Share

BAB 3

Seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang, uang adalah segalanya.

Caramel bahkan sudah kembali masuk kerja meski pernikahannya batal. Untuk menemui Leon, Caramel akan melakukannya setelah pulang kerja.

Walaupun hatinya masih sangat sedih, Caramel berusaha agar tidak menunjukkan rasa sedihnya walaupun setelah dia masuk ke dalam kantor pun banyak teman-temannya yang berkata kalau mereka turut sedih atas apa yang telah terjadi pada Caramel dan Caramel hanya membalas ucapan mereka dengan senyuman.

“Mel, kamu gak apa-apa kan?” tanya Tari sambil berbisik, karena sekarang mereka sedang berada didalam ruangan bersama dengan pimpinan mereka.

Caramel tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya. “Aku baik-baik aja kok!”

“Ehem!” Mendengar deheman dari pak Eko si botak gendut itu membuat Caramel dan Tari seketika menatap kearah atasan mereka itu, “Kalian lagi bisikin apa?” tanya pak Eko mengintimidasi.

Caramel dan Tari sangat gugup sekali ketika mereka berdua tertangkap basah oleh pak Eko yang. “E..nggak pak!” Caramel sangat takut sekali dengan atasannya itu sehingga Caramel gagap berbicara.

“Lanjutkan kerjaan kalian! Gak liat apa, teman-teman kalian lainnya yang lagi fokus kerja?” seketika Caramel dan Tari pun melihat kesekitar dengan teman-teman seruangannya yang menatapnya.

“Maaf pak!”

“Hmm!”

Setelah mendapatkan omelan dari pak Eko Caramel dan Tari pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda. Sudah beberapa jam mereka melakukan pekerjaan mereka akhirnya waktu istirahat pun tiba. Kini Caramel dan teman-temannya sedang berada dikantin perusahaan dengan makannan yang sudah habis mereka makan, dan sekarang adalah waktunya untuk bergosip mumpung waktu istirahat 20 menit lagi.

“Eh, kalian tau kan minggu kemarin itu udah ada pengumuman kalau perusahaan ini bakalan ada ceo baru?” tanya Hani.

Semua yang ada disana pun menganggukkan kepalanya, “Terus. Lo nguping?” tanya Elna.

Sebelum kembali berucap, Elsa meminum minumannya terlebih dahulu. “Ih bukan nguping tapi gak sengaja!”

Elna memutarkan bola matanya, “Sama aja kali!”

Hani memilih untuk tidak menanggapi perkataan Elna dan memilih untuk melanjutkan apa yang dia dengar tadi, “Nih yah, tadi gue gak sengaja denger si bodak gendut itu bilang kalau hari ini itu ceo baru kita bakalan datang!”

“Lo serius?” tanya Caramel.

Hani menganggukkan kepalanya “Iya gue serius!” Seketika Caramel penasaran seperti apa ceo baru diperusahaannya.

“Gue sih berharapnya, ceo baru kita itu ganteng, muda gak kayak yang kemarin. Ya walaupun gue akuin sih kalau ceo yang kemarin itu sangat berkarisma. Tapi gue berharap deh yang sekarang itu muda!” timbal Dwi. “Ya siapa tau jodoh!” lanjut Dwi sambil tertawa.

Tari langsung menoyor kepala Dwi dengan pelan, “Itu sih maunya elo!”

“Ya lo juga mau kan?” tanya Dwi menantang.

Tari tertawa, “Iya sih!” jawaban dari Tari tersebut mendapatkan delikan dari Dwi, sedangkan Caramel hanya terkekeh melihat kelakuan temannya itu dan Caramel sangat senang ketika teman-temannya tidak mengungkit tentang pernikahannya, mungkin karena mereka tiidak mau membuat Caramel sedih.

“Gimana pun ceo baru itu, yang penting dia gak nambahin pekerjaan gue deh!” ucap Caramel.

Hani menepuk-nepuk pundak Caramel membuat Caramel keheranan apa yang dilakukan oleh Hani, “Benar. Ternyata lo yang paling waras disini!”

“Oh jadi menurut lo kita bertiga gak waras gitu?” tanya Elna.

“Sorry nih, gue harus berkata jujur,” Hani manganggukkan kepalanya, “Itu emang kenyataan!”

Caramel tiba-tiba merasakan kalau perutnya akan mengeluarkan semua isinya. “Lo kenapa Mel?” tanya Tari.

Caramel hanya bisa memberikan isyarat melalui lambaian tangannya, lalu dengan cepat Caramel pergi ke toilet karena semua isi perutnya akan segera keluar. Setelah mengeluarkan muntahannya, Caramel menatap dirinya didalam pantulan cermin. Memejamkan matanya lalu setetes air matanya keluar. Caramel sangat tau kalau ini adalah efek dari kehamilan mereka. “Miris sekali nasib gue,” Caramel menertawakan dirinya sendiri. “Udah gagal nikah, hamil diluar nikah pula!” tak berapa lama kemudian, Caramel membenahkan dirinya menghapus sisa air mata yang ada lalu kembali bersama dengan teman-temannya.

“Lo kenapa Mel? Gak biasa banget lo muntah, lo sakit?” tanya Dwi.

Caramel pun duduk disamping Dwi, “Gue cuma masuk angin aja kok, lo semua juga tau karena apa!” jawab Caramel yang membuat semua temannya terdiam. Tidak ada yang berani mengungkit kejadian gagal nikahnya Caramel.

Caramel pun melirik kearah jam tangannya, “Eh kita ke ruangan yuk, bentar lagi masuk!” ajak Caramel.

“Ayok!”

∞∞∞∞

Sesuai dengan apa yang telah diucapkan oleh Hani tadi, kalau hari ini akan ada ceo baru. Benar saja, barusan pak Eko menyuruh seluruh staffnya untuk berkumpul di aula perusahaan karena aka nada ceo baru yang ingin memperkenalkan dirinya.

Caramel dan teman-temannya pun sudah berdiri menunggu kedatangan ceo baru tersebut. “Lama banget sih! Sumpah gue penasaran banget gimana wajah ceo baru kita itu,” ucap Tari.

“Bukan cuma lo aja yang penasaran, kita semua yang ada disini pun penasaran!” jawab Caramel.

“Mudah-mudahan muda dan ganteng!” ucap Dwi penuh harapan. Karena Dwi memang berharap seperti yang ada drama korea, ceo jatuh cinta pada karyawannya sendiri.

“Halah, paling juga udah tua!” celetuk Elsa membuat harapan Dwi seketika runtuh.

“Kita taruhan, mau gak?” ajak Dwi.

“Taruhan apaan?” tanya Elsa.

“Nih yah, kalau tebakan gue bener lo harus bayarin makanan gue selama satu bulan begitu pun sebaliknya!”

“Oke!” jawab Elsa. “Ge yakin kalau ceo baru kita itu udah tua!” ujar Elsa percaya diri. Melihat dari tahun-tahun sebelumnya, ceo itu sudah berusia empat puluhan..

“Udah deh, kita liat aja gimana wajah ceo baru kita. Kayak anak kecil lo berdua!” celetuk Elna. Memang dari semua teman Caramel, Elnalah yang jarang berbicara tapi itu langsung masuk ke dalam hati dan tanpa berfikir kalau omongannya itu akan melukai hati orang dan karena hal itu juga tidak aja yang berani berbicara setelah Elna mengucapkan kata-kata menusuknya, karena jika melawannya perkataan yang keluar dari mulut Elna akan semakin tajam seperti pisau.

“Iya-iya, maaf bu maaf!” ucap Dwi dan Elsa.

Caramel melihat hal itu hanya bisa menghela nafasnya, entah kenapa hati Caramel menjadi tidak karuan. Setelah kejadian dia muntah tadi pikiran Caramel terus tertuju pada Leon.

“Eh itu pak Rian udah didepan!” ucap Hani membuat Caramel tersadar dari lamunannya dan teman-temannya pun langsung melihat kearah depan dimana pak Rian sudah berdiri didepan dengan tangan kanannya yang sudah memengang sebuah mix.

Pak Rian kemudian memberikan beberapa patah kata sambutan pembuka sebelum ceo baru yang sedang ditunggu-tunggu itu datang, “Sebelumnya saya mohon maaf karena telah mengganggu waktu kerja kalian. Seperti yang kalian tau kalau hari ini kita akan bertemu dengan ceo baru kita. Tetapi karena ceo baru kita masih dalam perjalan, jadi saya yang harus berbicara didepan mengisi kekosongan,” ucap pak Rian dengan santai.

Beberapa menit pak Rian berbicara didepan para karyawan, lalu tak lama kemudian Caramel melihat kalau pak Riana sedang membuka handphonenya. Tak lama kemudian pak Rian kembali memengang mixnya. “Ceo baru kita sudah datang, kita sambut ceo baru kita!” ucap pak Rian sambil tangannya menunjukkan pada arah pintu masuk.

Dengan sangat amat penasaran semua karyawan termasuk Caramel menoleh kearah pint masuk. Ceo baru itu tengah berjalan menuju depan tak lupa dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Hati Caramel sangat berdebar dan terkejut melihat wajah ceo baru itu. “Leon?” bisik Caramel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status