Kenapa mereka telah berada di sini?” gumam Ziva mulai tidak nyaman dan menutup gorden jendela.

“Nyonya Ziva, mohon kerjasamanya. Tuan besar telah menunggu Anda dimension.”

Salah satu dari mereka menyahut dari luar. Ziva masih enggan untuk keluar dan segera menyambar kacamata bulatnya dan menguncir rambutnya. Seperti penampilannya pergi kerja sebagai cleaning service, agar mereka tidak mengenalnya dan segera berpindah kosan.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan lima anak buah papanya menunggunya di luar. Ziva menghela nafas pelan dan berdehem.

“Anda semuanya mencari siapa?” tanya Ziva basa-basi dan mengatur irama suaranya agar tidak dikenali.

“Nyonya Ziva, Anda jangan mencoba menipu kami semuanya. Silahkan berkemas dan mengganti penampilan, Anda. Tuan besar akan marah, apabila putri semata wayangnya berpenampilan seperti gembel.”

Gembel? Dirinya dikatain gembel. Awas kalian semuanya. Akan Ziva adukan ke papanya yang menyeramkan itu.

Jadi ... penyamarannya gagal total? Ah! Ziva akan pulang sekarang juga berarti.

“Silahkan, Nyonya. Terhitung sisa waktu anda 15 menit dari sekarang.”

“Apaan ini? Saya Nyonya kalian. Jangan mengatur saya!” tegas Ziva tidak menyukainya.

“Nyonya telah membongkarnya sendiri. Silahkan segera bersiap-siap!”

Ziva janji setelah ini akan menghukum Toni, pemimpin dari mereka berempat yang sangat cerewet yang sekarang mengaturnya seenak jidatnya. Berlagak seperti tuan besar.

“Sabar! 10 menit.” Mereka mengangguk. Ziva mundur perlahan dan segera masuk dan mengunci pintu kosannya.

Di dalam kosannya, Ziva menghela nafas kasar dan mengemasi semua pakaiannya ke dalam koper. Setelah semuanya selesai, Ziva menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

“Kalian semuanya siapa? Mengapa berdiri di depan kosan Ziva, gadis miskin dan cupu itu?” tanya pemilik kosan berumur lima puluh tahun itu.

“Jaga mulut Anda, Nyonya keriput. Tuan besar akan marah mendengarnya.”

“Jaga bicara Anda! Kenapa Anda mengatakan saya keriput? Siapa tuan besar? Apakah sugar daddynya Ziva?"

Wanita pemilik kosan itu tidak habis pikir dengan mereka semua. Apalagi dengan tuan besar yang mereka maksud. Ternyata Ziva laku juga menjadi baby sugar, padahal penampilannya sangat norak.

“Silahkan pergi dari hadapan kami!” tegas Toni.

Wanita itu berkacak pinggang dan menunjuk dengan jari telunjuknya, tidak terima. “ Ini kosan saya. Anda semuanya yang pergi. Sangat merusak pemandangan.”

“Bos, bagaimana kalau kita melaporkannya ke tuan besar, agar kosan kumuh ini rata dengan tanah,” sambung anak buah Toni.

Wanita itu melototkan matanya, mendengar hal itu. 

“Kalian jangan macam-macam. Saya akan melapor ke pihak yang ....”

Ceklek!

Suara pintu terbuka. Fokus mereka teralihkan, seorang wanita dengan penampilan menawan mengenakan dress hitam dan wajah yang sangat cantik keluar menyeret koper dari dalam kosan kecil itu. 

“Kam—kamu Ziva? Ziva dekil dan cupu itu?” wanita pemilik kosan itu terperangah dan hampir tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Dia sangat cantik, bahkan seperti supermodel terkenal. 

Ziva menghela nafas dan mengangguk, membuat tubuh wanita itu linglung dan berakhir pingsan. Eh! Ziva refleks memekik. Lima anak buah papanya membawa tubuh pemilik kosan itu ke sofa yang berada di seberang kosan Ziva.

“Silahkan, Nyonya!” 

Koper telah diambil alih dari tangannya. Ziva berjalan di depan mereka. Sepertinya mobil mewah tersebut berada di luar gang karena tidak bisa masuk hingga ke depan kosan.

“Saya pamit ibu Ani. Semoga secepatnya sadar.” Ziva menutup gerbang kosan dan sekilas menatap bangunan tersebut.

Sebenarnya disini dirinya rugi empat juta karena baru menempati kosan tersebut terhitung 11 hari. Sedangkan dirinya menyewa 1 tahun. Murah? Memang sangat murah karena kualitasnya sangat istimewa.

 Ziva pokoknya nanti akan menagihnya. Katakan dirinya pelit, tapi ya sudahlah.

“Apa yang tengah Anda pikirkan, Nyonya Ziva?” tanya Toni.

“Jangan mengurusi hidupku, Toni. Jangan ikut campur! Kau mengerti? Kepo banget jadi anak buah.”

Toni mengangguk dan membuka pintu mobil mewah itu. Ziva segera masuk ke dalamnya.

Selamat datang hidup yang penuh kekangan dan juga hidup mewah banyak harta.

***

“Nyonya Aura, pihak agensi ingin menemui, Anda. Nyonya Ara menunggu di luar dan memaksa menerobos masuk.” Asistennya melapor.

Aura menghela nafas dan berhenti memoles wajahnya di depan cermin. Pemotretan terakhir, setelahnya ia akan memutuskan semua kontrak agensi model.

“Izinkan beliau masuk!” perintah Aura beranjak dari kursi rias dan duduk di salah satu single sofa.

Asistennya mengangguk dan segera keluar.

“Kita perlu bicara empat mata, Nyonya Aura.” Wanita dengan penampilan elegan dan menawan itu berjalan ke arahnya dan duduk di samping Aura.

“Membicarakan perihal apa lagi, Nyonya Ara? Saya sudah membatalkan kontrak tersebut dan akan membayar semua kerugian agensi, Anda.”

Ara terlihat menghela nafas. Wanita berusia tiga puluh tahun dan menjabat menjadi direktur di agensi besar itu memandangnya dengan lekat. Aura tidak menatap ke arahnya.

“Saya tahu, kamu melakukan semua ini karena tuan Rajendra.”

Aura tidak membalas perkataannya. Pikirannya sekarang tengah kacau, begitupun dengan hatinya yang masih bimbang. 

“Manajer mu, menelpon semalam dan membatalkan sepihak. Kenapa Anda tidak ingin bertemu langsung dengan saya?”

Aura menoleh ke arahnya, “Saya akan segera menikah dan memiliki suami. Jadi, saya tidak akan mencampakkan rumah tangga saya menjadi seorang model.”

“Nyonya Aura, Anda sadar apa yang telah Anda katakan? Lihatlah! Dan pikiran secara baik-baik! Anda masih muda dan sangat berbakat. Dengan anda pergi ke Prancis, akan membuat Anda menjadi super model yang terkenal di seluruh dunia. Tidak hanya di Indonesia saja seperti sekarang ini.”

“Jangan mencoba mempengaruhi saya, Nyonya Ara. Keputusan saya sudah bulat.”

“Nyonya Aura. Kalau memang Tuan Rajendra mencintai, Anda. Beliau akan mengikhlaskan Anda pergi mengejar impian Anda, walaupun hanya 1 tahun lamanya. Itu waktu yang sangat singkat. Sadarlah! Karir Anda tengah naik daun sekarang apalagi menjalin hubungan dengan tuan Rajendra.”

Pikiran Aura semakin kacau mendengarkannya. Ia kembali bimbang menentukan pilihannya.

“Tolong! jangan membatalkan kontrak agensi dan membuat kami kecewa. Anda kami besarkan dengan susah payah. Kami hanya ingin Anda menjadi super model yang terkenal dan itu akan menguntungkan kedua belah pihak.”

“Saya akan memikirkannya kembali. Beri saya waktu.”

Wanita bernama Kim Ara itu tersenyum hangat dan mengangguk. Bukan karena dirinya egois, namun Aura adalah model kesayangan agensi dan berpotensi semakin mengangkat derajat perusahaan.

“Saya permisi. Dan saya tunggu kabar baiknya, Nyonya Aura.”

Aura tidak membalasnya. Tatapannya kembali kosong dengan pikiran berkelana kemana-mana. Satu tahun adalah waktu yang singkat. Aura tidak ingin membuat mereka semua kecewa karena telah bersusah payah membesarkan namanya di dunia entertainment. 

"Maafkan aku!" Aura menghela nafas dan sudah memutuskannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status