Maaf baru update lagii.. kirain gak ada yg nungguin..
Hanyut dalam pemikirannya sendiri, wanita itu terdiam memandang birunya langit beserta hamparan awan putih di jendela. Dalam duduknya, sesekali dia berkedip hanya untuk membasahi kedua lensa dengan iris mata biru terang yang tampak kosong. Apa dia baik-baik saja? Pertanyaan itu melintas di benak Alexsei yang diam-diam mengamati dengan pandangan aneh. Segelas wine yang disodorkan padanya membuat pria itu tersadar. Kini dia duduk di dalam sebuah jet pribadi bersama bos nya. Alexsei mengambil gelas ramping itu lalu menghabiskannya dalam sekali teguk. Dia mendengus kemudian terkekeh kecil sendirian."Aku tidak percaya bahwa kita bahkan harus mengurus hal seperti ini," ujarnya.James bersikap acuh. Dia menuang kembali minumannya tanpa menghiraukan komentar Alexsei. Dia juga jelas tidak peduli pada keterdiaman Grassiela. Jika bukan karena Fyodor yang memerintahkannya langsung untuk mengantarkan wanita itu kembali ke Inggris, maka dia tidak akan sudi repot-repot melakukannya.Sementara duduk
Langit gelap yang menahan mendung itu akhirnya menjatuhkan rintik-rintik hujan. Sama seperti genangan air mata yang selama ini ditahan akhirnya bergulir membasahi pipi. Namun derasnya butiran air yang menghujam tubuh hingga basah kuyup tak membuat langkah kakinya terhenti.Wanita muda itu berlari semakin kencang menerobos hujan dengan terisak. Pilu yang ia rasakan membuat dadanya terasa sesak. Hancur sudah semua rasa yang ia harapkan selama ini. Seorang ayah yang membanggakannya, seorang ibu yang menyayanginya dan seorang kekasih yang membalas cintanya. Semua itu hanya omong kosong belaka. Dan sampai di titik ini, Grassiela masih tak mengerti mengapa semua orang menyakitinya? Mengapa tak ada kebahagiaan yang datang menghapirinya?Akhirnya dia berhenti. Berdiri di pinggir jalanan yang sepi dengan guyuran hujan yang menyirami bumi. Dengan napasnya yang terengah akhirnya ia terduduk di tanah. Menangis pun kini tak ada gunanya. Grassiela hanya bisa meratapi dirinya sendiri. Lantas apa yang
Suara mesin fax terdengar berderit dengan konstan di dalam ruang kerja itu. Seorang wanita muda berseragam pelayan berdiri di hadapannya menahan cemas. Sesekali dia mengedarkan pandangannya dan memastikan bahwa tak ada orang lain yang masuk ke dalam ruangan dan melihatnya melakukan sesuatu di sana. Semoga surat itu sampai dengan cepat.Tiga jam yang lalu sang nona muda memanggil pelayan pribadinya dan menyerahkan selembar kertas."Aku ingin James Draxler membacanya hari ini juga. Dan pastikan, bahwa kedua orangtuaku tidak mengetahuinya," titah Grassiela kemudian dia mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak peduli bagaimana caranya."Rasa bersalah karena telah menyembunyikan fakta dari sang nona masih berlarut dalam diri Gretta. Dia tidak mempunyai pilihan selain menuruti perintah itu. Maka Gretta harus berpikir keras. Dia tidak mungkin terbang ke Rusia saat ini juga demi menyampaikan secarik surat tersebut. Dia juga tak bisa mencari nomor pribadi pria yang merupakan tunangan dari majikanny
Sesungguhnya pria itu sudah terpikat pada wanita yang kini menjadi tunangannya sejak lama. Bayang-bayang Grassiela sering muncul semenjak pertama kali James memandangnya secara diam-diam di pesta tiga tahun silam. Sebuah perasaan timbul dan bergejolak kala itu. Malam saat Grassiela berdiri di tengah taman dengan air matanya yang bergulir membuat hati James bergetar. Dia tak bisa memastikan perasaan apa itu. Yang jelas James menyadari bahwa Grassiela adalah wanita yang berbeda. Maka dia tertarik padanya. Sangat tertarik. Hingga ingin memilikinya. Atau ingin melenyapkannya.Di pertemuan kedua mereka saat pesta pertunangan membuat James harus mengakui bahwa dia telah jatuh pada pesona putri Stamford itu. James ingin memperjelas perasaannya sendiri dan menguji sang calon istri dengan berbicara empat mata bersamanya. James juga ingin memastikan apakah dirinya sanggup menghabisi sosok jelita itu dengan segera atau menahannya dalam ikatan pernikahan. Namun keangkuhan dan keberanian yang Gra
Wanita bergaun pengantin itu duduk seorang diri sambil memandang birunya langit di balik jendela. Dia mendesah dan pikirannya mencoba menerawang jauh ke masa depan. Apa yang akan terjadi setelah dia menikah nanti? Pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya.Lantas suara ketukan di pintu terdengar. Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu dan memandang Grassiela dengan pandangan yang sulit diartikan. Alexa melangkah masuk dengan anggun. Gaun berwarna latte dengan potongan mermaid yang dia kenakan sangat cocok di tubuh rampingnya. Sementara rambut merahnya yang indah ditata dengan model half up and half down yang tampak natural. Tanpa dia sadari Grassiela tersenyum samar. Kini dia mulai mengerti kenapa sepupunya Zack memilih wanita itu sebagai pendaping hidupnya."Bagaimana perasaanmu?"Pertanyaan Alexa membuat Grassiela berkedip. Dia beranjak dari duduknya hingga berhadapan dengan wanita itu. "Luar biasa," jawabnya."Kau sangat cantik," puji Alexa mengagumi penapilan wanita muda
Grassiela memandang bayangan dirinya di cermin. Malam itu dia sudah segar setelah lama berkubang dalam bak mandi untuk membersihkan tubuh dan melepas lelahnya. Setelah mengenakan pakaian tidur dan mengeringkan rambutnya di depan cermin, dia terdiam mengamati bayangannya sendiri. Ada sesuatu yang diam-diam Grassiela pikirkan. Hingga perlahan dia mengangkat tangan kanan lalu menyentuh bibir bawahnya. Sesaat bayangan James melintas dalam ingatan, kemudian Grassiela mengerjap bersama jantung yang berdebar lebih kencang. Dia terkesiap. Ciuman di altar siang tadi kembali membayangi hingga sukses mencuri ketenangannya. Bagaimanapun Grassiela harus mengakui bahwa itu adalah ciuman pertamanya. Tentu tak mudah bagi wanita muda itu mengumpulkan keberanian untuk mencium suaminya lebih dulu. Lantas kenapa dia melakukannya?Sial! Bukankah Grassiela sendiri yang menentukan syarat agar tak ada kontak fisik di antara mereka?Grassiela memejam kedua matanya sambil menghela napas dalam. Lalu suatu perta
Pagi ini Grassiela terbangun dengan kabar yang mengejutkan. Dia mendengar bahwa pagi-pagi sekali suaminya sudah pergi ke Moscow untuk urusan pekerjaan.Itu di luar rencana. Artinya nanti Grassiela akan menyusul James untuk terbang ke Rusia bersama anggota keluarga Draxler yang lain.Pertanyaannya, apakah hal itu membuat Grassiela kecewa?Sedikitnya mungkin benar. Mengingat apa yang terjadi semalam di antara mereka membuat Grassiela merasa tak enak hati. Meski dia sendiri sebenarnya tak cukup yakin dengan perasaannya sendiri."Kalian pasti melwati malam yang panas," komentar Annastasia berhasil membuat Grassiela mengerjap dan menoleh padanya. "Itu luar biasa, bukan? Sampai suamimu begitu bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya," lanjut Annastasia menatap penasaran.Grassiela tak tahu bagaimana harus menanggapi tatapan sepupunya yang tampak antusias. Tetapi perkataan Annastasia jelas membuatnya merasa tak nyaman. Saat ini orang-orang tengah menikmati cerahnya pagi di area halaman ya
Moscow, Rusia.09.11 PM.Selain ucapan belasungkawa yang Grassiela dapatkan dari ayah mertuanya, tak ada lagi pembicaraan berarti di sepanjang perjalanan. Hanya ada suasana hening di dalam mobil limousine berwarna hitam yang membawa empat penumpang itu. Fyodor Draxler terdiam dan larut dalam pikiran mengenai putranya sendiri. Paula tampak sibuk dengan ponsel yang ia genggam. Sementara Violeta dan Grassiela sesekali saling memandang. Tak berani banyak berbicara karena Fyodor ada di antara mereka.Mobil mewah itu terus melaju menembus malam di pinggiran selatan Moscow. Hingga mereka memasuki jalan raya Rublevo-Uspensky, kawasan Rublevka tepatnya. Sebuah distrik mewah yang dirancang agar penduduk setempat dapat memprioritaskan privasi dan tidak terganggu dengan kebisingan lalu-lintas dari denyut nadi kehidupan Moscow yang padat. Di sini, para penghuni memiliki kenyamanan eksklusif yang dilengkapi bermacam insfrastruktur untuk memenuhi kebutuhan serta gaya hidup me