Share

Mencoba Kabur?

"Nona!" 

Diana tersentak kaget, waslap yang ia pegang jatuh ke lantai. Ancaman Vanessa yang tadinya terngiang-ngiang di telinga langsung buyar ketika seorang pria berseragam pelayan berjalan tergesa ke arahnya. 

"Apa yang Anda lakukan, Nona?" Tatang—pelayan itu—berteriak karena melihat Diana sedang memanjat naik ke atas kursi untuk membersihkan pintu kaca di kamar Michel.

Karena terkejut mendengar suara lantang itu, Diana hampir saja terjatuh, tapi berhasil diselamatkan oleh Tatang.

"Saya cuman mau bersihin pintu kaca ini aja kok, Pak," jawab Diana takut. "Saya tidak berniat kabur," tambahnya karena pria itu masih menatapnya penuh selidik.

Tatang lantas bernafas lega. Pandangannya beralih melihat piring sisa makan Diana yang berada di atas nakas dan mengambilnya.

"Kenapa makanan Anda tidak dihabiskan, Nona? Apa tidak enak?" Tatang bertanya guna memastikan alasan Diana untuk melapor pada Michel.

"Saya tidak lapar, Pak."

"Baiklah. Kalau butuh sesuatu, Anda bisa panggil saya. Tapi jangan coba-coba untuk keluar dari kamar Tuan. Mengerti?"

Tatang keluar dari kamar Michel dengan membawa piring sisa Diana dan bersiap untuk segera melapor.

Baru saja Tatang keluar dari kamar Diana, Vanessa dan seorang wanita paruh baya menyelinap masuk ke dalam kamar yang kini ditempati bukan hanya oleh Michel, tapi juga Diana.

Vanessa memberi kode pada wanita di sebelahnya untuk mengunci pintu kamar Michel agar aksi mereka tidak diketahui oleh siapapun.

Sedang Diana yang tidak mengantisipasi kedatangan kedua wanita itu hanya bisa menatap mereka dengan bingung dan takut. Ia menelan ludah ketika melihat raut wajah keduanya yang dipenuhi amarah, terutama Vanessa.

"Heh, wanita murahan!" seru Vanessa, sambil berjalan ke arah Diana. "Dengar baik-baik ya. Kalau kamu tidak segera pergi dari rumah ini, kami tidak akan tinggal diam!"

Diana hanya bisa menunduk takut. Tidak mungkin dia bisa melawan.

"Jangan karena Michel membelamu sekali, kamu jadi berlagak menjadi nona di rumah ini! Kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisiku!" Vanessa mengancam seraya berjalan mengitari Diana dengan tatapan meremehkan.

"Saya tidak bermaksud, Nona. Maafkan saya," lirih Diana dengan suara bergetar.

"Bagus. Sebelum pergi, serahkan semua barang yang diberikan oleh suamiku. Dan jangan berani kamu mengadu, atau...." Vanesa melanjutkan ucapannya dengan sedikit menarik rambut Diana yang  membuatnya meringis. "Kamu akan merasakan neraka dunia yang sesungguhnya di sini!"

"Maaf, saya tidak diberikan apapun oleh Tuan Michel," kata Diana membela diri. Dia tidak mungkin menjelaskan situasi yang sebenarnya. 

"Saya juga ingin pergi dari sini, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa," lirih Diana terisak.

Vanessa melepaskan tangannya dari rambut Diana dan menatap tajam serta lama wajah Diana yang memerah dan basah oleh air mata.

"Nggak perlu pura-pura nangis segala," seru wanita paruh baya yang sedari tadi hanya diam. "Saya tahu wanita seperti kamu sebenarnya. Kamu hanya mengincar harta anak saya, kan? Dasar pelacur!" 

Diana hendak menyanggah ucapan Nyonya Kelly, tapi wanita yang tak lain adalah ibu Michel itu segera menyela. "Diam kamu!"

Diana pun hanya bisa tertunduk lemas, tidak berani melawan wanita yang jauh lebih berkuasa darinya.

"Setelah ini bersikaplah seperti biasa. Awas aja kalau kamu berani mengadu." Nyonya Kelly mengingatkan seraya mendorong kasar bahu Diana hingga gadis itu terhuyung mundur beberapa langkah.

Sedangkan di dapur, Tatang sedang memberi laporan pada tuannya.

"Halo, Tuan. Nona Diana hanya makan sedikit." 

"Berikan ponselmu padanya," titah Michel dari ujung ponselnya.

"Baik, Tuan."

Tatang kembali berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Michel dengan panggilan yang masih tersambung.

Butuh waktu beberapa menit untuk Tatang sampai di lantai empat. Vanessa yang mendengar suara langkah Tatang semakin mendekat, segera mengajak Nyonya Kelly untuk pergi.

"Camkan baik-baik apa yang sudah kukatakan padamu!" ancam Vanessa sekali lagi sebelum menutup pintu.

Tepat setelah kedua wanita itu keluar dari kamar Michel, Tatang kembali mengetuk pintu kamar Michel dan masuk.

"Nona, silakan...." Tatang memberikan ponselnya lagi pada Diana.

"Diana!" Bentak Michel memanggil Diana.

"Iya, Tuan?" Diana menerima ponsel Tatang dan terkejut.

"Apa kau lupa apa yang aku katakan? Kenapa kau tidak menghabiskan makananmu?"

"Maaf, Tuan. Tapi makanan itu sangat banyak. Saya sangat kenyang," jawab Diana membela diri.

Michel menghela nafas gusar. "Jangan keras kepala, lakukan saja seperti apa yang kuperintahkan! Mengerti?"

Diana sebenarnya bingung. Mengapa Michel terkesan begitu peduli pada pola makannya? 

"Sudahlah, berikan ponselnya pada Tatang." 

Diana tidak perlu diperintah dua kali. Ia langsung mengangsurkan benda pipih itu kembali pada si pelayan.

"Tatang, makan siang nanti awasi wanita itu makan. Paksa saja jika dia tidak mau," ujar Michel memberi perintah seraya memeriksa pekerjaan kantornya.

Di kantor, Michel dan Jake terlihat berbicara serius membahas mengenai masalah kantor mereka dan juga masalah internal lainnya. Salah satunya adalah Diana.

"Tuan, apakah Anda akan melepaskan wanita itu? Jika ada yang tahu kalau Anda punya budak malam atau wanita simpanan, media pasti akan meledak. Dan hal itu pasti akan membantu lawan kita untuk menjatuhkan Anda," ujar asistennya itu memberi saran.

"Kau lupa aku siapa? Kau pikir aku akan takut dengan hal-hal semacam itu?" tuding Michel. "Sudah berapa lama kau kerja bersamaku? Hal semacam itu saja masih dipermasalahkan."

Jake tidak berani bersuara. Dia hanya menunduk segan pada tuannya, merasa bersalah karena telah lancang menyinggung hal personal.

"Masalah wanita itu urusan pribadiku, kau tidak perlu ikut campur. Kau hanya perlu melakukan apa yang kusuruh." Michel menatap sinis Jake yang duduk di hadapannya.

"Baik, Tuan. Saya minta maaf." Jake sedikit menundukkan kepala lalu kembali berposisi tegak.

Michel mendengkus lalu kembali fokus pada dokumen di hadapannya. 

"Tuan... anak buah kita melapor, senjata kita yang ada di gudang A dicuri," sambung Jake melaporkan hal yang tentu membuat Michel naik pitam.

"Apa? Dicuri?!" Michel membanting dokumen yang tadi ia baca ke atas meja. "Cari tahu siapa yang telah berani mempermainkan kita!" titah Michel dengan tatapan mematikan. 

Setelah mendengar laporan Jake, perasaan Michel menjadi tidak senang. Semua hal menjadi salah di matanya. Michel butuh sesuatu untuk menyalurkan kekesalannya.

"Gadis itu..." pikir Michel tersenyum licik karena tiba-tiba mengingat Diana.

Michel menelepon Tatang dan menyuruhnya untuk 'mempersiapkan' Diana malam ini dengan bantuan pelayan wanita karena sebelumnya, Michel sama sekali belum menyentuh Diana yang sudah menjadi miliknya.

Namun, baru beberapa saat Michel memberi Tatang perintah, Michel sudah kembali dibuat kesal karena mendapat laporan dari Vanessa yang mengatakan jika Diana berkelahi dengan beberapa pelayan.

Michel benar-benar akan meledak rasanya!

Hari sudah malam ketika Michel tiba di halaman. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas menuju kamarnya mengabaikan para pelayan yang menyambutnya di depan pintu masuk dan juga Nyonya Kelly serta Vanessa yang takut melihat wajah murka Michel.

"Habislah wanita itu," pikir Vanessa dan Nyonya Kelly membayangkan jika Michel akan menyiksa Diana. Pemikiran itu membuat keduanya tersenyum licik.

Michel mendorong keras pintu kamarnya dan menatap penuh amarah pada Diana yang sedang ribut dengan beberapa pelayan.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status