Share

Bukan Cerita Cinta Biasa
Bukan Cerita Cinta Biasa
Penulis: EL Dziken

Bab 1. Sebuah Nasib

"Aku menceraikan kamu, Ayu Indira!" Suara Bram begitu tegas di depan Ayu, yang sudah menangis, menatap kecewa pada suaminya, yang dengan matanya jelas-jelas, menggandeng wanita itu dengan erat. Sedang dirinya yang sebagai istri sah nya hanya bisa berdiri mematung tak bisa berkata-kata lagi.

"Dengar itu, Ayu, suamimu sudah menceraikanmu, jadi pergilah kau dari rumah ini, paham!' seru wanita dalam genggaman mantan suaminya.

Ayu melihat wanita itu dalam amarah, wanita yang seharusnya berada di dapur, yang tugasnya membereskan dan membersihkan rumah, malah kini dibela suaminya, karena perselingkuhan mereka.

"Aku lebih baik bercerai dengan suamiku, dari pada aku bersaing dengan wanita seperti kamu, Bik Harni," ucapan Ayu membuat wanita itu merengek manja pada Bram. Ayu semakin jijik melihat tingkah suaminya menenangkan wanita di sampingnya.

"ealah ... seperti itu toh, seleramu Mas, ah aku pikir jas dan mobil mewahmu, cerminan selera dan derajatmu, atau ... bik Harni, asisten rumah tangga kami menggunakan ilmu pelet untuk suamiku."

"Sudahlah , jangan membuat dirinya menangis , Ayu. sikapnya lagi manja karena ada anak dalam perutnya, mohonlah mengerti." tutur Bram.

"Ha! hamil ..." pekik Ayu kaget.

"Iya, ada calon anakku dalam rahim Harni." sambung Bram, terlihat Harni menempel manja pada lengan kekar Bram.

Ayu terlihat tersenyum masam, "Benaran anak kamu bukan , Mas? sudah kau cek kebenarannya? ah, aku tak peduli, benar atau salah, aku tetap akan pergi. karena .... kau sudah membagi ' burungmu' dan aku tak mau barang bekas. jadi aku memang sebaiknya pergi."

***

Dua bulan sudah Ayu menempati rumah kontrakan satu petak. Hanya ada ruang tamu, satu kama tidur dan kamar mandi. Tak ada dapur ataupun teras.

Ayu mengembuskan napasnya, ah, cukup seperti ini saja dulu. Lagian Ayu sedang menyembunyikan diri dari pertanyaan keluarga, mengapa rumah tangganya seperti ini. Pikiran Ayu ruwet, bisnis Online beberapa Minggu tak ada pemasukan sama sekali. Tabungan pun kian menipis.

Pekerjaan apa lagi yang harus aku lakukan? Pernikahan dengan Bram hanya berujung penyesalan. Hanya bertahan dua tahun saja. Terbayang tubuh Harni, pembantu yang diambilnya dari penyalur, ternyata membuatnya harus dicerai Bram.

Bodohnya diri Ayu, tak menuntut banyak pada mantan suaminya itu. Bahkan perceraian itu tak memberikan keuntungan sama sekali. Hal itulah yang menjadikan keluarga besar Ayu menjadi marah atas sikap dan keputusan Ayu yang salah.

"Ahhh ....' Ayu menjambak rambutnya sendiri. "Kok jadi menyebalkan kaya gini sih!" umpatnya sewot.

Dipandangnya wajah kusutnya dalam cermin. Apa aku tidak menarik lagi? batin Ayu.

Ayu mulai meraba wajahnya, sebenarnya tak jelek juga, apa aku kurang montok. Tangannya otomatis menyentuh payudara sendiri. Besar kok, gumamnya sendiri, dan memperhatikan besarnya melebihi kepalanan tangannya.

"Ih, kok menjemukan sekali, mengingat nasibku."

Tak lama, sebuah panggilan dari ponselnya. Tertera nama Desi sahabatnya.

"Ya Des, ada apa?"

Sebuah perbincangan pun terjadi. Tak lama penggilan lewat ponsel pun berakhir.

Ayu segera bangkit dari duduknya, mandi, dan berganti pakaian kali ini, Ayu memakai gaun terusan warna merah menyala. Kemudian menata rambutnya, memoles wajahnya dengan mikeup tipis, sedikit parhum disemprotkan. Desi mengajaknya, makan malam. Nggak biasanya,Teryata suami dia mendapat promosi jabatan.

"Lumayan lah, bisa untuk hiburan aku malam ini. " bisik Ayu pada dirinya sendiri.

Tak lama, mobil Desi pun sudah datang menjemput, di dalam ternyata ada Linda dan pasangannya.

"Aku?"

"Duduk depan, deh." usul Linda menyarankan Ayu untuk duduk di depan saja. Bagi, Ayu tak masalah dekat dengan supir. toh, nyatanya dirinya hanya diajak saja, ya harus manut lah.

Di tempat lain, Bram yang sudah menceraikan istri sahnya kini sedang berasyik masyuk dengan Harni, wanita bahenol yang katanya berasal dari desa. Penampilan jadi berbeda, kini rambutnya di semir pirang. Kamar yang dulu punya majikannya, kini ia tempati dengan suami sirinya.

Iya, karena Bram belum mengijab ulang di KUA.

Setelah selesai melepas hajat, Bram turun dari atas tubuh Harni.

Kemudian terlentang dalam kelelahan. Harni ternyata cukup membuat Bram kewalahan juga, wanita semok itu bisa membuat lelaki macam Bram keblingsatan dalam permainan ranjang Harni.

Katanya, masih lajang, tapi kok susah lihat dan pintar bikin pasangan kedat-kedut.

Memang, Harni seperti mendapat mainan baru saja hingga sangat memanjakan Bram dalam sesuatu apapun, yang Bram tak dapatkan dari Ayu, karena isterinya sibuk di bisnis on line-nya. Bagaimana tidak? segala kebutuhan Ayu yang penuhi, sedangkan, gaji kantor dari Bram, untuk menyetor cicilan rumah, yang tiga bulan lagi sudah lunas.

Harni mengusap dada Bram yang masih berkeringat, "Bagaimana , Mas. Kau puas malam ini?"

"Tentu saja, sayang. lihat .... senjataku belum mau menyerah," bisiknya pelan dan menatap wanita ke duanya dalam kesyahduan.

Harni cuma tersenyum tipis, belum tahu sih, tadi sudah aku beri dua tetes obat 'greng' kalau nggak kaya gini, bagaimana aku bisa puas, batin Harni, dan tangannya kembali menggerayangi sesuatu yang Bram maksud.

Memainkannya sedemikian rupa, dengan gerakan pelan dan penuh hayati.

Bram semakin terlena, kenikmatan yang ditimbulkan membuat matanya menjadi merem-melek. Harni tersimpul simpul, dan kepalanya menunduk tepat di antara pangkal kaki Bram.

.***

"Ayu, aku dengar kau sudah sendiri?"

Linda tiba-tiba bertanya hal tersebut pada Ayu.

Ayu tak tahu harus bilang apa, ada rasa nyeri di dalam hatinya.

"Ayu yang menceraikan suaminya," bela Desi , saat menjawab pertanyaan Linda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status