Share

Wanita Sesuai Kriteria

Lewat pandangan Aura, Cakra melihat permohonan dan harapan yang tampak jelas. Tidak mungkin dia akan salah mengartikan tatapan itu. 

Namun, ketika Cakra menunduk agar kepala mereka sejajar, terdengar nada dering dari gawainya. Sontak Aura mundur dengan tubuh kaku. Cakra sempat melihat warna merah muda yang menjalar di pipi gadis itu, sesaat sebelum membungkuk untuk memungut kemeja Cakra.

"Sebaiknya Aden angkat dulu panggilan itu. Mungkin itu panggilan penting. Saya akan cuci kemeja ini sampai bersih." Tangan Aura bergerak menggulung kemeja yang malah membuat pakaian itu terlihat seperti gumpalan kain kotor.

"Sebaiknya kamu segera bersiap-siap. Urusan kemeja, serahkan saja sama Mbok Minah," teriak Cakra karena Aura berjalan mundur dengan cepat, hingga akhirnya berlari keluar setelah sampai di pintu kamar.

Tangan Cakra merogoh gawai yang ada di saku celana. Nama Rista terlihat di layar utama, jadi dia menggeser simbol agar bisa menjawab panggilan itu.

"Butuh bantuan?" Kata-kata itu diucapkan Rista tanpa basa basi saat Cakra mengangkat panggilan. 

Suara desahan panjang mewakili jawaban putus asa Cakra. Seharusnya sepupunya sudah tahu kondisi terkini, kenapa harus ditanyakan lagi.

Tawa renyah terdengar dari seberang. "Singkirkan pikiranmu itu. Aku menelepon bukan karena mendapatkan penglihatan, tapi karena mendengar dari Bunda kalau kamu sedang dihukum. Kali ini apa yang sudah kamu lakukan sampai dikurung di dalam rumah?"

Suara gelak tawa mengejek terdengar dari seberang. Sepupunya yang jauh lebih muda itu sudah mulai mengejeknya.

"Umurmu sudah berapa sih? Geli aku. Bisa-bisanya dikasih hukuman nggak boleh keluar rumah."

Rasanya memang seperti anak kecil yang sedang diejek kakaknya. Begitulah kondisi antara mereka berdua, meskipun umur Cakra jauh di atas Rista, tapi gadis itu tetap kakaknya, karena bunda Rista adalah kakak dari ayah Cakra. 

"Jadi, sekali lagi aku mau bertanya, kamu butuh bantuan nggak?" Rista mulai terdengar tidak sabar menghadapi diamnya Cakra.

"Apa kamu bisa menghapus mantra punya Ayah?" Cakra langsung menyambar kesempatan kedua yang ditawarkan.

"Bukan hal yang mudah, tapi akan kucoba. Tunggu saja."

Sepupunya itu langsung menutup panggilan tanpa mengucapkan salam perpisahan. Cakra hanya bisa geleng-geleng saja menanggapi kebiasaan aneh sepupunya saat menelepon.

Walaupun Rista masih berumur delapan belas tahun, tapi gadis itu selalu menempatkan diri sebagai kakak yang baik bagi sepupu-sepupunya. Jadi, Cakra yakin kalau kali ini Rista juga akan membantu dengan sekuat tenaga. 

Cakra beranjak menuju jendela untuk memperhatikan kabut hijau. "Sebentar lagi, sebentar lagi pasti bisa keluar dari rumah," batin Cakra.

Ketika Cakra menoleh, dia teringat kembali pada Aura. Kenapa semudah itu dia berpikir untuk mencium Aura, padahal sudah berjanji untuk menjaga jarak. Aura sudah mempunyai jodohnya, walaupun benang itu masih sangat tipis hingga nyaris transparan, tapi tetap saja sudah ada jodoh yang ditetapkan oleh Tuhan untuk gadis itu. Tidak seharusnya Cakra kembali terlibat masalah karena menikung jodoh orang lain.

Cakra berjalan kembali ke tempat semula, tangannya membuka pintu lemari kemudian meraih kemeja v-neck berwarna hitam, lalu memakainya. Ujung lengan digulung sebanyak dua kali agar terkesan santai. Cakra pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang kerja yang ada di lantai satu.

Dia membuka pintu ruang kerja. Cahaya matahari menyusup masuk lewat celah-celah gorden yang masih tertutup. Pasti Mbok Minah belum mengunjungi ruangan yang satu ini.

Jadi, Cakra terlebih dulu membuka semua gorden hingga ruangan itu dibanjiri cahaya matahari pagi. Cakra tertegun saat memperhatikan ke arah rumah kaca. Dia merindukan adik satu-satunya, si empunya rumah kaca. Entah di mana keberadaannya sekarang.

"Den, Pak Hans sudah datang." Suara Aura menarik Cakra dari alam kenangan. Bisa-bisanya dia tidak mendengar suara pintu yang dibuka.

"Panggil saya, Pak. Bukan Aden," tegur Cakra yang perlahan-lahan memutar tubuh. 

Tatapan Cakra terarah pada Aura yang mengenakan celana kain warna hitam dengan atasan kemeja putih polos. Cakra menahan umpatan, karena gadis ini sama sekali tidak modis. Apa dikiranya semua pekerja baru harus pakai baju hitam putih seperti yang dikenakannya sekarang?

Gadis itu pun menutup pintu dari luar saat klien sudah berada di dalam ruangan. Jadi, Cakra harus mengesampingkan urusan Aura dan fokus pada Hans. Tangan terulur Cakra untuk menjabat tangan klien pertama mereka dalam bulan ini.

"Selamat datang di biro jodoh Sepasang. Maaf kalau saya mengubah tempat pertemuan secara mendadak." Cakra sengaja tidak menyebutkan alasan spesifik, karena mengatakan yang sebenarnya akan terdengar konyol. Terutama untuk laki-laki seumurannya.

Syukurlah Hans tidak mempermasalahkannya. Pria itu bahkan duduk di kursi berlengan sesuai dengan arahan tangan Cakra.

"Sebaiknya kita langsung membahas intinya saja. Kenapa tidak ada pertanyaan tentang kriteria wanita dicari saat mengisi formulir pendaftaran? Bagaimana caranya biro jodoh memenuhi keinginan klien?" Dahi Hans berkerut ketika mengajukan keberatan.

"Sepertinya Anda lupa dengan keterangan di bagian bawah, tepat sebelum klik kirim di   form pendaftaran." Cakra sendiri juga sudah mengikuti duduk dengan santai, berseberangan dengan Hans.

Pembicaraan mereka terganggu oleh ketukan pintu. Aroma kopi menguar saat daun pintu berayun membuka. Aura membawa masuk nampan berisi dua buah cangkir kopi. Setelah menyajikan minuman, gadis itu meletakkan nampan di meja kecil yang ada di dekat pintu. Aura kemudian berdiri di samping Cakra untuk mencatat pertemuan ini.

"Silakan diminum," ucap Cakra yang menggeser cangkir lebih dekat ke Hans.

"Aroma ini, tidak salah lagi, pasti kopi dari Temanggung," ucap Hans ketika menghidu harum kopi sebelum meneguknya. 

"Betul,ini memang kopi Arabika Temanggung. Apa ini salah satu favorit Anda?" Tentu saja Cakra tahu jawabannya, tapi basa-basi tetap diperlukan.

"Iya, ini memang kopi kesukaan saya. Baiklah, kita lanjutkan pembicaraan ini. Saya kira peringatan itu tidak penting, jadi hanya dibaca sambil lalu. Kalau saya tetap ingin dicarikan sesuai kriteria yang saya tetapkan, apakah Sepasang bisa memenuhinya?" Hans masih bersikeras dengan permintaannya. 

"Tentu saja tidak bisa, itu bukan cara kerja biro jodoh kami. Kami mencarikan jodoh yang akan sesuai dengan Anda. Penilaian cocok atau tidaknya mengikuti prosedur kami. Klien hanya harus mengikuti tata cara kami," ungkap Cakra dengan suara tegas yang membuat Aura terkesiap.

Dari sikap yang ditunjukkan Hans dan Aura, mereka pasti tidak bisa menerima cara kerja Cakra. Namun, cara inilah yang berhasil membuat banyak pasangan menemukan jodoh mereka.

"Lalu, bagaimana caranya Anda menemukan orang yang cocok itu?" Alis Hans terangkat untuk bertanya sekaligus melemparkan tantangan.

Cakra menarik laci meja dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, lalu mendorongnya hingga di depan Hans.

Pria yang memakai kemeja biru tua itu membuka kotak untuk melihat isinya. Dahinya berkerut ketika menemukan sebuah smartwatch.

"Jangan bilang kalau ini sebenarnya alat pelacak!"

Cakra salut dengan kepandaian pria yang penampilannya mirip dengan idol Korea. Jadi, dia hanya mengangguk untuk menegaskan kecurigaan kliennya itu.

"Saya sudah bayar mahal untuk menjadi anggota biro jodoh, tapi kalian tidak mau mendengarkan permintaan klien. Kalian malah memberikan sebuah pelacak! Apa ini juga termasuk paket lengkap dengan alat penyadap?" tuduh Hans dengan sudut bibir terangkat.

Ekspresi Cakra masih sedatar tadi ketika mengatakan kalau itu sesuai dengan yang dipikirkan oleh Hans. Ucapan Cakra rupanya memprovokasi Hans, terlihat dari mata yang kian melebar. Pria itu berdiri dengan cepat, membuat Aura refleks merentangkan tangan di depan Cakra untuk melindungi majikannya.

"Saya tidak butuh alat ini!"

Tangan Hans meremas smartwatch sebelum akhirnya melemparkannya ke sudut ruangan. Suara benda pecah terdengar ketika smartwatch membentur dinding.

Namun, Cakra sama sekali tidak marah. Dia malah tersenyum puas saat melirik pergelangan tangan Hans. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Amih Lilis
yah ... abis. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status