Seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang, uang adalah segalanya.
Caramel bahkan sudah kembali masuk kerja meski pernikahannya batal. Untuk menemui Leon, Caramel akan melakukannya setelah pulang kerja.
Walaupun hatinya masih sangat sedih, Caramel berusaha agar tidak menunjukkan rasa sedihnya walaupun setelah dia masuk ke dalam kantor pun banyak teman-temannya yang berkata kalau mereka turut sedih atas apa yang telah terjadi pada Caramel dan Caramel hanya membalas ucapan mereka dengan senyuman.“Mel, kamu gak apa-apa kan?” tanya Tari sambil berbisik, karena sekarang mereka sedang berada didalam ruangan bersama dengan pimpinan mereka.
Caramel tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya. “Aku baik-baik aja kok!”
“Ehem!” Mendengar deheman dari pak Eko si botak gendut itu membuat Caramel dan Tari seketika menatap kearah atasan mereka itu, “Kalian lagi bisikin apa?” tanya pak Eko mengintimidasi.
Caramel dan Tari sangat gugup sekali ketika mereka berdua tertangkap basah oleh pak Eko yang. “E..nggak pak!” Caramel sangat takut sekali dengan atasannya itu sehingga Caramel gagap berbicara.
“Lanjutkan kerjaan kalian! Gak liat apa, teman-teman kalian lainnya yang lagi fokus kerja?” seketika Caramel dan Tari pun melihat kesekitar dengan teman-teman seruangannya yang menatapnya.
“Maaf pak!”
“Hmm!”
Setelah mendapatkan omelan dari pak Eko Caramel dan Tari pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda. Sudah beberapa jam mereka melakukan pekerjaan mereka akhirnya waktu istirahat pun tiba. Kini Caramel dan teman-temannya sedang berada dikantin perusahaan dengan makannan yang sudah habis mereka makan, dan sekarang adalah waktunya untuk bergosip mumpung waktu istirahat 20 menit lagi.
“Eh, kalian tau kan minggu kemarin itu udah ada pengumuman kalau perusahaan ini bakalan ada ceo baru?” tanya Hani.
Semua yang ada disana pun menganggukkan kepalanya, “Terus. Lo nguping?” tanya Elna.
Sebelum kembali berucap, Elsa meminum minumannya terlebih dahulu. “Ih bukan nguping tapi gak sengaja!”
Elna memutarkan bola matanya, “Sama aja kali!”
Hani memilih untuk tidak menanggapi perkataan Elna dan memilih untuk melanjutkan apa yang dia dengar tadi, “Nih yah, tadi gue gak sengaja denger si bodak gendut itu bilang kalau hari ini itu ceo baru kita bakalan datang!”
“Lo serius?” tanya Caramel.
Hani menganggukkan kepalanya “Iya gue serius!” Seketika Caramel penasaran seperti apa ceo baru diperusahaannya.
“Gue sih berharapnya, ceo baru kita itu ganteng, muda gak kayak yang kemarin. Ya walaupun gue akuin sih kalau ceo yang kemarin itu sangat berkarisma. Tapi gue berharap deh yang sekarang itu muda!” timbal Dwi. “Ya siapa tau jodoh!” lanjut Dwi sambil tertawa.
Tari langsung menoyor kepala Dwi dengan pelan, “Itu sih maunya elo!”
“Ya lo juga mau kan?” tanya Dwi menantang.
Tari tertawa, “Iya sih!” jawaban dari Tari tersebut mendapatkan delikan dari Dwi, sedangkan Caramel hanya terkekeh melihat kelakuan temannya itu dan Caramel sangat senang ketika teman-temannya tidak mengungkit tentang pernikahannya, mungkin karena mereka tiidak mau membuat Caramel sedih.
“Gimana pun ceo baru itu, yang penting dia gak nambahin pekerjaan gue deh!” ucap Caramel.
Hani menepuk-nepuk pundak Caramel membuat Caramel keheranan apa yang dilakukan oleh Hani, “Benar. Ternyata lo yang paling waras disini!”
“Oh jadi menurut lo kita bertiga gak waras gitu?” tanya Elna.
“Sorry nih, gue harus berkata jujur,” Hani manganggukkan kepalanya, “Itu emang kenyataan!”
Caramel tiba-tiba merasakan kalau perutnya akan mengeluarkan semua isinya. “Lo kenapa Mel?” tanya Tari.
Caramel hanya bisa memberikan isyarat melalui lambaian tangannya, lalu dengan cepat Caramel pergi ke toilet karena semua isi perutnya akan segera keluar. Setelah mengeluarkan muntahannya, Caramel menatap dirinya didalam pantulan cermin. Memejamkan matanya lalu setetes air matanya keluar. Caramel sangat tau kalau ini adalah efek dari kehamilan mereka. “Miris sekali nasib gue,” Caramel menertawakan dirinya sendiri. “Udah gagal nikah, hamil diluar nikah pula!” tak berapa lama kemudian, Caramel membenahkan dirinya menghapus sisa air mata yang ada lalu kembali bersama dengan teman-temannya.
“Lo kenapa Mel? Gak biasa banget lo muntah, lo sakit?” tanya Dwi.
Caramel pun duduk disamping Dwi, “Gue cuma masuk angin aja kok, lo semua juga tau karena apa!” jawab Caramel yang membuat semua temannya terdiam. Tidak ada yang berani mengungkit kejadian gagal nikahnya Caramel.Caramel pun melirik kearah jam tangannya, “Eh kita ke ruangan yuk, bentar lagi masuk!” ajak Caramel.
“Ayok!”
∞∞∞∞Sesuai dengan apa yang telah diucapkan oleh Hani tadi, kalau hari ini akan ada ceo baru. Benar saja, barusan pak Eko menyuruh seluruh staffnya untuk berkumpul di aula perusahaan karena aka nada ceo baru yang ingin memperkenalkan dirinya.Caramel dan teman-temannya pun sudah berdiri menunggu kedatangan ceo baru tersebut. “Lama banget sih! Sumpah gue penasaran banget gimana wajah ceo baru kita itu,” ucap Tari.
“Bukan cuma lo aja yang penasaran, kita semua yang ada disini pun penasaran!” jawab Caramel.
“Mudah-mudahan muda dan ganteng!” ucap Dwi penuh harapan. Karena Dwi memang berharap seperti yang ada drama korea, ceo jatuh cinta pada karyawannya sendiri.
“Halah, paling juga udah tua!” celetuk Elsa membuat harapan Dwi seketika runtuh.
“Kita taruhan, mau gak?” ajak Dwi.
“Taruhan apaan?” tanya Elsa.
“Nih yah, kalau tebakan gue bener lo harus bayarin makanan gue selama satu bulan begitu pun sebaliknya!”
“Oke!” jawab Elsa. “Ge yakin kalau ceo baru kita itu udah tua!” ujar Elsa percaya diri. Melihat dari tahun-tahun sebelumnya, ceo itu sudah berusia empat puluhan..
“Udah deh, kita liat aja gimana wajah ceo baru kita. Kayak anak kecil lo berdua!” celetuk Elna. Memang dari semua teman Caramel, Elnalah yang jarang berbicara tapi itu langsung masuk ke dalam hati dan tanpa berfikir kalau omongannya itu akan melukai hati orang dan karena hal itu juga tidak aja yang berani berbicara setelah Elna mengucapkan kata-kata menusuknya, karena jika melawannya perkataan yang keluar dari mulut Elna akan semakin tajam seperti pisau.
“Iya-iya, maaf bu maaf!” ucap Dwi dan Elsa.
Caramel melihat hal itu hanya bisa menghela nafasnya, entah kenapa hati Caramel menjadi tidak karuan. Setelah kejadian dia muntah tadi pikiran Caramel terus tertuju pada Leon.
“Eh itu pak Rian udah didepan!” ucap Hani membuat Caramel tersadar dari lamunannya dan teman-temannya pun langsung melihat kearah depan dimana pak Rian sudah berdiri didepan dengan tangan kanannya yang sudah memengang sebuah mix.
Pak Rian kemudian memberikan beberapa patah kata sambutan pembuka sebelum ceo baru yang sedang ditunggu-tunggu itu datang, “Sebelumnya saya mohon maaf karena telah mengganggu waktu kerja kalian. Seperti yang kalian tau kalau hari ini kita akan bertemu dengan ceo baru kita. Tetapi karena ceo baru kita masih dalam perjalan, jadi saya yang harus berbicara didepan mengisi kekosongan,” ucap pak Rian dengan santai.
Beberapa menit pak Rian berbicara didepan para karyawan, lalu tak lama kemudian Caramel melihat kalau pak Riana sedang membuka handphonenya. Tak lama kemudian pak Rian kembali memengang mixnya. “Ceo baru kita sudah datang, kita sambut ceo baru kita!” ucap pak Rian sambil tangannya menunjukkan pada arah pintu masuk.
Dengan sangat amat penasaran semua karyawan termasuk Caramel menoleh kearah pint masuk. Ceo baru itu tengah berjalan menuju depan tak lupa dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Hati Caramel sangat berdebar dan terkejut melihat wajah ceo baru itu. “Leon?” bisik Caramel.
Kesal, marah dan sedih. Semua rasa itu bercampur didalam pikiran Caramel, sudah dua minggu lebih anaknya menghilang dibawa oleh orang lain, tapi perkembangan dari pihak kepolisian tidak ada perkembangan sama sekali.Disisi lain juga dia meminta bantuan dari pihak kepolisian, Caramel meminta bantuan dari para ustad untuk mendoakan anaknya agar segera ketemu dan bisa balik lagi bersama dengan Caramel. Bukannya Caramel tidak percaya dengan pihak kepolisian, namun dia berfikir semakin banyak orang yang mendoakan anaknya, maka anaknya akan semakin cepat untuk ditemukan.Tetapi, Caramel sudah tidak bisa menahan rasa rindunya lagi kepada anaknya itu. Dia ingin bertemu dengan anaknya hari ini juga tidak perduli bagaimana caranya.Mamah Yuni yang melihat penampilan anaknya sekarang, dia sangat khawatir. Mamah Yuni tau kalau Caramel sangat merindukan anaknya sampai dia lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Bahkan selama dua minggu ini pun mamah Yuni tidak pernah meninggalkan Caramel sendirian di
Keyra menarik Kemal untuk keluar dari apartemen Caramel, “Kak ini maksudnya apa? Kenapa kak Leon mau mengambil Emir? Ada apa ini?” tanya Keyra bertubi-tubi.Kemal menyenderkan punggungnya didinding, “Nanti, nanti kakak kasih tau kamu, yang harus kamu ketahui sekarang adalah semua yang ada dipikiran kamu itu tidaklah benar!”Keyra mendekati Kemal, “Melihat kakak berbicara seperti barusan membuat aku semakin yakin kalau kakak sedang berbohong sama aku. Apa yang kakak sembunyiin dari aku?” tanya Keyra serius. “Aku terus merasa sangat aneh apalagi ketika aku melihat anak kak Alexa yang terlihat mirip dengan kakak, dan setelah aku bandingkan dengan Emir dia tidak ada kemiripan sedikit pun dengan kakak. Apa yang kakak sembunyiin dari aku dan kedua orang tua kita kak, aku mohon kakak jawab dengan jujur pertanyaan aku ini!”Kemal menghela nafasnya, Keyra tetap ingin mengetahui kebenarannya tetapi Kemal belum bisa memberitahu Keyra sekarang ditambah dengan janji Kemal kepada Caramel untuk teta
Keyra tidak melanjutkan perkataannya karena suara dering handphone milik kakaknya, “Sebentar kakak angkat telepon dulu!”Sedangkan disisi lain, Caramel sudah berada didalam rumahnya dan semua orang pun mengikutinya ke apartemen termasuk dengan Leon dan Alexa.“Caramel, aku tidak main main dengan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengambil Emir dari kamu karena kamu sudah tidak bisa merawat anakku!”Caramel yang sudah tidak bisa membendung kemarahannya, dia mendekati Leon dengan tatapan marahnya. “Secara Negara lo bukanlah ayah Emir. Selama ini gue yang merawat Emir sedangkan lo sama sekali tidak pernah merawat Emir dan sekarang lo mau mengambil Emir dari gue? Lo gak tau malu atau gimana?”Leon menganggukkan kepalanya, “Oke, aku emang gak tau malu. Tapi, melihat kelalayan kamu itu aku bisa menjadikan bukti kalau kamu emang gak bisa jadi ibu yang baik. Aku bakalan merebut Emir secara hukum!”“Mamah setuju dengan apa yang kamu bicarakan Leon, bagaimanapun mamah gak bisa percaya lagi dengan
“Maksud mamah bukan salah Caramel iya begitu? Bagaimana pun Emir itu anak aku dan Caramel meninggalkan Emir, dia gak becus jaga anaknya sendiri sampai Emir hilang seperti ini!”Melihat Caramel yang ditunjuk seperti itu oleh Leon, membuat amarah dari mamah Yuni naik. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menampar Leon.“Mamah!” jerit Caramel dan Alexa berbarengan.“Mamah apa-apan sih? Kenapa mamah malah nampar Leon? Kenapa mamah nampar suami aku?” tanya Alexa yang tersurut emosi. “Seharusnya yang mamah tampar itu dia, dia sendiri yang gak becus jaga anaknya!”“Karena Leon berhak mendapatkan tamparan itu!”“Mah sudah cukup mah, Alexa dan Leon itu benar. Semuanya gara-gara aku!”“Bagus kalau lo nyadar. Lo tau gak sih, lo itu ngerepotin papah gue!”“Alexa stop!” ucap papah Dion. “Ini bukan waktunya kita bertengkar, dan kamu juga Leon tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu kepada Caramel!”Leon memalingkan kepalanya kearah lain, dia sangat kesal kepada diirnya sendiri dan kepada
Caramel langsung berfikir kalau itu memang orang tuanya. “Iya mbak, sama-sama!” setelah mengucapkan kata itu, Caramel langsung kembali ke tempat duduknya semula. “Loh Emir kemana?”Pikiran Caramel langsung kalut, panik bercampur dengan cemas. Caramel terus berjalan mencari anaknya ke seluruh tempat di taman ini, dia hanya takut kalau ada seseorang yang mengambil anaknya.“Pak mohon maaf saya mau beratanya, apa bapak melihat bayi yang sedang digendong oleh seseorang bapak? Bayi itu memakai pakaian biru?” tanya Caramel pada seorang penjual.“Maaf bu, banyak banget anak kecil atau bayi yang pake baju warna biru. Jadi bapak gak tau, ibu nyari anak ibu bukan?” tanya balik sang penjual bakso.Caramel langsung menggelengkan kepalanya, “Iya pak, saya sedang mencari anak saya!”“Coba atuh bu tanya sama satpam disana, siapa tau anak ibu kerekam di cctv!” kata penjual bakso sambil menunjukkan kearah satpam berada.“Terimakasih pak!”“Sama-sama bu!”Tanpa menunggu lama lagi, Caramel langsung menu
Setelah pergi meninggalkan rumah Alexa, Leon tidak pergi ke rumahnya melainkan ke apartemen miliknya. Apartemen ini sudah lama dia tinggalkan, Leon memang sengaja tidak menjual apartemen ini karena beberapakali juga Leon pernah kesini untuk menenangkan dirinya saja.Leon merebahkan dirinya diatas kasur, dia menatap ke langit-langit kamarnya. Leon teringat kalau dulu dia dan Caramel pernah berada dikamar ini berdua dan tidur bersama disini.Leon merogoh handphone yang ada didalam saku celananya. Dia mencari-cari kontak nomor Caramel lalu dia langsung menekan tombol panggilan. Panggilan pertama Caramel tidak mengangkat teleponnya. Leon langsung mencoba kembali tetapi panggilannya tetap tidak diangkat oleh Caramel.“Kamu lagi sibuk ngurusin anak kita?” gumam Leon sambil menatap layar handphonenya yang berisikan foto Caramel. Leon terkekeh geli, karena dia berbicara pada foto Caramel yang sudah dipastikan tidak akan pernah dijawab.Sedangkan disisi lain, Caramel memang sengaja tidak menga