Share

3. Tersakiti

Bahkan Lucy sudah bersiap ini ketika tangan kekar itu akan kembali melayangkan sebuah pukulan. Bahkan bagi Lucy hal ini sudah biasa.

Pada akhirnya pipi Lucy memerah dan merasakan sebuah nyeri. Ia kali ini  tersungkur akibat pukulan yang terlalu keras. Bahkan kamarnya pun terkunci dengan rapat. 

Kedua orang tuanya kali ini langsung saja pergi meninggalkan Lucy sendirian. 

“Sebenarnya kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa mereka tidak menyayangiku? Apa aku ini bukan anaknya?"  tanya Lucy dengan mengusap salah satu pipinya yang sangat kesakitan.  Ingatannya kembali mengarah kepada temannya yang selama ini sangat sayang padanya dan selalu melindunginya, yaitu Aya. Setiap masalah yang Lucy terima selalu ingat Aya.

'. Jika kamu sedih, ingatlah aku. Aku akan selalu melindungimu Lucy.' bayangan itu terngiang di fikiran Lucy ketika matanya terpejam untuk beberapa waktu.

Tanpa terasa ketika ia melihat jam di dinding saat itu waktu sudah sore. Lucy langsung saja bergegas untuk mandi. Setelah itu ia segera merebahkan dirinya dan ingin menghubungi Aya. Jujur saja yang sangat merindukannya. Rasa lelahnya akan terobati ketika sudah mendapat kabar dari Aya.

Merindukan seseorang yang memang tidak pantas untuk dirindukan. Seorang wanita. Dan dirinya juga seorang wanita, “ Biarlah cintaku berbuat dosa. Tetapi inilah aku, aku sangat mencintai Kak Aya," lirihnya menghapus air mata yang sejenak mengalir membasahi pipinya. Ia langsung saja menghubungi Aya.

Namun luciana begitu kecewa ketika tak mendapati panggilannya diangkat sama sekali. Bahkan luciana sudah menghubunginya berkali-kali, tetapi sepertinya kali ini justru ponsel milik Aya  tidak aktif. 

Akhirnya Lucy hanya meletakkan ponsel nya itu dengan asal. Kemudian kali ini tubuhnya ia tidur terlentang sembari memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. 

“Apakah Kak Aya juga memiliki perasaan lebih padaku? Bukankah kami sama-sama. Seorang korban dalam keluarga."  gadis itu berkata sendiri. 

Kali ini Aya menggelengkan kepalanya dengan cepat memikirkan ide gila itu “ Ah ... Sudahlah. Aku semakin pusing saja, seorang pria bernama Bian itu malah hanya mengusik hidupku saja." 

“Yang jelas aku tidak mau adanya laki-laki di dalam hidupku  laki-laki itu beraninya hanya menyakiti. Mereka pasti sosok seperti Ayah. Sosok kasar, memaksa, tidak sayang, serta  tukang menyakiti. Tidak seperti Kak Aya, dia sangat baik  dan perhatian sekali padaku meski pun dirinya juga bermasalah," ucap Lucy yang berakhir dengan dirinya tertidur.

***

Pagi ini, Lucy sudah memakai seragamnya, tetapi nampaknya hal ini diketahui oleh kedua orang tuanya. Lucy akhirnya kembali memukuli Lucy. Bahkan kali ini pukulan yang diterima oleh Lucy sangat brutal. 

“Sebenarnya apa yang Aya berikan kepadamu hah? Kenapa kamu sangat menyukainya. Kamu suka seorang wanita! Sebenarnya otak kamu itu ada dimana?" tanya Rich ketika Lucy masih saja  kekeuh dengan pendiriannya untuk menolak Bian.

“Yang jelas aku tidak mau bersama dengan Bian. Biarkan saja aku mati," ucap gadis itu  keras kepala. Tidak perdulikannya ketika tubuhnya sudah menerima sebuah cambukan. Bahkan tubuhnya sudah menggigil efek sakit.

“Hanya lelah saja mengurusi bocah ini. Aku sepertinya duluan saja. Banyak urusan, urus aja bocah ini." Tery segera pergi terlebih dahulu tanpa memperdulikan putrinya yang kali ini disakiti sang Ayah.  Bahkan tidak ada rasa sedikit pun iba pada wanita itu.

“Arkh ..." Lucy mengerang kesakitan, tetapi  ia terus dalam pendiriannya. 

“Lihatlah tubuhmu itu! Sangat buruk sekali. Bahkan mungkin Aya tidak akan mau padamu. Mendekati mu yang sangat jelek ini." secara langsung saja membawa cambuk nya dengan perasaan bosan. 

Ia keluar dari sana tanpa mengunci kamar Lucy, tetapi hanya menutup nya dengan suara yang teramat keras. 

Sampai Rich pun yang nampaknya sudah bersiap itu, menaruh cambuk nya dengan asal. Setelah itu ia turun dan akan segera pergi. Mobilnya sudah ia siapkan terlebih dahulu saat akan memberi pelajaran kepada Lucy.

Rich kali ini mendadak semakin malas ketika memandang seorang gadis yang katanya disukai oleh putrinya itu. Yaitu Aya, orang tuanya merupakan teman satu perjudian. Ayahnya Aya dengan Rich sering bermain judi bersama dan nampaknya kali ini keduanya sama-sama mempunyai hutang yang menumpuk. 

Pria itu menyeringai sembari berkata di dalam hati, “Sepertinya gadis ini juga sama-sama. Dia akan segera menikahkan dengan seseorang akibat hutang." pria itu nampaknya tidak merasa bersalah sekali dengan perbuatan yang dilakukannya.

Aya memarkirkan sepedanya dan memandang seorang pria yang keluar dari rumah.

“Lusi ada?" tanya Aya.

“Anak itu ..." desisnya dengan malas.

“Dia ada di dalam," lanjutnya dengan enteng.

Tanpa basa-basi kepada Aya, pria itu langsung saja membawa mobilnya pergi.

Nampaknya Aya juga mengendikan bakunya tak perduli. Ia melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Lusi.

Rumah itu selalu sepi, seperti di rumahnya. Bahkan kedua orang Tuanya sering pergi. Kisahnya hampir mirip dengan Aya, tetapi bedanya jika Aya  tidak pernah disakiti secara fisik. 

Teman-teman seperti inilah yang sebenarnya dekat dengan Aya. Salah satunya seorang perempuan yang bernama Lucy. Jika teman merokoknya rata-rata pria dan mempunyai masalah yang serupa, meski ada perbedaan.

Aya mengetuk pintu kamar sembari memanggil Lusi. Namun tidak ada jawaban dari dalam.

Tiba-tiba saja tak dengar suara isakan dari kamar Lucy. Tanpa seijin dari pemilik kamar tersebut, Aya langsung saja menerobos masuk.

“Hiks ... Kak Aya," lirih Lucy terjerembab di pojokan kamar. Aya memandang nanar pada luka biru di tangan mungil Lucy.

Ia nampak tengah memakai pakaian pendek sehingga bekas cambukan itu terlihat jelas.

Dengan cepat Aya langsung saja menghampiri Lucy. Kemudian ia membantu Lucy untuk berdiri dan duduk di ranjang.

“Apa Ayahmu memukulmu lagi?" tanya Aya tiba-tiba ia ikut mengeluarkan bulir bening dari matanya. Kemudian Aya menghapusnya dengan kasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status