"Aku menceraikan kamu, Ayu Indira!" Suara Bram begitu tegas di depan Ayu, yang sudah menangis, menatap kecewa pada suaminya, yang dengan matanya jelas-jelas, menggandeng wanita itu dengan erat. Sedang dirinya yang sebagai istri sah nya hanya bisa berdiri mematung tak bisa berkata-kata lagi.
"Dengar itu, Ayu, suamimu sudah menceraikanmu, jadi pergilah kau dari rumah ini, paham!' seru wanita dalam genggaman mantan suaminya.Ayu melihat wanita itu dalam amarah, wanita yang seharusnya berada di dapur, yang tugasnya membereskan dan membersihkan rumah, malah kini dibela suaminya, karena perselingkuhan mereka."Aku lebih baik bercerai dengan suamiku, dari pada aku bersaing dengan wanita seperti kamu, Bik Harni," ucapan Ayu membuat wanita itu merengek manja pada Bram. Ayu semakin jijik melihat tingkah suaminya menenangkan wanita di sampingnya."ealah ... seperti itu toh, seleramu Mas, ah aku pikir jas dan mobil mewahmu, cerminan selera dan derajatmu, atau ... bik Harni, asisten rumah tangga kami menggunakan ilmu pelet untuk suamiku.""Sudahlah , jangan membuat dirinya menangis , Ayu. sikapnya lagi manja karena ada anak dalam perutnya, mohonlah mengerti." tutur Bram."Ha! hamil ..." pekik Ayu kaget."Iya, ada calon anakku dalam rahim Harni." sambung Bram, terlihat Harni menempel manja pada lengan kekar Bram.Ayu terlihat tersenyum masam, "Benaran anak kamu bukan , Mas? sudah kau cek kebenarannya? ah, aku tak peduli, benar atau salah, aku tetap akan pergi. karena .... kau sudah membagi ' burungmu' dan aku tak mau barang bekas. jadi aku memang sebaiknya pergi."***Dua bulan sudah Ayu menempati rumah kontrakan satu petak. Hanya ada ruang tamu, satu kama tidur dan kamar mandi. Tak ada dapur ataupun teras.Ayu mengembuskan napasnya, ah, cukup seperti ini saja dulu. Lagian Ayu sedang menyembunyikan diri dari pertanyaan keluarga, mengapa rumah tangganya seperti ini. Pikiran Ayu ruwet, bisnis Online beberapa Minggu tak ada pemasukan sama sekali. Tabungan pun kian menipis.Pekerjaan apa lagi yang harus aku lakukan? Pernikahan dengan Bram hanya berujung penyesalan. Hanya bertahan dua tahun saja. Terbayang tubuh Harni, pembantu yang diambilnya dari penyalur, ternyata membuatnya harus dicerai Bram.Bodohnya diri Ayu, tak menuntut banyak pada mantan suaminya itu. Bahkan perceraian itu tak memberikan keuntungan sama sekali. Hal itulah yang menjadikan keluarga besar Ayu menjadi marah atas sikap dan keputusan Ayu yang salah."Ahhh ....' Ayu menjambak rambutnya sendiri. "Kok jadi menyebalkan kaya gini sih!" umpatnya sewot.Dipandangnya wajah kusutnya dalam cermin. Apa aku tidak menarik lagi? batin Ayu.Ayu mulai meraba wajahnya, sebenarnya tak jelek juga, apa aku kurang montok. Tangannya otomatis menyentuh payudara sendiri. Besar kok, gumamnya sendiri, dan memperhatikan besarnya melebihi kepalanan tangannya."Ih, kok menjemukan sekali, mengingat nasibku."Tak lama, sebuah panggilan dari ponselnya. Tertera nama Desi sahabatnya."Ya Des, ada apa?"Sebuah perbincangan pun terjadi. Tak lama penggilan lewat ponsel pun berakhir.Ayu segera bangkit dari duduknya, mandi, dan berganti pakaian kali ini, Ayu memakai gaun terusan warna merah menyala. Kemudian menata rambutnya, memoles wajahnya dengan mikeup tipis, sedikit parhum disemprotkan. Desi mengajaknya, makan malam. Nggak biasanya,Teryata suami dia mendapat promosi jabatan."Lumayan lah, bisa untuk hiburan aku malam ini. " bisik Ayu pada dirinya sendiri.Tak lama, mobil Desi pun sudah datang menjemput, di dalam ternyata ada Linda dan pasangannya."Aku?""Duduk depan, deh." usul Linda menyarankan Ayu untuk duduk di depan saja. Bagi, Ayu tak masalah dekat dengan supir. toh, nyatanya dirinya hanya diajak saja, ya harus manut lah.Di tempat lain, Bram yang sudah menceraikan istri sahnya kini sedang berasyik masyuk dengan Harni, wanita bahenol yang katanya berasal dari desa. Penampilan jadi berbeda, kini rambutnya di semir pirang. Kamar yang dulu punya majikannya, kini ia tempati dengan suami sirinya.Iya, karena Bram belum mengijab ulang di KUA.Setelah selesai melepas hajat, Bram turun dari atas tubuh Harni.Kemudian terlentang dalam kelelahan. Harni ternyata cukup membuat Bram kewalahan juga, wanita semok itu bisa membuat lelaki macam Bram keblingsatan dalam permainan ranjang Harni.Katanya, masih lajang, tapi kok susah lihat dan pintar bikin pasangan kedat-kedut.Memang, Harni seperti mendapat mainan baru saja hingga sangat memanjakan Bram dalam sesuatu apapun, yang Bram tak dapatkan dari Ayu, karena isterinya sibuk di bisnis on line-nya. Bagaimana tidak? segala kebutuhan Ayu yang penuhi, sedangkan, gaji kantor dari Bram, untuk menyetor cicilan rumah, yang tiga bulan lagi sudah lunas.Harni mengusap dada Bram yang masih berkeringat, "Bagaimana , Mas. Kau puas malam ini?""Tentu saja, sayang. lihat .... senjataku belum mau menyerah," bisiknya pelan dan menatap wanita ke duanya dalam kesyahduan.Harni cuma tersenyum tipis, belum tahu sih, tadi sudah aku beri dua tetes obat 'greng' kalau nggak kaya gini, bagaimana aku bisa puas, batin Harni, dan tangannya kembali menggerayangi sesuatu yang Bram maksud.Memainkannya sedemikian rupa, dengan gerakan pelan dan penuh hayati.Bram semakin terlena, kenikmatan yang ditimbulkan membuat matanya menjadi merem-melek. Harni tersimpul simpul, dan kepalanya menunduk tepat di antara pangkal kaki Bram..***"Ayu, aku dengar kau sudah sendiri?"Linda tiba-tiba bertanya hal tersebut pada Ayu.Ayu tak tahu harus bilang apa, ada rasa nyeri di dalam hatinya."Ayu yang menceraikan suaminya," bela Desi , saat menjawab pertanyaan Linda.Sesampainya di tempat acara. Di sebuah hotel bintang tujuh. Ayu merasa kikuk melihat para big bos ada di sana. Wanita cantik dan berwajah elegan ini, terus saja mengekori Desi, sahabatnya. Lagian dirinya tak kenal sama sekali. Banyak mata yang memandang janda baru itu. Justru Ayu semakin jengah saja. Begitu juga, Pras, suami Desi. Baru saja dikenalkan secara dekat. Tapi mata Pras terus saja menatap Ayu tanpa berkedip."Aku nggak enak, Des. Apa suami kamu marah padaku? karena bawa aku yang udik ini?" bisik Ayu lirih di telinga Desi.Mendengar hal tersebut, Desi hanya tersenyum saja. Niatnya ingin mengenalkan Ayu pada salah satu kolega suaminya. Akan tetapi diurungkannya. Pasalnya, Suaminya pun ada hasrat pada Ayu."Sudah tenang saja, tetaplah di dekatku."Waktu pun berlalu, Ayu sudah semakin akrab dengan Pras dan beberapa teman rekan kerjanya. Saatnya pulang, ternyata Linda dan pasangannya sudah pulang duluan dengan rombongannya, Kini, Ayu pulang di antar Pras dan Desi.Ayu duduk di be
Ayu duduk dalam gelisah. apakah dirinya harus bahagia atau bersedih.Kini, dirinya duduk di sebuah ruang tamu yang sangat megah. Rumah Desi bak istana sultan.Tak lama, seorang lelaki muda berparas tampan,dengan tubuh atletia.. Keluar dan berjalan beriringan dengan Desi. Wajah Desi yang tersenyum dari tadi membuat Ayu membalasnya dengan senyuman pula."Tuh , ada Ayu, Mas ....." "Oh, ya. wah, sudah lama Yu?" tanya Pras, tanpa canggung sama sekali."Baik," jawab Ayu kemudian, berdiri, dan menyambut uluran tangannya. Jabatan tangannya cukup kuat menganggap tangan Ayu.Prastyo, memandang Ayu dan tersenyum ramah."Sepertinya, kita harus main ke rumah ibunya Ayu, sayang." cakap Pras tiba-tiba."Oh, tentu saja. nanti aku atur waktunya, ya, begitu Ayu. nanti bilang pada Ibu. aku dan suami mau sowan ke rumah ibumu."Ayu hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Sebuah polemik bagi Ayu, tapi. tak mungkin bisa mundur.***"Apa kau sudah gila, Yu?!" Ibu bertanya dengan nada tinggi."Maafkan Ay
Sudah hampir empat bulan berlalu, kini masa iddah Ayu telah usai. Apa yang dijanjikan Pras dan Desi betul-betul dilaksanakan.Saat ini, Ayu duduk dalam balutan kebaya berwarna putih tulang, dan kembaran dengan Desi. Di meja kecil, Pras, mengucapkan ijab kabul atas nama Ayu Indira"Sah ....""Sah!!" Para tamu, serentak bertepuk tangan.Ya Allah, Ayu sudah sah menjadi istri ke dua dari Prasetyo, batin Ayu pelan. Desi menggandeng tangan Ayu untuk mendekati suaminya, lalu menarik tangannya untuk bersalaman dengan Ayu.Ada sebuah cincin permata berlian yang tersemat di jari Ayu. Itu adalah pertama kalinya Ayu bisa memakai cincin begitu mahalnya. Dulu, Bram mantan suaminya, hanya memberikan sebuah cincin biasa seberat lima gram. Ibu, tampak tersenyum terus, bahagia ya, Bu. mendapat mantu yang kaya raya, Tapi anaknya hanyalah menjadi istri yang kedua. batin Ayu. Seutas senyuman terpaksa Ayu berikan untuk menutupi rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Malam ini, bukan saja malam ba
Ayu keluar dari kamar mandi, berjalan pelan dengan baju tidurnya, model terusan, berbelah dada dan ada belahan pada bagian samping yang cukup panjang, hingga pahanya terlihat. Mengapa juga Ayu berjalan pelan? karena dirinya berusaha menutup pahanya agar tidak terlihat. Pras melirik wanita yang sekarang menjadi istri sahnya.Memang dirinya sejak pertama melihatnya sudah tertarik dengan Ayu. Parasnya hampir mirip dengan Desi. juga dari postur tubuh juga. Tapi, Ayu berdada lebih penuh. lelaki bernama Prasetyo itu menelan salivanya. Sudah berapa tahun hasratnya selalu tak terlampiaskan, bahkan untuk membayar kenikmatan pun dirinya tak punya nyali. Hanya diam-diam saja dirinya melampiaskan hasratnya dalam kamar mandi. Hal tersebut disimpannya rapat-rapat. Keranjingan dirinya melihat Vidio porno pun sudah tingkat dewa. Hanya itu satu-satunya kepuasannya. Orang lain tak akan menyangka seorang Prasetyo yang pendiam, ternyata .... sekarang suhu juga."Duduklah sini," ucapnya pelan.Ayu mende
Prasetyo berangkat ke kantor setelah hampir tiga hari dirinya meliburkan diri setelah menikah. Berniat ingin berbulan madu dengan Ayu, tapi nampaknya Ayu lebih memilih berdiam, tak mau kemana-manaHingga, akhirnya, ibu dan Desi malah merencanakan berliburan ke Bali. Sebenarnya Desi sengaja melakukan hal tersebut, agar waktu kebersamaan dengan Ayu dan suaminya lebih banyak."Lagian, ibu Ayu belum pernah ke Bali, iya kan Bu?" Ibu Ayu mengangguk saja saat ditanya Desi di depan Suaminya.Ayu yang sedang berada di kamar sendirian , mendengar pembicaraan mereka.Ayu ingin bicara empat mata saja sama ibunya, tapi Desi selalu berada di dekatnya terus. hal ini membuat dirinya semakin sewot pada keadaan."Ya itu terserah, kamu , sayang. lakukan apa yang kamu senang," kata Prasetyo pada Desi.Sepertinya itu adalah kata-kata yang selalu Pras ucapkan pada Desi. Ayu hanya menghela napasnya saja. Beberapa hari ini, Desi memberikan peluang dua Minggu full adalah miliknya dan Pras, Namun, Ayu masih
Rencana Desi betul-betul dilakukan, Ayu kini ada bersama mereka yang mengantarkan ke bandara untuk mereka terbang berlibur ke Bali bersama ibu."Sepenuhnya, aku serahkan tugasku padamu, mau kau apakan suamiku terserah, toh, dia suamimu juga, Dhek."Desi berkata dengan panggilan baru untuk Ayu."Wah, bila kau panggil Ayu dengan Dhek, aku serasa bos minyak yang beristri lima." timpal Pras dengan tertawa."Kau mau madu lagi? tetap aku yang pilih, tapi jangan harap aku mau memberikan maduku lagi, ya. cukup Ayu saja. itupun sudah yang paling terbaik, iya kan Dhek?"Desi melirik nakal pada suaminya yang sedang menyetir.ibu hanya tersenyum, dan menimpali jawaban Desi, "Yang penting, kalian rukun, nggak ada perselisihan.""Nah, itu baru benar." Pras tertawa renyah, "Pastinya Bu, aku akan berbuat adil untuk dua pendampingku ini, Bu. percayalah." tambah Pras.Semua tertawa dalam bahagia. Tak lama, setelah cukup menunggu hampir satu jam, akhirnya pemberangkatan Desi dan ibu Ayu tiba. Saling p
Lagi-lagi, Ayu merasakan cintanya pada suaminya tumbuh dengan pesat. Karena Pras selalu pesona.. Semua tingkah laku dan bicaranya membuat Ayu terbang ke langit cinta."Kau ini, Mas. Rayuanmu, bikin klepek-klepek." ucap Ayu saat Pras membacakan puisi untuknya."Apa iya, sayang? apa kau mau yang lainnya?""Yang lainnya apanya?""Yang bikin klepek-kelpek.""Emang apaan, sih?" Ayu mengernyitkan dahinya bingung. Pras mendekat pelan, lalu menggendong istrinya masuk dalam kamar mandi hotel. Mencium bibir istrinya dengan membabi-buta, Ayu hanya tertawa saja, sengaja, Pras berdiri di bawah shower, dan langsung menyalakan shower tersebut. Tentu saja Ayu terpekik kaget merasakan air dingin dari shawer tersebut. Suaminya malah tertawa dan lanjut mengecup bibir istrinya cukup lama di bawah guyuran air.Tangan itu, sudah melepas semua pakaian Ayu. Terlihatlah dua gundukan kenyal terlihat bebas, Ayu merasa malu sendiri, bagaimanapun, baru kali ini dirinya berada dalam kamar mandi bersama suaminya. S
"Lihat Ayu, aku belikan banyak oleh-oleh untukmu." Desi menunjukan semua oleh-oleh yang sudah dia beli dari berliburnya.Sungguh royal sekali wanita ini, pikir Ayu, ah biarin kan uangnya sendiri. pikirnya santai.Sambil tersenyum Ayu mendekati Desi yang sedang melipat beberapa baju khas dari Bali."Kita samaan," serubya senang, seraya melilitkan kain khas Bali pada pinggangnya yang ramping. "lihat cantik kan?" tanyanya sambil berlenggok.Tentu saja kau cantik Desi, pikir Ayu. Siapa yang tak akan jatuh cinta padamu, wajah yang kebule-bulean, bertubuh sintal, dengan kulit yang putih bersih. tapi sayang .... tak bisa main di ranjang, batin Ayu. ups!"Mengapa kau diam saja, Ayu. Ayo kau pilih yang mana?""Hem, yang mana ya? semuanya bagus Des, seleramu memang nggak pernah jelek." puji Ayu."Iya, dong," timpalnya sambil tersenyum."Aku nggak dapat jatah oleh-oleh nih?" tiba-tiba, Pras masuk dan sudah selesai dengan bawaan yang terakhir."Adalah, pasti ada dong. masa untukmu nggak aku belik