Ayu tak bisa menolak sebuah perjanjian antara sahabat dan suaminya. "Jadilah istri cadangan untuk suami, Ayu." pinta Desi dengan berderai air mata. Ayu tak habis pikir, atas permintaan sahabatnya ini, pasalnya, karena sakitnya, dirinya tak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Karena Ayu membutuhkan banyak modal. Ayu pun setuju, toh nyatanya, dirinya pun hanyalah seorang janda. Namun, bukanya ada rasa sakit, Desi justru mengijinkan Ayu untuk mencintai suaminya! "Gila, kamu Des! it- u, suamimu. dan aku bukan pelakor." "Aku ikhlas, bila kau betul pelakor suamiku, Ayu." Apa sebenarnya ada dalam pikiran seorang Desi? karena cintanya terlalu besar pada Prasetyo, suaminya. Sayangnya, Desi tak bisa memberikan kebahagian itu, penyakit pada organ intimnya tak bisa memuaskan suaminya, bila setelah berhubungan pasti Desi mengalami pendarahan hebat. Karena sakitnya itu, Desi tak bisa mendapatkan keturunan. Mengetahui, Ayu sudah menjadi janda, dirinya segera membuat perjanjian itu yang juga disetujui suaminya, alasannya dari pada dirinya nglonte. waktupun berlalu,dalam keharmonisan rumah tangga bak beristri dua yang rukun dan harmonis. Ayu hamil! Bagaimana kelanjutannya?
Lihat lebih banyak"Aku menceraikan kamu, Ayu Indira!" Suara Bram begitu tegas di depan Ayu, yang sudah menangis, menatap kecewa pada suaminya, yang dengan matanya jelas-jelas, menggandeng wanita itu dengan erat. Sedang dirinya yang sebagai istri sah nya hanya bisa berdiri mematung tak bisa berkata-kata lagi.
"Dengar itu, Ayu, suamimu sudah menceraikanmu, jadi pergilah kau dari rumah ini, paham!' seru wanita dalam genggaman mantan suaminya.Ayu melihat wanita itu dalam amarah, wanita yang seharusnya berada di dapur, yang tugasnya membereskan dan membersihkan rumah, malah kini dibela suaminya, karena perselingkuhan mereka."Aku lebih baik bercerai dengan suamiku, dari pada aku bersaing dengan wanita seperti kamu, Bik Harni," ucapan Ayu membuat wanita itu merengek manja pada Bram. Ayu semakin jijik melihat tingkah suaminya menenangkan wanita di sampingnya."ealah ... seperti itu toh, seleramu Mas, ah aku pikir jas dan mobil mewahmu, cerminan selera dan derajatmu, atau ... bik Harni, asisten rumah tangga kami menggunakan ilmu pelet untuk suamiku.""Sudahlah , jangan membuat dirinya menangis , Ayu. sikapnya lagi manja karena ada anak dalam perutnya, mohonlah mengerti." tutur Bram."Ha! hamil ..." pekik Ayu kaget."Iya, ada calon anakku dalam rahim Harni." sambung Bram, terlihat Harni menempel manja pada lengan kekar Bram.Ayu terlihat tersenyum masam, "Benaran anak kamu bukan , Mas? sudah kau cek kebenarannya? ah, aku tak peduli, benar atau salah, aku tetap akan pergi. karena .... kau sudah membagi ' burungmu' dan aku tak mau barang bekas. jadi aku memang sebaiknya pergi."***Dua bulan sudah Ayu menempati rumah kontrakan satu petak. Hanya ada ruang tamu, satu kama tidur dan kamar mandi. Tak ada dapur ataupun teras.Ayu mengembuskan napasnya, ah, cukup seperti ini saja dulu. Lagian Ayu sedang menyembunyikan diri dari pertanyaan keluarga, mengapa rumah tangganya seperti ini. Pikiran Ayu ruwet, bisnis Online beberapa Minggu tak ada pemasukan sama sekali. Tabungan pun kian menipis.Pekerjaan apa lagi yang harus aku lakukan? Pernikahan dengan Bram hanya berujung penyesalan. Hanya bertahan dua tahun saja. Terbayang tubuh Harni, pembantu yang diambilnya dari penyalur, ternyata membuatnya harus dicerai Bram.Bodohnya diri Ayu, tak menuntut banyak pada mantan suaminya itu. Bahkan perceraian itu tak memberikan keuntungan sama sekali. Hal itulah yang menjadikan keluarga besar Ayu menjadi marah atas sikap dan keputusan Ayu yang salah."Ahhh ....' Ayu menjambak rambutnya sendiri. "Kok jadi menyebalkan kaya gini sih!" umpatnya sewot.Dipandangnya wajah kusutnya dalam cermin. Apa aku tidak menarik lagi? batin Ayu.Ayu mulai meraba wajahnya, sebenarnya tak jelek juga, apa aku kurang montok. Tangannya otomatis menyentuh payudara sendiri. Besar kok, gumamnya sendiri, dan memperhatikan besarnya melebihi kepalanan tangannya."Ih, kok menjemukan sekali, mengingat nasibku."Tak lama, sebuah panggilan dari ponselnya. Tertera nama Desi sahabatnya."Ya Des, ada apa?"Sebuah perbincangan pun terjadi. Tak lama penggilan lewat ponsel pun berakhir.Ayu segera bangkit dari duduknya, mandi, dan berganti pakaian kali ini, Ayu memakai gaun terusan warna merah menyala. Kemudian menata rambutnya, memoles wajahnya dengan mikeup tipis, sedikit parhum disemprotkan. Desi mengajaknya, makan malam. Nggak biasanya,Teryata suami dia mendapat promosi jabatan."Lumayan lah, bisa untuk hiburan aku malam ini. " bisik Ayu pada dirinya sendiri.Tak lama, mobil Desi pun sudah datang menjemput, di dalam ternyata ada Linda dan pasangannya."Aku?""Duduk depan, deh." usul Linda menyarankan Ayu untuk duduk di depan saja. Bagi, Ayu tak masalah dekat dengan supir. toh, nyatanya dirinya hanya diajak saja, ya harus manut lah.Di tempat lain, Bram yang sudah menceraikan istri sahnya kini sedang berasyik masyuk dengan Harni, wanita bahenol yang katanya berasal dari desa. Penampilan jadi berbeda, kini rambutnya di semir pirang. Kamar yang dulu punya majikannya, kini ia tempati dengan suami sirinya.Iya, karena Bram belum mengijab ulang di KUA.Setelah selesai melepas hajat, Bram turun dari atas tubuh Harni.Kemudian terlentang dalam kelelahan. Harni ternyata cukup membuat Bram kewalahan juga, wanita semok itu bisa membuat lelaki macam Bram keblingsatan dalam permainan ranjang Harni.Katanya, masih lajang, tapi kok susah lihat dan pintar bikin pasangan kedat-kedut.Memang, Harni seperti mendapat mainan baru saja hingga sangat memanjakan Bram dalam sesuatu apapun, yang Bram tak dapatkan dari Ayu, karena isterinya sibuk di bisnis on line-nya. Bagaimana tidak? segala kebutuhan Ayu yang penuhi, sedangkan, gaji kantor dari Bram, untuk menyetor cicilan rumah, yang tiga bulan lagi sudah lunas.Harni mengusap dada Bram yang masih berkeringat, "Bagaimana , Mas. Kau puas malam ini?""Tentu saja, sayang. lihat .... senjataku belum mau menyerah," bisiknya pelan dan menatap wanita ke duanya dalam kesyahduan.Harni cuma tersenyum tipis, belum tahu sih, tadi sudah aku beri dua tetes obat 'greng' kalau nggak kaya gini, bagaimana aku bisa puas, batin Harni, dan tangannya kembali menggerayangi sesuatu yang Bram maksud.Memainkannya sedemikian rupa, dengan gerakan pelan dan penuh hayati.Bram semakin terlena, kenikmatan yang ditimbulkan membuat matanya menjadi merem-melek. Harni tersimpul simpul, dan kepalanya menunduk tepat di antara pangkal kaki Bram..***"Ayu, aku dengar kau sudah sendiri?"Linda tiba-tiba bertanya hal tersebut pada Ayu.Ayu tak tahu harus bilang apa, ada rasa nyeri di dalam hatinya."Ayu yang menceraikan suaminya," bela Desi , saat menjawab pertanyaan Linda."Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo
Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me
Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny
Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A
Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r
Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen