Semua Bab Bride For the Matchmaker : Bab 1 - Bab 10
33 Bab
Lamaran yang Gagal
"Apa kamu yakin mau melamarnya?" tanya Rahardian saat Cakra menghubunginya melalui panggilan telepon dari parkiran restoran.Sahabat Cakra itu bahkan tidak berbasa-basi menanyakan kabar padahal mereka sudah lama tidak bersua. Namun, Cakra tak kunjung menjawab pertanyaan itu. Dia malah teringat dengan Rista-sepupu yang meyakinkan untuk tetap melakukan lamaran ini. Padahal Cakra belum sepenuhnya yakin akan perasaannya untuk Yuyun.Hal lain yang membuatnya ragu adalah tentang pasangan Yuyun. Jari kelingking wanita itu sudah terikat dengan benang merah perjodohan yang terlihat kusut. Ini menandakan kalau Yuyun sudah ada yang punya, entah berada di belahan dunia mana pria yang menjadi jodoh Yuyun."Sepertinya layak untuk dicoba. Aku tunggu kedatanganmu untuk menjadi saksi. Sepuluh menit! Jangan terlambat!" ucap Cakra yang akhirnya menjawab dengan nada serius untuk menutupi rasa gugup. Cakra segera menutup telepon itu sebelum ucapan lain dari Rahardian me
Baca selengkapnya
Awal Kehancuran
Kantor diubrak-abrik? Cakra berharap kalau pendengarannya salah, tapi Shopie sampai mengulangi informasi itu agar semakin jelas. Jadinya, dia harus bergegas ke kantor walaupun hari ini sedang cuti. "Saya akan segera ke sana." Panggilan ditutup dari pihak Cakra.  Alis Cakra naik ketika seorang wanita dengan seragam toko alat jahit membentangkan tangan untuk menghadang. Wajah pegawai itu terlihat mengeras hingga membuat Cakra mengurungkan niat untuk menerobos pertahanannya. "Apa Anda juga akan kabur seperti pacar Anda setelah mencuri segulung benang dari toko kami?" Cakra memalingkan wajah sejenak, merasa ini lucu. Apa-apaan wanita ini? Kenapa dia asal menyimpulkan seperti itu? "Tapi, saya bukan pacar gadis tadi. Kami bahkan tidak saling kenal," elak Cakra dengan kedua bahu yang diangkat bersamaan. "Saya terpaksa memanggil keamanan kalau Anda bersikeras untuk melarikan diri!" Sekarang wanita itu bertolak pinggang dengan berani.
Baca selengkapnya
Asisten Pribadi
Cakra bangkit berdiri, menepuk-nepuk celana agar bebas dari rumput dan debu. Sekilas menoleh ke arah taman kaca, sebelum akhirnya mengikuti ayahnya yang bernama Cahyo. Mereka menuju ke ruang kerja yang sebenarnya bisa masuk lewat pintu samping, tapi ayahnya memang lebih suka masuk ke dalam rumah terlebih dahulu."Den," panggil Mbok Minah yang dijawab dengan sentuhan jari telunjuk ke bibir Cakra. Asisten rumah tangga yang sudah berumur itu pun terdiam, membiarkan Cakra melewatinya untuk menuju ke ruang kerja. Cakra bahkan tidak sadar kalau ada orang lain yang mengawasinya. Dia hanya fokus pada langkah kaki yang membawanya menuju ceramah tanpa henti. "Tutup pintunya!" seru Cahyo ketika melihat Cakra berdiri ragu-ragu di ambang pintu.Lagi-lagi Cakr
Baca selengkapnya
Observasi Asisten Baru
"Yang sopan sama Aden!" tegur Mbok Minah yang menarik tangan gadis itu. "Maaf, Den. Apa Aden yang sudah bayar benang rajut saya?" Mata gadis itu membesar, penasaran. Tidak memperhatikan teguran Mbok Minah. "Sudah ingat sekarang?" tanya Cakra dengan wajah sok serius."Jadi gaji yang dipotong lima puluh ribu itu buat ganti benang ya, Den? Sebenarnya saya juga sudah balik ke toko itu untuk membayar, tapi katanya sudah dibayari sama pria tinggi yang cakep." Gadis itu kembali memperhatikan wajah Cakra. "Tapi kenapa wajah Aden babak belur seperti ini? Jadi pangling saya," lanjut gadis itu. "Jadi kamu nggak berniat mencuri benang itu? Lalu kenapa lari? Gara-gara kamu, saya dituduh komplotan pencuri!" Cakra me
Baca selengkapnya
Negosiasi
Cakra menoleh demi mendengarkan penolakan asisten barunya. Jari Cakra menunjuk ke arah Aura. "Kamu yakin melamar kerja padaku? Bukan pada ayahku?" Wajah Cakra mengeras ketika menekankan pertanyaan terakhir. Pria itu tidak mau melepaskan tatapan tajam. Bahkan saat wajah Aura seputih kapas dan mulai terlihat gelisah. "Tentu saja saya bekerja untuk Aden." "Maka, lakukan permintaan saya. Atur jadwal dengan klien pertama. Besok, jam sepuluh pagi!" ucap Cakra sebelum mengibaskan tangan untuk mengusir.Cakra memiringkan kepala ketika mengamati Aura yang bergeming. "Ada masalah?" "Saya belum paham dengan kerjaan Aden. Ini klien apa ya, Den?" Aura angkat bahu
Baca selengkapnya
Keberanian Aura
"Aaaaa…" Suara teriakan nyaring yang memekakkan telinga membuat Cakra mengerjap. Namun, saat kesadarannya belum sepenuhnya pulih, sebuah tendangan keras membuat tubuhnya terguling. Dia melompat bangun ketika hampir menyentuh lantai. Berdiri dalam posisi kuda-kuda, Cakra meletakkan tangan kanan di atas cincin bermata merah yang terpasang di jari tengah tangan kiri. Dia sudah bersiap-siap untuk mengeluarkan tongkat sihir."Aden kenapa bisa tidur di ranjang saya? Jangan-jangan Aden mengambil kesempatan dalam kesempitan? Aden ngapain saya semalam?"Guling bermotif polkadot biru menghantam wajah Cakra, menyadarkannya akan sesuatu. Dia menarik tangan kanan kemudian berdiri tegak. Untungnya belum sampai mengatakan mantra untuk mengeluarkan tongkat sihir. Kalau itu sampai terjadi, pasti gadis itu akan makin his
Baca selengkapnya
Wanita Sesuai Kriteria
Lewat pandangan Aura, Cakra melihat permohonan dan harapan yang tampak jelas. Tidak mungkin dia akan salah mengartikan tatapan itu. Namun, ketika Cakra menunduk agar kepala mereka sejajar, terdengar nada dering dari gawainya. Sontak Aura mundur dengan tubuh kaku. Cakra sempat melihat warna merah muda yang menjalar di pipi gadis itu, sesaat sebelum membungkuk untuk memungut kemeja Cakra."Sebaiknya Aden angkat dulu panggilan itu. Mungkin itu panggilan penting. Saya akan cuci kemeja ini sampai bersih." Tangan Aura bergerak menggulung kemeja yang malah membuat pakaian itu terlihat seperti gumpalan kain kotor."Sebaiknya kamu segera bersiap-siap. Urusan kemeja, serahkan saja sama Mbok Minah," teriak Cakra karena Aura berjalan mundur dengan cepat, hingga akhirnya berlari keluar setelah sampai di pintu kamar.
Baca selengkapnya
Asisten Koplak
"Saya pamit!" Suara Hans sama sekali tidak ramah ketika hendak meninggalkan ruangan itu.Aura mengulurkan tangan hendak menghentikan Hans, tapi Cakra yang terlihat cuek membuatnya bimbang. Hingga akhirnya gadis itu membiarkan Hans meninggalkan ruang kerja."Den! Aden kok gitu sih sama klien. Kalau dia kabur karena tersinggung gimana? Aden rugi dong?" keluh Aura saat Cakra malah berjongkok, untuk memungut serpihan smartwatch."Nggak bakal rugi. Sedari awal klien sudah diberi peringatan tentang cara kerja kita. Mereka juga diwajibkan membayar dimuka sebelum menggunakan jasa biro jodoh Sepasang. Kalau sampai klien merasa tidak puas dan berniat membatalkan kerja sama, maka uang itu tidak bisa ditarik lagi. Seharusnya dia membaca petunjuk dengan lebih teliti." Dengan santai, Cakra menginjak tempat sampah hingga terbuka,
Baca selengkapnya
Menyusun Rencana Pendekatan
Cakra yang masih berdiri di antara kamar dan selasar, menatap selama lima detik penuh sebelum berkata, "Saya punya tugas untukmu.""Bentar, bentar, Den." Aura malah berlari kecil menghampiri Mbok Minah.Gadis itu membisikkan sesuatu yang membuat mata wanita itu berbinar cerah, yang lalu dibalas dengan anggukan kepala penuh semangat. Cakra bahkan khawatir kalau Mbok Minah akan mengalami sakit leher setelahnya."Ayo, Den. Kita joget," ulang Aura yang menarik Cakra keluar kamar.Namun, Cakra balas menarik hingga terjadi tarik menarik, dengan musik Twice-Whats it love yang menjadi latar adegan mereka.Aura melepaskan Cakra dan mulai bersiap untuk melakukan gerakan yang sudah amat populer itu. Namun, tanpa disangka-sangka, Cakra m
Baca selengkapnya
Oppa Prabu
Mulut Cakra tak henti-hentinya mengucapkan mantra untuk berpindah tempat. "Mingser mrono, mingser mrono, mingser mrono!"Dalam sekejap mata, tubuh Cakra sudah menghilang, untuk kemudian muncul di sudut sepi supermarket. Cakra menjulurkan leher saat mencari tahu keberadaan Aura. Ternyata Aura berada tak jauh dari tempat kemunculannya.Jadi, Cakra mulai berlari melewati rak-rak tinggi berisi bahan makanan. Ketika sudah semakin mendekati Aura, tangan Cakra mencoba menggapai gadis itu. "Lepasin, Ra!" Teriakan tegas itu membuat Aura tersadar dan segera melepaskan pegangan pada troli.Sepasang tangan kekar menyambar tubuh mungil Aura. Hingga gadis itu tidak jatuh tersungkur. Suara benturan troli dengan tembok membuat be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status